Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

Pretty tengah duduk sendiri di atas ranjangnya menatap kosong ke depan. Hari ini Pretty sudah kembali ke rumahnya setelah di rawat beberapa hari di rumah sakit. Percy dan Rasya dengan setia menemani dan menghibur Pretty yang terlihat sangat down dengan kepergian calon suaminya.

'Ini sudah ketiga harinya kamu pergi dari aku, Azka? Aku kesepian disini, aku sendirian disini. Aku harus apa sekarang tanpa kamu? aku bahkan tak bersemangat untuk menitik karirku. Aku butuh kamu Azka, aku sangat membutuhkanmu' batin Pretty, setetes bulir air mata membasahi pipinya.

Pretty mengambil pigura Azka dan membelai wajah Azka. 'Aku mencintaimu, Azka. Sangat mencintaimu' batin Pretty menangis terisak dan memeluk pigura itu dengan sangat erat.

'Aku tak mau sendiri,, aku butuh kamu Azka. Aku butuh kamu' jerit batin Pretty

"hikz...hikz...hikz...aku tidak mau sendiri Azka, aku butuh kamu...hikzzz" isak Pretty sejadi-jadinya.

Tak lama Rasya datang dengan membawa semangkuk bubur di tangannya, Rasya duduk di samping Pretty dan mengusap kepala Pretty dengan lembut.

"Sya,, gue butuh Azka" isak Pretty

"Gue tau,, Azka pasti sedang menatap loe di atas sana" ujar Rasya membelai kepala Pretty.

Percy datang dengan membawa sebucket bunga untuk Pretty. Langkahnya terhenti saat melihat Rasya juga ada di sana. "Loe harus bisa merelakannya Pretty" ucap Rasya.

"Gue gak bisa, Sya? Gue gak bisa melupakannya. Gue sangat mencintainya..hikzz" isak Pretty

"Tidak Prit, bukan melupakannya. Tapi merelakannya, Loe tidak perlu melupakannya karena gue tau kalau Azka akan selalu ada di sini" Rasya menunjuk dada Pretty membuat Pretty menatapnya dengan nanar. "Dia akan selalu ada disini, sampai kapanpun juga dan tak akan pernah ada yang bisa menggantikannya. Tubuhnyalah yang mati dan pergi ninggalin loe, tapi tidak dengan hatinya. Hatinya masih terpaut di dalam sini, bersama dengan cinta loe" jelas Rasya membuat Pretty menatap Rasya dengan seksama. Bibir Percy tersungging melihat Rasya yang begitu dewasa memberi masukan ke Pretty.

"Sekarang loe makan yah" ujar Rasya. "Loe masih sakit, dan loe butuh makan yang banyak" tambah Rasya membuat Pretty mengangguk.

"Gue akan suapin loe" ujar Rasya lagi seraya menyodorkan sendok berisi bubur ke mulut Pretty.

"Nah gitu dong" ujar Percy berjalan mendekati mereka berdua saat keduanya sudah menengok ke arah Percy.

"Kakak" gumam Pretty

"Hai adeku sayang, bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Percy

"Sudah mulai membaik, Kak" ujar Pretty

"Baguslah, karena malam ini kakak akan mengajak kalian berdua jalan. dan ini untukmu, sayang" ujar Percy menyerahkan sebucket bunga kesukaan Pretty.

"Makasih, Kak" jawab Pretty.

Pretty berjalan menuju gucinya, dan mengganti bunga di kamarnya dengan bunga yang di bawa Percy. Pretty termenung sesaat karena biasanya Azkalah yang selalu mengirimkan bunga kepadanya.

"Terima kasih, Sya" ujar Percy

"Santai saja, per. Gue juga kan sahabat loe dan Pretty, sudah seharusnya gue kasih support buat Pretty" ujar Rasya tersenyum membuat Percy ikut tersenyum.

"Ayo makan lagi" ujar Rasya kembali menyuapi Pretty. Pretty memang sangat dekat dengan Rasya di banding dengan Randa dan Rindi.

***

Datan tengah mengajak seorang wanita kencan ke sebuah restaurant. Datan mendapatkan uang dari hasil kurir pos cinta Leon. Bilang saja Datan memanfaatkan mereka, karena memang kenyataannya Datan memanfaatkan mereka karena Datan butuh suntikan dana untuk rencana kencannya bersama para wanita idamannya.

Datan membawa seorang gadis ke sebuah restaurant yang cukup mewah dan memilih meja di balkon restaurant hingga bisa menatap beberapa rumah dan jalanan ibu kota dari atas balkon. Dengan gentelmentnya Datan menarik kursi untuk wanitanya itu.

"Makasih Datan" ucapnya dan duduk di atas kursi, lalu Datan ikut duduk di kursi yang ada di hadapan wanita itu.

"Kamu mau pesan apa, babe?" Tanya Datan kepada wanita yang tengah tersenyum manis di depannya. Wanita itu melihat daftar menu dan memilih menu yang diinginkannya.

'Jangan memilih menu yang paling mahal, Riri sayang' batin Datan harap-harap cemas.

"Mbak, saya ingin pesan yang ini, ini, ini, sama ini dan minumannya jus alpukat dan yogurt stawberry" ujar Riri

'Oh god !! dia mau makan atau mau ngerampok sih? Yaelah pesen makanan segitu banyaknya. Itu perut apa gentong sih, makanan sebanyak ini bisa masuk ke dalam perut. Gue salah bawa kencan cewek nih kayaknya' batin Datan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kamu mau pesan apa, babe?" Tanya Riri kepada Datan.

"Aku pesan kopi hitam saja tanpa gula" ujar Datan membuat Riri mengernyitkan dahinya bingung.

"Kamu kenapa cuma pesan itu? Bukannya kamu juga belum makan?" Tanya Riri penasaran.

"Aku mendadak kenyang" ujar Datan tersenyum kecil. 'bakal bayar berapa nih gue? Aishh duit cuma ada satu juta juga' batin Datan.

"Kamu romantis sekali, Datan. Kamu bawa aku ke tempat seperti ini" ujar Riri tersenyum bahagia.

"Iya dong, aku gak pernah setengah-setengah dalam mengajak kencan seseorang" ujar Datan tersenyum manis

"Kamu benar-benar romantis deh" ujar Riri mencubit pipi Datan.

"Aduh aduh,, sakit" ringis Datan

"Maaf babe" kekeh Riri dengan manja membuat Datan mengusap pipinya.

'Ya tuhan, gue bawa cewek model apa sih ini? mana udah meres gue, pake aniaya gue segala lagi. Tuh nyubit kagak kira-kira, pipi gue ampe berasa melar' batin Datan.

Pesanan merekapun datang, Datan melotot sempurna melihat menu yang di pilih Riri tadi, semuanya makanan berat dan berlemak.

"Kamu yakin akan menghabiskan semua makanan ini?" Tanya Datan terpekik kaget

"Iya, kenapa memangnya? Aku memang hobby makan, Datan. Walaupun badanku kecil" ujar Riri tersenyum antusias.

'Aishhh,, gue bawa cewek titisan dari mana nih? Gue malah pengen muntah duluan lihat makanan sebanyak ini' batin Datan.

Tak jauh dari tempat Datan, Okta dan Chacha datang untuk menikmati makan malam mereka berdua. Okta mengajak Chacha untuk memilih tempat di balkon restaurant.

"Silahkan nelaku sayang" Okta menarik kursi untuk Chacha duduk.

"Makasih crocodile sayang" Chacha tersenyum dan duduk di atas kursi diikuti Okta.

Sungguh keajaiban, Okta duduk tepat di belakang Datan. Keduanya saling memunggungi dan sibuk dengan pasangan masing-masing.

"Kamu mau pesan apa, nela?" Tanya Okta

"Apa saja, kali ini kamu yang pilihkan. Tapi jangan yang berlemak, aku tidak mau badanku semakin melar" ujar Chacha dengan manja

"Nggak apa-apa, Nela, baguskan melar. Mirip gentong air" kekeh Okta dan Chacha langsung memukul lengan Okta kesal dan cemberut.

"Dasar aki-aki nyebelin" cibir Chacha membuat Okta terkekeh.

"Aku senang, melihat kamu seperti ini, nela. Jangan demen sama badan kayak triplek, udah gak ada dagingnya lagi. Gimana mau aku peluk kalau tipis gitu. Kalau gini kan montok, terus bikin anget kalau aku pelukin" ujar Okta membuat Chacha mencibir.

"Dasar aki aki mesum" cibir Chacha membuat Okta terkekeh.

"Tapi suka kan" ujar Okta mengedipkan sebelah matanya membuat Chacha terkekeh.

"Kamu tau, kenapa jalanan ibu kota selalu ramai?" Tanya Datan

"Kenapa memangnya?" Tanya Riri

"Karena kalau sepi, bukan kota metropolitan namanya tapi kuburan, seperti hati aku tanpa kamu akan sepi seperti di kuburan" gombal Datan membuat Riri merona.

Okta dan Chacha mematung saat mendengar suara dan gombalan ala ala titisan aligator. Chacha melirik ke belakang Okta, sekaligus Oktapun menengok ke belakangnya dan terlihat Datan tengah bersama seorang wanita. Walau hanya melihatnya dari belakang, Okta dan Chacha sudah sangat mengenal little crocodilenya.

"Kita dengarkan" ujar Chacha membuat Okta mengangguk.

"Benarkah, kamu akan hampa tanpa aku?" Tanya Riri antusias.

"Iya,, aku akan hampa tanpa kamu" ujar Datan.

'Yang ada, gue seneng tanpa loe. bisa bangkrut gue nyiapin makanan sebanyak ini setiap hari. Mana sekarang lagi di hukum sama daddy lagi' batin Datan.

"Ternyata kamu tak seburuk yang di katakan anak-anak di kampus yah" ujar Riri berbinar menatap Datan.

"Jangan mendengarkan mereka, itu semua hoax. Datan tak pernah menyakiti hati wanita, Datan itu seorang pecinta wanita yang hanya akan membuat para wanita bahagia" gombal Datan membuat Chacha terkikik dan Okta mencibir anaknya.

"Mirip denganmu, Crocodile" bisik Chacha

"Dia nyuri buku keramat aku, Nela" ujar Okta membuat Chacha terkekeh.

Datan ngeri melihat Riri yang makan dengan lahapnya. Sesekali Datan menyeruput kopi pahitnya.

"Si Datan gak salah bawa cewek?" bisik Okta dan Chacha hanya mengedikkan bahunya. "Kenapa si Datan kencan sama dugong " tambah Okta membuat Chacha terkikik.

"Badan dugong lebih mirip aku" ujar Chacha cemberut sambil mencubit pinggang Okta.

"Tidak nela sayang, kamu lebih cocok jadi putri duyungnya. Masa iya istri seorang Oktavio seekor dugong, istri seorang Oktavio itu seorang nenek lampir titisan penyihir jahat" ujar Okta terkekeh.

'Aishh nih cewek makan banyak bener' batin Datan mendadak kenyang melihat Riri yang makan banyak dan sangat lahap.

"Melihat Datan seperti itu, aku jadi ingat kamu waktu kuliah. Kita sering berantem" kekeh Chacha

"Iya kamu bener, aneh banget sekarang aku malah terpikat sama nenek lampir titisan penyihir jahat" celetuk Okta.

"Kamu pelet aku yah, makanya aku jadi tergila-gila sama kamu" tuduh Chacha.

"Ya elah Nela, tanpa aku peletpun. Kamu udah klepek-klepek kali sama ketampanan dan keunyuan aku" kekeh Okta dengan bangganya membuat Chacha mencibir

"Kamu tau gak Ri. Alasan aku masuk fakultas kedokteran" ujar Datan

"Kenapa memangnya?" Tanya Riri

"Untuk menjadi dokter cintanya kamu suatu saat nanti" ujar Datan membuat Riri semakin meleleh di buatnya.

"Ini nih namanya anak gue" gumam Okta membuat Chacha terkikik mendengar gombalan Datan yang sangat mirip dengan biangnya.

"Diantara angka satu sampai sepuluh, nilai kamu tuh satu, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, Sembilan, sepuluh. Gak ada duanya" ujar Datan membuat Chacha tersedak seketika mendengarnya.

'Tak ada duanya gembul makannya maksud gue,,' batin Datan.

"Datan, kamu gombal mulu deh" ujar Riri merona. Rayuan maut Datan memang sulit di hindari, siapapun akan langsung luluh karenanya.

"Benar-benar titisan aligator, si Datan" kekeh Okta

"Geli aku denger gombalannya, mirip banget sama biangnya" ujar Chacha membuat Okta terkikik.

"Nela sayang, kamu tahu kenapa malam ini terasa begitu dingin?" Tanya Okta.

"Mungkin karena habis hujan tadi" ujar Chacha cuek saja sambil menyeruput minumannya.

"Salah Nela" ujar Okta.

"Terus karena apa?" Tanya Chacha menatap Okta.

"Karena hanya senyuman manismu yang mampu menghangatkan hatiku di malam yang dingin ini" ujar Okta membuat Chacha membelalak matanya lebar.

"Prrttt...hahahaha aki-aki ngegombal" tawa Chacha pecah, mendengar gombalan suaminya yang menggelikan.

"Sssttt,," Okta membekap mulut Chacha karena takut Datan mendengarnya, benar saja. Datan langsung berbalik dan Okta langsung menarik Chacha untuk dia cium dan memunggungi Datan.

"Iuuuhhhh kagak sadar tempat" gerutu Datan saat melihat Okta yang memunggunginya sambil mencium bibir Chacha.

"Heh pak tua, sadar tempat dong. Merusak moral anak saja" teriak Datan membuat Okta tertawa dalam hatinya.

Chacha mengintip dan Datan sudah kembali memunggungi mereka, Chacha langsung mendorong Okta sampai Okta kembali duduk di tempatnya.

"Isshhh dasar pak tua mesum" cibir Chacha.

"Makanya, jangan tertawa. Udah tau tawa nenek lampir itu menyeramkan" ujar Okta membuat Chacha mencubitnya.

Hubungan Chacha dan Okta tak pernah berubah, mereka memang selalu saling mengejek dan perang cubitan. Tetapi kenyataannya mereka saling mencintai dengan sangat tulus.

"Mas, minta billnya" panggil Datan.

Tak lama seorang waiters memberikan secarik kertas ke Datan. "Oh god!!!" gumam Datan saat melihat tagihannya dua juta rupiah.

'Ini cewek benar-benar meras gue. Gimana bayarnya sekarang? gue Cuma bawa satu juta' batin Datan.

"Wmm babe" panggil Datan

"Yah Datan?" Tanya Riri

"Kamu tunggu di luar saja, nanti aku menyusul" ujar Datan

"Kenapa begitu?" Tanya Riri heran

"Aku mau ke toilet dulu, kamu keluar saja lebih dulu" ujar Datan

"Begitu yah, baiklah. Aku tunggu di luar, jangan lama yah" ujar Riri dan beranjak meninggalkan Datan sendiri.

"Mampus gue!!" umpat Datan mengusap rambutnya ke belakang. "Gimana cara bayarnya?" gumam Datan.

"ck,, cewek itu benar-benar meras Datan" bisik Okta

"Kasian little crocodilenya mommy" tambah Chacha. "Ayo bantuin dia, Crocodile" ujar Chacha

"Tunggu dulu, Nela. Kita lihat dulu dia mau ngapain, seorang pria sejati itu harus bisa menghadapi masalahnya sendiri" ujar Okta membuat Chacha pasrah saja.

"Mas, bayarnya bisa pake handphone? Handphone mahal nih, I-phone keluaran terbaru" ujar Datan.

"Aduh mas, kami tidak menerima barang. " ujar Waiters itu.

"Ayolah Mas, ambil saja handphone ini" ujar Datan

"Maaf mas, tidak bisa" ujar waiters itu

'Aishhh gimana ini. Masa iya gue harus cuci piring' batin Datan.

"Handphonenya biar saya yang beli, bocah nakal" teriak Okta membuat Datan dan waiters itu menengok ke arah Okta.

"Mom, dad????" pekik Datan sangat bahagia.

"Hallo little crocodile" sapa Chacha tersenyum manis.

"Jadi pak tua mesum itu daddy???" Tanya Datan kaget

"Iya, bocah nakal. Kira-kira dong kalau mau ajak kencan cewek, dugong kok di bawa" celetuk Okta membuat Datan terkekeh.

"Maklum Dad salah alamat" kekeh Datan. "Tetapi syukurlah ada dad dan mom. Setidaknya Datan terselamatkan dari cucian kotor" ujar Datan membuat Chacha terkekeh

"Iya, kali ini kamu daddy lepaskan. Udah sana pergi, antarkan dia pulang dan jangan ajak lagi dia kencan, dia bisa membuat kamu bangkrut" celetuk Okta

"Dad dan Mom gak pulang?" Tanya Datan

"Tidak, kami akan berkencan. Udah sana pergi, dan langsung pulang jangan keluyuran lagi" celetuk Okta. "jangan ganggu acara kami".

"Idih daddy udah tua juga, nggak nyadar umur" celetuk Datan terkekeh. "Bye mom, bye dad crocodile" ujar Datan dan berlari keluar restaurant.

"Masukan ke dalam tagihanku" perintah Okta yang di angguki waiters itu.

"Baiklah Nela sayang, mari kita lanjutkan kencan kita yang tertunda karena bocah nakal itu" ujar Okta membuat Chacha terkekeh.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel