Bab 11. NEW LIFE - NEW FRIENDS
Pagi yang cerah mengiringi hari ini, sinar mentari dengan hangat dan penuh kelembutan meresap dalam tubuh seorang gadis yang masih terlelap dalam tidurnya.
Tidak terasa sekolah sudah berjalan lima hari dan sekarang sudah akhir pekan.
Tok ... Tok ... Tok.
"Amelia ...." Seseorang memanggil namanya dari balik pintu.
Perlahan Amelia membuka matanya. "Matahari sudah bersinar terang, jam berapa ini?" gumam Amelia.
Tok ... Tok ... Tok.
Pintu kembali di ketuk.
"Iya?"
"Its me honey, Mami masuk ya, Sayang?" Shiori berkata.
"Ehm ... iya Mi, silahkan masuk," jawab Amelia seraya memposisikan dirinya duduk di atas tempat tidurnya.
Ceklek ....
"Kamu baru bangun, Sayang?" Shiori duduk di tepi ranjang mendekati Amelia.
"Iya Mi, maaf Amelia kesiangan."
"Tidak apa-apa, kamu pasti kecapekan setelah mengikuti kegiatan sekolah kemarin," ucap Shiori. "Kamu mau ikut sarapan bersama dengan kami di bawah atau sarapan di kamar?"
"Eh, Amel ikut sarapan bersama saja di bawah, Mam," balas Amelia.
Shiori mulai beranjak dari tempat tidur. "Baiklah, kita tunggu di bawah ya. Kamu bersih-bersih badan dulu."
"Baik, Mi. Kalian bisa duluan saja nanti Amel menyusul."
Shiori tersenyum sambil menggelengkan kepalanya lalu melangkah keluar kamar, di ikuti Amelia yang beranjak bangun, merapikan tempat tidurnya lalu berlari menuju kamar mandi.
Amelia tidak mandi terlalu lama seperti kebiasaannya karena ia sedang buru-buru takut Shiori, Mahawirya dan yang lainnya terlalu lama menunggu.
Dengan menggunakan handuk untuk menutupi tubuh, ia keluar dari kamar mandi menuju wardrobe untuk memilih pakaian yang akan ia kenakan.
Floral dress selutut warna hitam lengan panjang menjadi pilihannya waktu itu. Ia hanya memoles tipis-tipis wajahnya dengan bedak dan lip gloss agar memberikan tampilan bibir yang terlihat lebih glossy dan memberikan efek bibir yang lebih basah.
Amelia melihat dirinya di cermin. Setelah dirasa sudah sesuai dengan harapannya maka ia segera berdiri lalu melangkah keluar dari kamarnya.
Amelia menuruni tangga dan menuju ruang makan.
"Selamat pagi Uncle, Mami, Kanaka, Kak Lingga. Maaf membuat kalian menunggu." Sapa pagi Amelia kepada semua anggota keluarga.
"Pagi." Mereka membalas sapa Amelia.
"Sudah, ayo cepat duduk dan lekas makan," kata Mahawirya.
Mereka mulai menikmati sarapan mereka dengan sesekali berbincang hangat.
"Mel, nanti ikut Kak Lingga, ya." Lingga memulai percakapan dengan Amelia.
"Hem ... kemana, Kak?" tanya Amelia.
"Teman kakak mengadakan sebuah acara, hanya acara santai kok. Sekalian Kakak akan mengenalkan kamu pada teman-teman dekat Kakak," jelas Lingga.
"Ehm ... benar, bagus itu. Kamu harus kenal sama teman-teman Lingga," sahut Mahawirya setelah menyeruput kopinya.
"Baiklah, Kak," balas Amelia.
***
Sore harinya.
Amelia telah bersiap. Berbalut midi dress floral tanpa lengan berwarna mint dengan variasi renda lebar melingkar di perut.
Bermake up tipis natural ala remaja, membuat wajahnya tampak fresh. Rambut lurus hitam sebahu ia biarkan tergerai indah. Untuk bagian bawah ia memilih menggunakan flat shoes.
"I am ready." Amelia berkata sambil melihat diri di sebuah cermin besar di kamarnya. "Semoga aku tidak membuat malu Kak Lingga," ucap Amelia lagi kemudian ia mulai melangkah keluar kamar.
Lingga sudah siap. Dia membaca majalah menunggu Amelia dengan sabar di lantai bawah.
"Kak Lingga, aku sudah siap," ucap Amelia sesampai di bawah.
Lingga menoleh saat merasa ada yg memanggilnya. Ia sempat terpana saat melihat Amelia saat itu.
"Cantik!" kata itu lolos begitu saja dari mulutnya.
Blush!
Wajah Amelia seketika merona mendengar Lingga berkata seperti itu.
"Ehm, apakah kita jadi berangkat sekarang, Kak?" Amelia mencoba mengalihkan.
"Ah itu, iya kita berangkat sekarang yuk." Lingga dengan gelagapan menjawab pertanyaan Amelia. Ia merasa telah menjadi orang bodoh sesaat karena terpana oleh kecantikan Amelia. Ia bangkit dari duduknya lalu mengajak Amelia keluar menuju mobilnya.
Lingga membukakan pintu mobil untuk Amelia, menutupnya saat Amelia sudah masuk ke dalam, ia lalu berjalan memutar untuk masuk ke dalam dari sisi satunya. Mesin mobil dinyalakan lalu mobil perlahan bergerak, melaju meninggalkan kediaman.
Tidak ada pembicaraan antara keduanya selama di perjalanan. Hingga saat mobil memasuki area Aoyama-itchome.
"Waah, bagusnya." Amelia memuji pemandangan indah di depannya di mana terdapat pohon-pohon ginkgo kuning emas di sepanjang jalan tersebut.
"Apa rumah teman Kakak ada di daerah sini?" tanya Amelia.
"Iya, sebentar lagi kita sampai. Apa kamu menyukai tempat ini?" tanya Lingga sambil tersenyum melihat ekspresi Amelia yang terkagum-kagum dengan mata berbinar.
"Iya Kak, aku sangat menyukainya," kata Amelia.
"Kalau begitu nanti setelah kita menikah kita akan beli rumah di daerah ini," ucap Lingga.
Deg!
Hati Amelia tiba-tiba berdetak kencang setelah mendengar kata-kata Lingga tadi.
"Menikah? Apa Kak Lingga sudah tidak sabar dengan itu? Sampai ia sudah memikirkan di mana mereka akan tinggal nanti. Ia saja baru menyandang sebagai siswi sekolah menengah seminggu ini. Bagaimana bisa Kak Lingga membicarakan hal itu," batin Amelia.
"Aargh" Dalam hati ingin rasanya Amelia berteriak.
***
Mobil Lingga memasuki gerbang sebuah rumah di mana di halamannya sudah ada beberapa mobil yang telah lebih dulu datang terparkir.
Setelah turun dari mobil, Amelia mengedarkan pandangannya ke sekitaran rumah itu. Rumah yang hangat dan tenang di tengah-tengah pepohonan dan rumput, rumah yang di desain dengan perpaduan gaya tradisional - modern.
Rumah yang cukup besar, meski tidak sebesar kediaman milik keluarga Abyudaya, tapi entah kenapa Amelia merasa nyaman meski baru pertama kali datang ke rumah itu.
Di saat Amelia sedang merasakan atmosfer kenyamanan tiba-tiba terdengar suara laki-laki.
"Kenapa kalian masih di luar! Ayo masuklah!"
Amelia mencari sumber suara itu berasal. Seorang laki-laki muda seumuran dengan Lingga, tinggi, putih, badan tidak terlalu kurus juga tidak gemuk, rahang tegas, alis tebal, hidung mancung adalah pemilik suara suara itu.
"Kakak Handsome." Sekilas Amelia memberikan julukan pada laki-laki muda itu.
Amelia menggelengkan kepala cepat mencoba menghilangkan apa yang ada di pikirannya tentang laki-laki itu. Ia sudah punya Lingga yang tidak kalah perfect dari laki-laki itu. Lagipula Lingga adalah tunangannya jadi ia tidak boleh memikirkan laki-laki lain selain Lingga.
Laki-laki itu yang tadinya berdiri di depan pintu masuk rumahnya kini berjalan menghampiri mereka. Ia dan Lingga saling menyapa dan berpelukan sebentar lalu di lepaskan, layaknya dua orang yang sangat dekat.
"Kenapa tidak langsung masuk? Seperti orang lain saja," katanya pada Lingga.
"Ini kita juga baru saja datang. Dia saja masih mengagumi halaman rumahmu," kata Lingga sambil menoleh ke arah Amelia.
"Halo Nona Muda, perkenalkan nama saya Alan." Laki-laki itu memperkenalkan diri.
"Halo Kak Alan, salam kenal. Namaku Amelia." Amelia balas memperkenalkan diri sambil sedikit membungkuk untuk memberi tanda hormat.
"Sudah saling kenal, kan? Sekarang ayo kita masuk." Lingga menarik tangan Amelia, melangkah masuk ke dalam rumah meninggalkan si pemilik rumah di belakang.
Alan menggeleng dan tersenyum melihat kelakuan sahabatnya itu.
