Bab 10 Kejutan di Pesta
Jerick berhenti mencium istrinya namun tidak langsung melepaskan gadis itu. Dia tetap membuat Arlene berada di dekapannya.
“Apa yang dilakukan Pangeran Troy di sini? Bukankah seharusnya kau mengikuti pesta yang sedang berlangsung?”
Lelaki yang telah mengganggu aktivitas dua manusia itu langsung tertawa. “Maaf ya bila aku mengganggu kesenangan kalian. Kalau begitu, aku pamit.”
Jerick meliriknya sekilas. Tak satupun kata keluar dari bibirnya. Sebelum Troy pergi, Jerick tidak akan melepaskan Arlene.
“Sampai kapan aku berada di posisi ini?” Namun, Arlene si gadis tidak sabaran itu membuat Jerick mendengus. “Yang Mulia ingin membuatku mati kehabisan napas?”
Jerick mendengus lagi. “Kenapa bicara seperti itu?”
“Masalahnya Yang Mulia mendekap aku begitu erat!” Arlene melongokkan kepalanya ke belakang tubuh Jerick. “Siapa yang datang tadi? Salah satu saudaramu?”
Jerick mengangguk dengan ekspresi tak bisa. “Hm.”
“Kenapa dia bisa ada di sini? Apakah tadi dia melihat kita sedang berciuman?” Mata Arlene melotot. “Apa kau sengaja melakukan itu, Yang Mulia?!”
“Memangnya kenapa? Akan aneh bila kita berdua tidak berciuman.”
“Aneh apanya? Justru aneh kalau kita berciuman di tempat—”
“Sudah! Yang penting dia sudah pergi!”
Mata Arlene langsung memicing tajam. “Sebenarnya dia itu siapa? Kenapa dia tidak boleh ada di sini?”
“Kau tidak perlu tahu. Sebaiknya kita kembali ke pesta!” ajak Jerick tanpa mau dibantah. Dia pergi lebih dulu karena Arlene masih mematung di tempatnya.
“Pangeran Troy? Siapa dia?” Arlene sempat mendengar nama itu. “Sepertinya bukan seseorang yang kau sukai, Yang Mulia.”
Arlene menyeringai. Ternyata ada banyak sekali jenis manusia di dalam istana. Benar-benar menarik. Dia ingin sekali mengetahui siapa kawan dan lawan.
“Tapi, Olyn ke mana ya?” Arlene meninggalkan tempat itu sambil menggerutu karena Olyn sangat tidak setia padanya!
***
“Bagus! Ke mana saja kau?” Arlene marah, jelas!
Olyn harus menemaninya ke mana pun dia pergi. Tapi apa ini? Olyn malah sibuk makan manisan?!
“Maaf, Yang Mulia. Tadi Putra Mahkota meminta saya pergi, saya pikir Yang Mulia mau menemani Anda. Jadi ke mana dia pergi?”
Arlene berkacak pinggang. “Tidak perlu sok-sokan mencari suamiku! Kau ini benar-benar tidak setia!”
“Ah ya, Yang Mulia! Saya punya berita penting!”
“Berita apa? Jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan!”
Olyn menggeleng serius. “Apa yang saya sampaikan ini memang penting, Yang Mulia.”
“Kalau begitu katakan sekarang, ada apa?”
Olyn mendekat setelah memastikan bahwa saat ini aman baginya untuk berbisik. “Saya mendengar bahwa pelayan yang melayani Selir Aami sering mengeluh karena sikap emosional beliau akhir-akhir ini semakin parah.”
Mata Arlene mengerjap pelan. “Sikap emosional? Apa maksudnya?”
“Selir Aami sedang kurang baik. Maksudnya, sering marah-marah. Semua bermula sejak Putra Mahkota yang baru naik tahta. Lalu saya mendengar bahwa emosinya semakin tidak terkendali setelah posisi Putra Mahkota menjadi stabil dengan adanya pernikahan ini.”
“Kenapa dia harus emosi? Sebentar, apakah dia punya anak?”
Olyn menggeleng tidak tahu. Dia belum mendengar itu, tapi mungkin saja memang ada. “Berta mungkin tahu.”
“Tidak perlu! Aku malah mencurigai sesuatu.”
“Apa itu, Yang Mulia?”
Arlene menggeleng, dia tidak boleh memberitahu siapapun karena ini hanya dugaannya saja. Terkait Selir Aami yang seolah tidak terima dengan naiknya Jerick sebagai Putra Mahkota, bukankah itu menimbulkan sebuah kecurigaan?
“Kau harus mencari tahu siapa anak Selir Aami.”
“Ada apa, Yang Mulia?”
“Karena aku ingin tahu." Arlene mendelik. "Apa kau mulai keberatan menjalankan perintahku?”
Olyn dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Bukan begitu, Yang Mulia. Baiklah, akan saya laksanakan!”
“Hm, lakukan dengan hati-hati.”
Arlene melangkah pergi karena merasa tidak nyaman di tempat itu. Dia memutuskan untuk kembali ke pesta meskipun dia tahu akan merasa bosan sekali.
Semua orang sangat bergembira, namun Arlene yang menjadi bintang utama di pesta itu malah tampak frustasi. Andai dia bisa kabur, pasti sudah dilakukan sejak tadi.
“Haha, kau terlalu berlebihan. Tapi masuk akal!”
Arlene memindai seorang lelaki dengan tatapannya. Suara lelaki itu terdengar tidak asing, namun Arlene belum menemukan jawabannya. Lelaki itu malah sudah menatapnya tanpa sempat dihindari.
“Yang Mulia, selamat atas pernikahan Anda.”
Arlene beranjak bangun, balas membungkuk namun tidak sampai merendahkan tubuhnya. Posisinya sebagai Putri Mahkota tentu lebih tinggi dari orang itu.
“Terima kasih.”
“Anda sangat cocok berada di tempat itu.”
“Apakah sebelumnya kita pernah bertemu?”
“Ya, hampir saja. Di lorong tadi.”
“Lorong?” Kepala Arlene langsung berpikir. “Apa kau laki-laki yang—”
“Benar sekali! Saya melihat kalian berciuman!”
Arlene terkejut, tapi bukan karena laki-laki itu memergokinya berciuman, namun karena senang bisa mengetahui rupa Pangeran Troy.
“Perkenalkan, saya Pangeran Troy! Adik Putra Mahkota beda ibu,” kata lelaki itu.
Benar! Dugaan Arlene tidak pernah salah!
“Meskipun berbeda ibu, bukankah kita tetap akan menjadi saudara?” balas Arlene sambil tersenyum.
“Tentu saja, Yang Mulia. Tapi sejak dulu Putra Mahkota sangat tidak menyukaiku. Mungkin karena aku hanyalah anak selir.”
“Anak selir?”
“Ya, Selir Aami adalah ibuku.”
Arlene tersenyum lagi. Ah, jadi begini?
“Aku pernah bertemu dengan Selir Aami, beliau sangat cantik dan terlihat pintar dilihat dari sikapnya. Seharusnya tidak ada alasan untuk tidak menyukainya, bukan?”
“Pengecualian bagi suamimu.” Troy tersenyum miring. “Aku tidak tahu kenapa dia sangat membenci ibuku, padahal kami tidak pernah mengusiknya.”
“Siapa bilang kau tidak pernah mengusikku?” Tiba-tiba saja orang yang sedang mereka bicarakan muncul tanpa terduga. “Kau baru saja mengusikku, Troy! Mendekati istriku, sama saja mengusik aku!”
Troy mundur beberapa langkah sambil tersenyum maklum. Namun, Arlene dapat melihat lirikan matanya yang berubah tajam dalam sekejap. Lelaki itu sangat menakutkan karena menyembunyikan sesuatu di pikirannya!
Dengan posesif, Jerick merangkul sang istri. “Pergi dari sini sebelum aku mempermalukanmu di depan banyak orang!”
“Saya tidak berani, Yang Mulia. Kalau begitu saya undur diri. Sekali lagi, selamat atas pernikahan Anda.”
Troy undur diri, Arlene langsung terpekik karena pinggangnya ditarik. “Yang Mulia, ada apa? Jangan memelukku seperti ini!” katanya panik. Tatapan semua orang bisa mengarah pada mereka!
“Kenapa tidak boleh? Apa kau tidak sadar telah melakukan apa?”
“Apa? Aku tidak melakukan apa-apa!”
“Kau bicara dengan Troy!”
“Dia adikmu,bkan?”
“Dia bukan adikku!” desis Jerick. Lelaki itu membelai pipi istrinya dengan tatapan tajam. “Aku peringatkan, jangan pernah berinteraksi dengan Troy maupun ibunya. Apa kau mengerti?”
Dengan leher yang kaku, Arlene mengangguk. “Baiklah.”
Setelah mendengar jawaban tersebut, Jerick pun melepaskan rangkulannya yang terlihat sangat posesif. Dia sungguh tidak peduli dengan tatapan orang lain, yang terpenting istrinya patuh.
“Ahh!!”
Teriakan seorang pelayan di dekat gudang membuat mereka semua menoleh. Termasuk Arlene dan Jerick. Tamu undangan pun saling memandang dengan penuh penasaran.
“Will, cari tahu apa yang terjadi!” perintah Jerick kepada ajudannya.
“Baik, Yang Mulia!”
“Ada apa? Siapa yang berteriak?” tanya Arlene.
Jerick tidak menjawab, dia hanya menunggu Will yang saat ini sedang berjalan terburu-buru ke arahnya. “Ada apa, Will? Siapa yang berteriak?”
“Salah satu pelayan melihat ada mayat di dekat gudang, Yang Mulia. Mayat itu diketahui identitasnya sebagai Perdana menteri.”
“Apa?!”
