Bab 6. BERPISAH
Pagi ini suasana sarapan keluarga Guinandra terasa ada yang berbeda. Amelia yang biasanya membuat keributan dengan segala keceriaannya, hari ini terdiam seribu bahasa. "Waah, kenapa hari ini terasa tenang dan damai sekali, ya? Kemana si burung beo yang biasa mengoceh?" celoteh Nick sambil melirik sang adik.
Saat Nick akan membuka mulutnya kembali dia urungkan, dia sadar akan delikan mata Elsa yang tajam menghunus bagaikan pedang yang siap menghujam. Semua orang tau alasan diamnya Amelia.
"Permisi Tuan, Nyonya. Ada Tuan muda Lingga di depan." Ucapan Bibi Narti—pelayan senior kediaman keluarga Guinandra di Surabaya—memecahkan suasana canggung di ruangan itu.
"Antarkan dia ke sini, Bi, agar dia ikut sarapan dengan kita." Elsa memberi perintah kepada bibi Narti.
Tak selang berapa lama, Bibi Narti kembali datang bersama dengan Lingga yang sudah berpenampilan rapi.
"Pagi Mom, Dad, Nick," sapa Lingga kepada seluruh orang yang ada di meja makan dan sapaan Lingga di balas anggukan oleh semua orang.
"Sit down, Son." Elsa berdiri dari kursinya dan menarikkan kursi agar Lingga duduk.
"Thanks, Mom." Lingga tersenyum menerima perlakuan spesial dari calon mertuanya. Sementara Amelia hanya meliriknya.
"Ayo Lingga, ikut sarapan. Kamu mau makan apa?" Manggala tak kalah perhatian, menawarkan makanan ini itu pada Lingga.
"Terima kasih, Dad. Kebetulan sebelum datang ke sini saya sudah sarapan. Saya ke sini hanya ingin mengantar Amelia." Lingga melirik ke arah kursi di depannya, tempat di mana Amelia duduk.
"Uhuk ... uhuk, Amelia yang mendengar perkataan Lingga jadi tersedak, dia merasa malu.
"Wow, that's so sweet." Nick yang tahu adiknya sedang malu malah menggodanya sambil menyodorkan air putih ke Amelia.
"Oke, i'm done. Mom, Dad, Kak Nick, Amel pamit," ucap Amelia terburu-buru sambil mencium tangan kedua orangtuanya lantas menarik tangan Lingga.
Amelia berpikir daripada kakaknya terus menggoda dirinya lebih baik dia segera pergi.
***
Sepanjang perjalanan Amelia tidak berbicara kepada Lingga. Dia terus memandang keluar jendela, menghindari pandangannya bertemu dengan Lingga.
"Memang di luar ada apa? Kenapa kamu sedari tadi melihat ke arah luar terus?" Lingga ikut menolehkan kepalanya ke arah Amelia melihat.
"Hah? Apa, Kak? T-Tidak ada apa-apa." Amelia berbicara dengan kikuk.
"Oh, saya kirain ada alien di luar sampai kamu tertarik melihat ke luar terus." Lingga terkekeh. "Eh, Mel ... setelah ini kita ke arah mana?" Lingga bertanya tentang jalan ke sekolah Amelia, maklum saja sudah hampir 10 tahun dia meninggalkan Indonesia dan stay di Jepang. Kini saat dia kembali semuanya sudah banyak sekali yang berubah.
"Setelah lampu merah, belok ke kanan, Kak," balas Amelia.
"Akhirnya sampai." Lingga menghentikan mobil Audinya tepat di depan gerbang sekolah. Membuat Amelia cepat-cepat membuka pintunya.
"Tunggu!" sergah Lingga saat pintu setengah terbuka.
"Ada apa, Kak?" Amelia kembali menghadap Lingga, dengan tangan masih memegangi daun pintu mobil.
"Kemarikan ponselmu," ucap Lingga.
"K-kenapa, Kak?" Amelia berkata sambil mengernyitkan dahinya.
"Sudahlah, bawa kemari. Sekalian langsung buka passwordnya. " Lanjut Lingga. Setelah itu meskipun dengan berat hati, tetapi Amelia tetap menyerahkan ponselnya kepada Lingga.
Nampak jari-jari Lingga menekan nomer di layar ponsel Amelia kemudian membuat sebuah panggilan lalu mengakhirinya dengan cepat.
"Ini." Lingga menyerahkan kembali ponsel Amelia.
"Nomer saya sudah saya save di kontak kamu. Nanti beritahu saya sekolah selesai jam berapa. Saya akan menjemput kamu pulang sekolah." Lingga melanjutkan perkataannya.
"I-iya, Kak." Amelia merutuki dirinya yang kikuk di depan Lingga. Amelia turun dari mobil, menutup pintu mobil dan bergegas memasuki lingkungan sekolah.
Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 09.30 wib. Bel tanda berakhirnya mata pelajaran kedua berbunyi, waktunya jam istirahat.
Tring!
Bunyi sebuah notif pesan diterima terdengar.
Amelia segera membukanya, tertera nama 'Lingga' di layar ponselnya.
Lingga: Nanti pulang jam berapa?
Amelia: Jam 12.00 wib.
Lingga: Ok, nanti saya jemput.
Amelia: Ok.
***
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12.00 wib. Dering bel terakhir hari itu juga telah berbunyi. Tanda kegiatan belajar mengajar telah selesai.
Semua murid-murid satu persatu keluar dari lingkungan sekolah melewati pintu pagar. Suasana sangat ramai, berisik dan berdesakkan. Di luar pagar banyak kendaraan yang menunggu di pinggir jalan untuk menjemput.
Lambat laun, suasana yang tadinya ramai, berisik dan berdesakkan perlahan-lahan mulai sepi. Semua siswa-siswi hampir keseluruhan sudah meninggalkan lingkungan sekolah.
Tinggal Amelia seorang diri berdiri di depan gerbang. Amelia mengedarkan pandangannya ke sana kemari guna mencari mobil Audi berwarna putih yang tadi mengantarkannya berangkat sekolah.
Saat pandangannya mengedar, Amelia menangkap sosok laki-laki yang melambaikan tangan kepadanya sambil tersenyum di seberang jalan lalu menghampirinya. Sosok itu adalah Lingga.
"Maaf saya terlambat, tadi ada sesuatu hal yang harus saya selesaikan." Lingga mencoba memberikan penjelasan kepada Amelia alasan dia terlambat.
"It's okey, Kak. Amelia juga baru saja keluar," balas Amelia. "Tapi... apa Kakak ke sini tidak bawa kendaraan?" tanya Amel.
"Ada bawa hanya saja tidak saya parkirkan di sini, tapi di sana." Lingga menunjuk ke arah sebuah kafe yang letaknya berada di seberang sekolah Amelia. "Ayo kita ke sana, kita sekalian makan siang, ajak Lingga sambil meraih tangan Amelia.
***
Di dalam kafe.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Lingga sambil membolak-balikkan buku menu yang ada di tangannya.
"Aku strawberry milkshake dan spagetti saja, Kak," balas Amelia.
"Baik, satu strawberry milkshake, satu greentea dan dua spagetti," ucap Lingga kepada sang waiters.
"Baik, Kak, ditunggu pesanannya segera datang." setelah berkata dan membaca ulang pesanan, waiters itu pergi dengan membawa kertas pesanan.
Tidak lama kemudian sang waiters datang dengan makanan dan minuman yang telah dipesan.
"Selamat menikmati, Kak. Jika membutuhkan sesuatu yang lain bisa panggil saya." Sang waiters itu berkata sambil tersenyum ramah.
"Heem." Lingga hanya menjawab dengan itu.
Lingga dan Amelia mulai menikmati makanan dan minuman tersebut sembari berbincang hangat, berbincang tentang apapun untuk lebih akrab dan saling mengenal lebih dalam.
"Ehm ... Mel, malam ini saya akan kembali ke Jepang. Ayah dan mami serta Kanaka sudah berangkat lebih dulu tadi pagi, mereka menyuruh saya agar menyampaikan permintaan maaf kepada kamu dan seluruh keluarga karena tidak sempat berpamitan."
"Secepat itu Kakak akan kembali?"
Lingga mengangguk. "Iya, maaf karena sebenarnya kedatangan saya kemarin saya pikir hanya karena pesta yang diadakan oleh orangtua saya jadi saya hanya izin beberapa hari. Jadi mulai besok kita akan menjalani Long Distance Relationship."
"Long Distance Relationship ... LDR, seperti yang pernah teman-temannya ceritakan setelah melihat sebuah drama," batin Amelia.
"Mel? Kenapa kamu melamun?" Lingga berucap seraya menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Amelia.
"T-Tidak, Kak." Amelia tersadar dari lamunannya.
"Kamu tidak usah khawatir. Kita akan terus berkomunikasi. Kita akan chat, video call, telpon. Apapun. Nanti tiap beberapa bulan sekali atau saat libur saya akan mengunjungi kamu. Kita akan menghabiskan waktu bersama."
"Baiklah, terserah Kakak saja." Amelia berucap pasrah.
Setelah mereka menyelesaikan pembicaraan, makanan dan minuman juga sudah tandas. Lingga mengantar Amelia pulang, sepanjang perjalanan tidak ada yang mengeluarkan suara. Di dalam mobil hanya terdengar suara musik yang diputar perlahan.
Kini mobil Lingga memasuki gerbang dan berhenti di depan pintu masuk kediaman Guinandra. Lingga keluar terlebih dulu, berjalan memutar lalu membukakan pintu mobil untuk Amelia keluar.
"Saya langsung balik saja ya, mau siap-siap. Sampaikan permintaan maaf saya sama mommy karena tidak bisa mampir."
"Kakak berangkat jam berapa nanti? Apa boleh Amel antar sampai bandara?" tanya Amelia.
Lingga menggelengkan kepalanya pelan. "Bukannya saya tidak mau Amelia antar, tapi nanti saya akan berangkat agak malam karena masih ada beberapa hal yang ditinggal ayah yang harus saya selesaikan. Lagipula nanti Amelia capek kalau harus mengantar. Bukankah besok pagi Amel harus pergi ke sekolah?" Lingga mencoba menjelaskan sambil tersenyum.
Amelia menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Hey, jangan murung begitu," ucap Lingga seraya mengelus lembut puncak kepala Amelia. "Nanti saya akan kabari kamu sesampai di sana."
Amelia menganggukkan kepalanya. "Baik, Kak."
Setelah berpamitan Lingga memutar badan dan melangkah kembali untuk masuk ke mobil. Saat di dalam mobil, dibukanya kaca mobil. Lingga melambaikan tangannya lalu menutupnya kembali. Mesin mobil menyala lalu melaju perlahan meninggalkan kediaman.
