Bab 9 Pesta Pernikahan
“Yang Mulia, bukankah itu …?” Olyn segera menutup mulutnya karena upacara pernikahan akan segera dimulai.
Arlene sendiri tak banyak bicara. Gadis itu menunjukkan ekspresi terkejut yang lambat laun berubah menjadi sedikit kosong. Entah apa yang dia pikirkan, Arlene seperti tidak ada di tempat.
Sampai upacara selesai, kedua pengantin dihadapkan lalu saling membungkuk hormat. Selanjutnya mereka diminta untuk bergandengan tangan.
Saat itulah Arlene merasa kesadarannya telah kembali. Dia menatap uluran tangan dari Putra Mahkota yang saat ini telah resmi menjadi suaminya.
“Yang Mulia, Anda boleh mencium istri Anda.”
Mata Arlene melotot seketika. Tu-tunggu sebentar. Mencium? Kenapa ada—cup!
Riuh tepuk tangan membuat Arlene mengedipkan matanya berkali-kali. Perempuan itu lantas menggigit bibir bawahnya yang terasa kebas akibat ciuman yang dilakukan suaminya.
Belum sempat Arlene keluar dari lamunannya, lagi-lagi Arlene terasa ditarik oleh tangan yang menggenggamnya. Gadis itu dibawa menuju kursi yang telah disiapkan khusus pengantin.
Seketika saja tamu hadirin langsung berdiri dan membungkuk hormat padanya. Mata Arlene mengitari ke sekitar dengan ekspresi yang cukup rumit.
“Kenapa? Apa ada yang ingin kau sampaikan?” bisik Putra Mahkota tepat di telinganya. Lelaki itu menatap ke depan, namun Arlene tahu dia sedang bicara dengannya.
Mendengar itu, Arlene pun menoleh dengan mata menyipit tajam. “Apa-apaan ini? Apakah selama ini kau menipuku?”
Putra Mahkota menoleh dengan kening mengkerut. “Tidak ada yang menipumu. Lagi pula aku sudah bilang bahwa namaku Jerick. Seharusnya kau sadar bahwa Jerick adalah Putra Mahkota, calon suamimu. Ah, ya, saat ini kita sudah resmi menjadi suami istri.”
Arlene bersumpah melihat Jerick menyeringai ke arahnya. Namun hanya sekilas karena setelah itu dia merasa namanya dipanggil oleh Raja, diminta untuk memberi sambutan. Untung saja Jerick yang mengambil alih.
Arlene sendiri justru masih sibuk mencerna apa yang terjadi saat ini. Lelaki yang dia pikir hanya bangsawan biasa, ternyata merupakan Putra Mahkota di kerajaan ini.
Gila! Apa yang Arlene lakukan selama ini? Bagaimana bisa dia tidak sadar bahwa Jerick adalah Putra Mahkota? Seharusnya Arlene sadar, tingkah Jerick yang keluar masuk kediamannya dengan mudah merupakan suatu keanehan!
“Saya tahu apa yang Anda pikirkan, Yang Mulia. Tapi saya mohon, Anda harus tetap tenang sampai acara selesai,” bisik Olyn. “Wajah Anda terlihat marah sekali.”
“Ya, jelas sekali aku marah!” desis Arlene. “Dia menipuku, Olyn!”
“Bukankah sama saja? Pada akhirnya Anda mendapatkan dua keuntungan. Mendapatkan tahta dan juga Tuan tampan.”
Arlene mengerjap setelah menyadari itu. Tuan tampan yang tak lain adalah Jerick, juga berhasil dinikahi. Ini berkah atau musibah namanya?
“Aku mengajak istriku untuk berdansa bersamaku.” Suara Jerick yang tahu-tahu memanggil Arlene, membuat gadis itu terkejut bukan main.
“Dansa?” Sial! Dia lupa, seperti apa gerakan dansa itu?!
“Ayo!”
“Hahaha, apakah harus, Yang Mulia?” Sungguh, Arlene sudah mempelajari semua pelajaran namun dia tidak suka berdansa! Tubuhnya kaku seperti mayat!
“Ayo, percaya padaku.”
Gadis itu menelan ludahnya susah payah saat uluran tangan Putra Mahkota berada di depannya. Semua mata sedang memandangnya. Bodoh bila Arlene berani menolak ajakan tersebut.
Akhirnya, dengan ekspresi yang dibuat cerah, Arlene pun mulai melangkah menuju lantai dansa. Jantungnya tiba-tiba bergemuruh.
“Biar kuberi tahu dulu, Yang Mulia. Mungkin aku akan mempermalukanmu karena aku tidak suka berdansa,” bisik Arlene sesaat setelah musik berbunyi.
Namun peringatan itu justru membuat Jerick menyeringai. Istrinya ini sungguh menggemaskan sekali bukan? Beberapa waktu lalu dia begitu sombong dan tidak kenal takut, tapi kali ini dia menciut hanya karena menginjak lantai dansa?
***
Arlene tidak peduli, dia langsung meninggalkan pesta setelah acara dansa itu selesai. Semua orang sibuk berpesta. Dan Arlene merasa ini kesempatannya untuk kabur.
“Yang Mulia, tolong jangan pergi dari pesta! Anda adalah bintang utamanya!” Olyn benar-benar pusing sekali, majikannya ini selalu saja begini! Suka-suka dia!
“Aku tidak suka di sana, Olyn. Berapa kali aku harus bilang kalau aku tidak cocok dengan pesta?”
Langkah kaki Arlene terhenti saat mendengar suara beberapa orang gadis sedang bicara. Suara itu berasal dari lorong yang menjadi tempat keluar.
“Kalian lihat ekspresinya? Sampai kapanpun Arlene tetap saja sombong. Apalagi kali ini dia telah menjadi Putri Mahkota.”
“Arlene tidak cocok untuk posisi itu. Aku yakin dia sudah melakukan perbuatan curang. Kalian tahu sendiri, Tuan Neil itu sangat berkuasa, bisa saja dia melakukan sesuatu sampai anaknya bisa menjadi Putri Mahkota.”
“Mustahil sekali dia memenangkan setiap tahapan seleksi. Nona Margaret jauh lebih hebat dari dia. Harusnya kau yang menjadi Putri Mahkota.”
“Jangan bicara begitu. Dia telah terpilih, itu artinya dia memang yang terbaik dibandingkan kita semua.”
“Tapi dia sangat tidak cocok berada di sini. Aku tidak mau punya calon Ratu seperti dia!”
Darah Arlene langsung berdesir mendengar itu. Dari dulu sampai sekarang, para gadis itu selalu saja membencinya. Padahal Arlene tidak pernah mencari masalah dengan mereka!
“Aku akan memberi mereka peringatan! Berani sekali—Olyn lepaskan tanganku!”
“Mau ke mana?”
Suara berat laki-laki membuat Arlene menoleh. “Yang Mulia?” Dalam kondisi cahaya yang agak remang, Arlene menatap suaminya dengan kening mengerut.
“Kau adalah Putri Mahkota. Tinggalkan kebiasaan burukmu yang lama karena saat ini kau akan menjadi panutan mereka.”
Mereka yang dimaksud adalah para gadis itu. Jerick mendengar dan sudah mengamati mereka sejak tadi. Bahkan sejak Arlene menginjakan kaki di sana. Ke mana pun istrinya pergi, Jerick akan mengikutinya diam-diam.
“Panutan apanya? Mereka tidak menyukaiku, jelas mereka tidak akan mau menjadikan aku panutan mereka.”
“Hush! Jangan terlalu berisik!” Jerick membawa istrinya berpindah tempat ke arah lorong khusus pelayan. Tetapi lorong itu tampak sepi karena semua pelayan sedang sibuk di pesta melayani tamu.
“Kenapa Anda membawaku ke sini? Aku mau memberi mereka pelajaran!”
“Lalu apa setelah itu? Kau akan menjahit mulut mereka dan membuat mereka malu di pesta kita?”
“Apapun yang jelas aku—”
“Bukankah lebih menyenangkan bila berduaan denganku?” Jerick mendekat dengan bibir tersenyum miring.
Sontak membuat kaki Arlene melangkah mundur. “Kita tidak boleh macam-macam karena pesta masih berlangsung, Yang Mulia!” ucap Arlene dengan panik.
Kalimatnya yang terburu-buru itu membuat Jerick menyeringai lagi. Wajah cantik Arlene akan bertambah mempesona saat pipinya merona malu, Jerick tidak sabar untuk membawanya masuk ke dalam kamar.
“Kenapa tidak boleh macam-macam? Bukankah kita sudah sah menjadi pasangan suami istri?”
“Meskipun kita sudah sah, tapi bukan berarti kita harus—mph!” Mata Arlene melotot karena Jerick sengaja menutup mulutnya.
“Diam dulu!” Mata Jerick melirik ke belakang, disaat ada seseorang yang sedang mendekat, dia pun langsung mendorong istrinya ke tembok lalu melumat bibirnya dengan cepat.
“Ck! Apakah Yang Mulia Putra Mahkota tidak bisa bersabar sebentar? Di sini sedang ada pesta, ada banyak orang yang bisa melihat perbuatan kalian,” kata seseorang.
