Bab 9
Pretty tengah berdiri di bibir pantai dengan ombak yang cukup besar. Dress yang dia pakai melambai-lambai karena hembusan angin.
'Aku tak bisa lagi hidup tanpa kamu, Azka. Aku sangat mencintaimu, tanpa kamu aku sungguh kesepian. Tak ada gairah lagi untukku terus bertahan hidup. Aku ingin pergi bersamamu, aku tak sanggup lagi menahan rasa sakit ini tanpa kamu, Azka' batin Pretty. Pretty berjalan menuju lautan hingga ombak menyambar tubuhnya.
Di sisi lain, Datan membawa wanitanya ke sisi pantai untuk menikmati makan malam bersama di restaurant pantai.
"Aku senang sekali bisa jalan berdua dengan wanita cantik sepertimu, Sasi" ujar Datan membuat wanita itu tersenyum malu.
"Aku juga senang bisa jalan bersama kamu, Datan" ujar Sasi.
"Kamu tau, malam ini bintang dan rembulan tak menampakan dirinya karena minder dengan kecantikan kamu" bualan Datan membuat Sasi semakin tersenyum senang. Datan menyodorkan sepucuk bunga mawar kepada Sasi yang langsung dia terima dengan senang hati.
Datan hendak mengucapkan sesuatu lagi, tetapi pandangannya terarah pada seorang gadis yang berjalan menerjang ombak.
"Oh shittt!!!" umpat Datan dan beranjak dari duduknya, ia berlari menuju wanita itu membuat Sasi terpekik kaget melihat Datan yang langsung berlari pergi meninggalkannya.
"Woyyyy berhentiii!!!" teriak Datan tetapi wanita itu tak bergeming.
Datan berhasil memeluk tubuh wanita itu saat ombak besar menerjang. Datan menarik tubuh wanita itu yang terus berontak meminta lepas. Datan menghempaskan tubuh wanita itu saat keduanya sampai di bibir pantai membuat wanita itu mundur beberapa langkah.
"Mbak Pretty" ujar Datan kaget saat melihat wajah sendu Pretty.
"Ngapain loe tolongin gue, Datan? Biarin gue mati. Gue pengen ketemu Azka" pekik Pretty.
"Apa mbak sudah gila!!!" pekik Datan yang juga sudah sangat kesal.
"Iya gue memang sudah gila Datan,, gue gila karena kehilangan lelaki yang gue cintai" isaknya membuat Datan menatapnya dengan tatapan tak terbaca. "hidupku kini tak ada gunanya lagi" ujar Pretty menangis sejadi-jadinya.
"Bodoh!!" umpat Datan membuat Pretty menatap Datan dengan kekesalannya. "mbak sangat bodoh,, dimana otak mbak, hah??? Bukankah mbak sangat pintar? Bahkan di umur yang semuda ini, mbak sudah akan menjadi seorang dosen. Tapi ternyata mbak sangatlah bodoh" ujar Datan tajam membuat Pretty menatap Datan dengan kesal.
"Apa maksudmu, Datan!!" pekik Pretty sangat kesal
"Apa mbak pikir, dengan mbak bunuh diri semua masalah akan selesai? Mbak pikir dengan mbak mati di bawa hanyut oleh ombak, mbak bisa bertemu dengan Azka dan bersama lagi di alam sana. Itu pemikiran paling idiot!!!" kata-kata kasar Datan menyakiti hati Pretty. "mbak bukannya bisa bertemu dengan Azka, tapi yang ada mbak akan jadi panggangan di api neraka. Boro-boro bisa nyari keberadaan Azka, mbak bakalan kekal abadi di dalam neraka. Berpikirlah realistis jangan terlalu mendramatisir keadaan. Ini bukan cerita sinetron atau drama, tidak ada darisananya mati bersama karena cinta. Itu bulshit!!" ujar Datan yang juga terlihat kesal membuat Pretty semakin menangis terisak.
"Dengar mbak, kalau mbak mencintainya. Maka mbak harus mencintai diri mbak sendiri, tidak ada siapapun di dunia ini yang tidak memiliki masalah. Semua orang pasti mati, tetapi ada saatnya nanti. Tuhan sudah mengatur segalanya, termasuk kapan kita akan meninggal. Lihatlah orang lain yang mengalami sakit parah, bahkan dia sudah di vonis umurnya tak akan lama lagi. Tetapi Mereka terus berjuang mati-matian melawan penyakitnya hanya untuk tetap bertahan hidup. Dan mbak, mbak sehat wal'afiat apalagi yang mbak inginkan? Mbak malah ingin menyia-nyiakan hidup mbak. Harusnya mbak bersyukurlah dengan apa yang sudah tuhan kasih untuk mbak" ujar Datan kesal.
"Lihatlah pengemis di jalanan, seharusnya mbak bersyukur dan berterima kasih kepada tuhan karena masih memberikan mbak tempat tinggal yang layak. Mereka yang tidak memiliki rumah, tidak bisa makan, bahkan tak memiliki pakaian, mereka masih bisa bersyukur kepada tuhan. Mereka yang bahkan tak memiliki keluarga, tidak memiliki orangtua, tidak memiliki siapapun, tetapi masih mampu bertahan hidup. Mbak bahkan masih memiliki keluarga yang utuh, memiliki seorang kakak dan orangtua yang begitu menyayangi mbak. Apalagi yang mbak inginkan? Apalagi yang tidak tuhan berikan untuk mbak?" Tanya Datan.
"Kalau masalah cinta? Bukankah terkadang cinta itu tak harus memiliki. Cinta sejati itu tidak harus selalu bersama, kan? Aku akui, aku belum pernah merasakan jatuh cinta, bagaimana rasanya jatuh cinta dan di cintai seseorang. Tapi yang aku tau, cinta itu tak akan pernah menyesatkan kita. Setidaknya manfaatkan hidup mbak untuk Azka tunangan mbak. Percuma saja mbak melakukan bunuh diri. Tuhan sangat membenci tindakan konyol itu" ujar Datan. "tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan kita. Percayalah semuanya akan berlalu, dan mbak akan bahagia tanpa ada Azka seiring berjalannya waktu. Azkapun akan bahagia di atas sana melihat mbak disini bahagia" ujar Datan mulai melembut
Pretty menangis sejadi-jadinya, dengan memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil karena badannya yang basah dan dingin. Datan melepas jas hitam yang dia pakai dan berjalan mendekati Pretty, ia pakaikan jas itu di tubuh Pretty.
"Aku akan mengantarkan mbak pulang" ujar Datan, Pretty hanya menurut saja dan mengikuti Datan. Kata-kata datan terus terngiang-ngiang di telinga Pretty.
Di dalam mobil, suasana begitu hening. Bahkan Datan tak ingat kalau dia datang ke pantai bersama seorang wanita. Pretty yang duduk di samping Datan sesekali melirik ke arah Datan yang terlihat fokus menyetir.
Dia merasa malu pada Datan, pada dasarnya ucapan Datan benar adanya. Mungkin Pretty yang terlalu mendramatisir keadaan. Tetapi tak bisa di pungkiri kalau hatinya sangat hancur karena kepergian Azka.
"Sudah sampai" ucapan lembut Datan menyentakkan Pretty dari lamunannya. Pretty menengok ke arah Datan yang juga tengah menatap ke arah dirinya.
"Aku tau, pemikiranku begitu minim. Aku hanya terlalu putus asa, dan begitu kehilangan dia" Datan masih memperhatikan wajah Pretty yang saat ini kembali memalingkan wajahnya dengan sesekali mengusap air matanya yang luruh.
"Maafkan aku Datan" kali ini Pretty menengok kearah Datan, membuat mata mereka beradu dan terpaut satu sama lain.
"Kenapa minta maaf padaku?"
"Aku-"
"Jangan minta maaf padaku, minta maaflah pada tuhan dan pada diri kamu sendiri. Pecayalah pelangi akan selalu muncul setelah badai berlalu. Tidak mungkin badai akan terus menerjang. Kehidupan itu seperti ombak di lautan. Terkadang pasang, terkadang juga surut. Percayalah semuanya akan kembali baik." Entah dorongan dari mana, tangan Datan terulur mengusap pipi Pretty yang kembali menjatuhkan air matanya.
"Jangan menangisinya terus, dia butuh doa bukan air mata" ucapan Datan menyentakkan Pretty dan segera memalingkan wajahnya.
"Em,, makasih Datan. Aku masuk" Pretty bergegas masuk ke dalam rumah setelah melepas jas milik Datan dan menyimpannya di jok mobil.
Datan masih memperhatikan Pretty yang berjalan memasuki rumah keluarga Jonshon. Dan termenung sesaat setelah Pretty menghilang di balik pintu. Dia seakan merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya.
Tetapi seketika ia mengedikkan bahunya dan menghilangkan perasaan aneh itu. Dia kembali menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Dewi.
