Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Calon Pengantin

“Yang Mulia apakah tidak akan terjadi masalah bila dia mengetahui nama Anda?”

“Bukankah dia Nona Arlene yang pernah kita temui dulu?”

“Benar, Yang Mulia. Saya terkejut karena dia masih mengingat Anda.”

Jerick tersenyum tipis. “Dia bilang dia ingin menikah denganku. Ucapannya sama seperti waktu itu. Tidak kusangka kalau dia akan mengatakan hal yang sama.”

“Apa Anda serius akan menikahinya, Yang Mulia?”

“Kenapa aku merasa kau terlihat sangat cemas, Will? Kalau dia berhasil menjadi Putri Mahkota, aku memang harus menikahinya. Apa ada yang salah dengan itu?”

“Dia terlihat sangat menggebu-gebu. Saya hanya khawatir, Yang Mulia. Maafkan saya bila terlalu berlebihan.”

“Kita lihat saja, apa yang bisa gadis itu lakukan untuk menjadi seorang Putri Mahkota.”

“Setahu saya, Nona Arlene telah belajar untuk menjadi Putri Mahkota. Menurut rumor yang beredar di kota, Nona Arlene adalah kandidat terkuat. Dia berasal dari keluarga yang berpengaruh, saya yakin bantuan keluarganya bisa menjadi keuntungan untuk Yang Mulia.”

“Begitukah?”

“Tapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa dia tetap saja bisa kalah diseleksi ini. Dia mungkin kandidat terkuat di kota ini, tapi ada banyak gadis dari kota lainnya yang mungkin lebih baik dari Nona Arlene.”

“Benar, pastikan bahwa tidak ada kecurangan apapun di seleksi ini. Kursi Putri Mahkota tidak boleh diisi oleh orang-orang mereka.” Jerick menatap tajam ke arah kolam. “Posisiku akan goyah bila kita melakukan kesalahan kecil.”

Susah payah dia mendapatkan posisi ini, berebut dengan saudaranya sendiri sampai hampir saling membunuh. Andai mereka tidak serakah, Jerick tidak akan sedendam ini pada mereka.

“Apakah kita jadi menyelinap ke luar istana?” tanya Will.

“Tidak bisa, terlalu berisiko. Kita cari lain hari saja.”

“Baik, Yang Mulia.”

***

“Selamat, Nona! Anda lolos tahap satu dengan nilai tertinggi! Nona memang hebat!”

Arlene mendengus sebal. Dia tidak melakukan apa-apa, tapi justru dia yang mendapatkan nilai tertinggi. Sejujurnya, Arlene tidak mengeluarkan semua kemampuannya, sayang sekali orang-orang ini sangat payah!

“Apa selama ini mereka tidak belajar?” cibir Arlene.

“Nona memang hebat. Padahal Nona tidak mengeluarkan semua bakat Anda. Sepertinya para gadis iri pada Nona.”

Bagaimana tidak iri, Arlene mendapat banyak pujian dari para sesepuh istana. Bahkan Ibu Suri dan Ibu Ratu pun ikut memujinya. Arlene makin frustasi jadinya.

“Kenapa Anda terlihat tidak bersemangat, Nona?”

“Aku bingung, Olyn. Apa yang harus aku lakukan?” Arlene menoleh ke arah pelayannya dengan kening yang mengerut. “Bukankah aku ingin menikah dengan pria tampan itu?”

“Ya, benar. Lalu?”

“Lalu kenapa aku malah mendapat nilai tertinggi di seleksi ini? Bukankah itu artinya aku berkemungkinan besar akan menikah dengan Putra Mahkota?”

“Saya tidak mengerti, Nona. Kenapa Tuan Muda tadi meminta Anda menjadi Putri Mahkota. Apakah itu artinya ….”

Mata Arlene berkedip penasaran. “Kenapa? Ada apa?”

“Apakah itu artinya Tuan Muda itu ingin merebut Nona dari Putra Mahkota?”

Pipi Arlene langsung memerah. “Benarkah, begitu? Kenapa aku merasa diperebutkan ya?”

“Tentu saja! Itu karena Nona sangat luar biasa!”

Arlene tersenyum lebar, bukan karena mendengar pujian Olyn melainkan karena melihat ayahnya ada di istana. “Ayah!”

“Nona!” Olyn menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kenapa harus berlari? Kita sedang di istana, apa Anda lupa?”

Sayangnya, Arlene sudah berlari menuju sang ayah. Berhenti lalu tersenyum lebar sambil menurunkan roknya. “Ayah! Kita bertemu di sini!”

Neil merasa sangat malu karena tingkah putrinya yang bebas ini, seperti tidak belajar etika sama sekali. Andai Neil bukan orang yang berpengaruh, pasti saat ini akan banyak rumor yang menyebar dan mempermalukannya.

“Kenapa berlari seperti anak kecil, Arlene? Kau sudah dewasa!”

“Aku baru 20 tahun, Ayah! Tapi, kenapa Ayah ada di istana? Apakah baru saja bertemu Raja?”

“Hush! Jangan bicara sembarangan!” Neil melirik ke arah teman-temannya. “Ini … Arlene. Putri tunggalku.”

“Putri Anda sangat menakjubkan, Tuan Neil.”

“Nona Muda terlihat sangat pemberani.”

Neil berdehem keras. Mereka memang memuji, tapi juga menyindirnya. Sikap sang putri memang terlihat seperti tidak punya etika. Tapi Neil tetap tidak terima bila putri tercintanya diperlakukan seperti itu.

“Dia adalah kesayanganku. Aku memang memanjakannya seperti itu,” balas Neil. “Apapun keinginannya, selalu aku berikan.”

“Ayah memang yang terbaik!” balas Arlene. “Dan aku punya berita baik untukmu.”

“Oh ya? Apa itu?”

Arlene melirik Olyn, lalu Olyn segera memberitahu. “Nona Muda mendapatkan nilai tertinggi pada seleksi tahap pertama, Tuan. Nona Arlene juga menerima banyak sekali pujian dari sesepuh istana. Bahkan Ibu Suri dan Ratu pun mengakuinya.”

Neil yang awalnya terserang malu, kini berusaha menahan senyumannya. Tapi, tawanya malah menyembur keras.

“Benarkah? Arlene benar-benar mendapatkan itu semua? Suatu kehormatan untuk keluarga kita!”

Teman-teman Neil langsung berdehem canggung. Mereka pasti berpikir, Arlene hanya anak manja yang tidak bisa apa-apa. Ternyata, dia punya bakat dan berpotensi besar menjadi seorang Ratu masa depan.

“Bagus, Arlene. Kau melakukannya dengan sangat baik!” puji Neil kepada putrinya.

“Aku melakukan ini supaya Ayah bangga padaku.” Bukannya tak tahu, Arlene justru sadar betul. “Dan aku ingin membuat orang-orang yang telah meremehkanku bisa menelan batu di tenggorokannya,” lanjut Arlene dengan tatapan dingin.

Neil semakin tertawa. Putrinya memang begitu! Sangat luar biasa! Dia memang seperti anak manja yang cuma bisa mengeluh dan menangis. Tapi sebenarnya, Arlene punya sesuatu di dalam dirinya yang akan membuat orang lain menjadi takluk padanya.

Saat Arlene mengatakan ingin menjadi Putri Mahkota, Neil langsung bersemangat. Putrinya memang cocok untuk menjadi Ratu masa depan! Neil menjadi sangat bersemangat dan mendukung penuh sang putri.

“Semoga setiap seleksi yang berjalan bisa dilakukan dengan adil dan dijauhkan dari kecurangan.”

Mata Arlene langsung melirik. “Tentu saja, Tuan. Tapi hati-hati bila Anda mengatakan itu. Saya merasa Anda meragukan penilaian para sesepuh istana. Terutama Ibu Suri dan Ratu kerajaan kita.”

Mereka semua langsung terbungkam. Gadis berumur 20 tahun itu telah membuat mereka merasa menelan duri.

***

“Dia membuktikan ucapannya,” kata Jerick yang sejak tadi bersembunyi dibalik pohon.

“Nona Arlene memang berpeluang memenangkan pemilihan Putri Mahkota, Yang Mulia.”

“Kalau begitu, cari tahu dia berada di pihak mana. Segera singkirkan bila mereka adalah lawan kita.”

“Baik, Yang Mulia.”

“Kakak!”

Jerick dan Will langsung berbalik badan. Keduanya bersikap santai supaya tidak menimbulkan kecurigaan.

“Sedang apa kalian di sini?” Pangeran bungsu itu menatap kakaknya dengan tatapan menyelidik. Nestor selalu penasaran dengan aktivitas kakaknya itu.

“Hanya melihat burung yang tadi hinggap di pohon.”

Nestor langsung mendongak. “Apakah burungnya masih ada?”

“Sudah terbang.”

“Yah.”

“Ada apa?”

“Aku juga ingin seperti burung itu. Aku ingin terbang bebas. Aku bosan tinggal di istana. Ibu memaksaku belajar lagi, Kak!”

“Tugasmu memang belajar, memangnya apalagi selain itu?”

“Setelah aku menikah, Ibu bilang aku boleh keluar istana. Apa itu artinya aku akan bebas?” Nestor berharap bisa segera keluar dari istana yang ketat ini.

“Saat kau menginjakkan kaki di luar istana, itu artinya kau akan jauh dari ibu dan ayah. Apakah kau siap tinggal di sana? Kau tidak akan dilayani sebaik di sini.”

Mata Nestor membelalak. “Benarkah? Kupikir aku tetap akan jadi pangeran yang dilayani pelayan.”

“Memang, tapi tidak banyak pelayan yang akan ikut denganmu.”

Si bungsu langsung tersenyum. “Aku akan memohon kepada ibu supaya aku boleh membawa banyak pelayan!”

“Kalau begitu, kau harus tumbuh besar dulu. Baru kau boleh menikah.”

“Bukankah kita harus menikah secara berurutan? Aku adalah pangeran bungsu, aku punya banyak kakak. Itu artinya aku harus menunggu selama itu?”

Jerick mengangguk. “Memang begitu aturannya.”

“Baiklah, aku akan bersabar,” kata Nestor dengan ekspresi lesu. Tapi matanya tiba-tiba berbinar. “Oh, siapakah gadis cantik itu, Kak?”

Jerick dan Will langsung mengikuti arah pandang Nestor. “Oh tidak bisa! Gadis itu lebih dewasa dan dia sangat tidak cocok untukmu,” kata Jerick agak panik.

“Kenapa? Dia sangat cantik. Aku ingin menikah dengannya.”

“Dia adalah calon Putri Mahkota. Kau mau merebut calon pengantinku?”

“Apa?”

“Cari gadis lain, kau masih terlalu muda untuk menikah.” Setelah mengatakan itu, Jerick langsung berlalu pergi. “Ck! Bisa-bisanya dia ingin menikah dengan calon istriku? Apa dia sungguh tidak tahu malu?”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel