Bab 6
Datan baru saja datang, Okta dan Chacha terlihat sedang mengobrol di ruang televisi dengan saling merangkul.
"malam dad, mom" datan mencium pipi chacha.
"malam little crocodile" ujar chacha tersenyum.
"datan duduk dulu" ujar okta membuat datan duduk dengan wajah merengutnya.
"apa lagi dad" ujar datan
"daddy mau Tanya, mobil Lamborghini hitammu yang hilang itu. Hilang dimana datan?"
Deg
Datan memucat saat okta mengungkit mobil sport miliknya yang sudah lama raib itu.
"kenapa daddy Tanya itu lagi? Kan sudah jelas, dad" ujar datan
"apanya yang sudah jelas?" Tanya okta masih menahan emosinya
"ya,, itu-" cicit datan bingung
"lebih tepatnya bukan hilang, tapi kamu jadikan bahan judimu, kan!!!!!!" pekik okta membuat chacha mengusap lengan okta.
"crocodile tenanglah" ujar okta
"datan, kamu ini mau jadi apa sih?????? Daddy cape cape kerja buat Menuhin semua keinginan kamu dan kamu malah menghamburkannya seenak jidatmu!!!" pekik okta kesal
"maaf dad" gumam datan
"kamu benar-benar buat daddy kecewa datan !! ya tuhan,,, kamu bahkan membohongi daddy saat itu dan bilang kalau mobil kamu hilang karena di curi orang" pekik okta semakin kesal
"sudahlah crocodile,, datan sudah minta maaf" ujar chacha
"tidak nela, kamu selalu saja membela anak bandel ini. dia bukannya kuliah dengan benar, ini malah ngabisin uang dengan berjudi!!!" pekik okta
"masuk kamar kamu, datan" perintah chacha membuat datan beranjak
"jangan ke kamar" ujar okta membuat datan mengernyitkan dahinya menatap okta
"kamu tidur di kandang conel malam ini dan tak ada bantahan" ujar okta sinis
"crocodile" ujar chacha
"diamlah nela, aku sedang mendidik anakku" ujar okta sinis.
"sudahlah mom, datan yang salah" ujar datan dan berjalan lesu menuju taman belakang.
Okta meneguk teh yang ada di atas meja sambil menghela nafasnya.
"actingmu berlebihan crocodile,, anak gw sampe ketakutan gitu" ujar chacha kesal
"ayolah nela sayang, jangan berlebihan. Anak kesayangan kamu itu kali-kali harus di beri pelajaran" ujar okta santai sambil merangkul chacha dengan sayang.
"gimana, acting aku baguskan. Gak kalah hebatnya dari actingnya logan lerman kan" ujar okta tersenyum bangga sambil memainkan kedua alisnya.
"dasar aki-aki narsis,, awas ah. Aku mau kasih selimut dulu buat anak aku, kasian dia akan kedinginan di kandang si conel" ujar chacha melepas rangkulan okta dan berlalu pergi.
"ya tuhan anak itu, membuatku darah tinggi. Untung saja aku orangnya sangat unyu dan baik hati, jadi gak pernah bisa marah beneran" gumam okta santai sambil menonton tv.
Di kandang conel, datan duduk di sisi pohon sambil menatap kolam di depannya. Sedangkan sang reftil tengah berada di sisi datan.
"gw nebeng tidur disini yah conel, loe gak keberatan kan" ujar datan pada buaya di sisinya itu yang sudah dewasa dan kini ukurannya mungkin sudah sepanjang 10 kaki manusia.
"daddy marah sama gw, conel. Gw kan ilangin mobilnya karena kalah tanding, harusnya gw menang saat iu, tapi dasar aja lawannya licik. Yah jadi gw kalah" ujar datan merengut.
"bahkan sekarang gw kere,, conel. Gw juga gagal kencan sama dara Anak club music di kampus, padahal gw cukup sulit buat deketin dia. Gw sampe harus bela-belain masuk club music dan main gamelan, hanya buat deketin dia, sungguh konyol kan. Tapi hasilnya malah ancur, karena gak ada dana. Gw jadi gagal kencan" curhat datan panjang lebar.
"apes bener kan gw, conel. Daddy benar-benar kejam, mana sekarang gw harus tidur bareng loe lagi. Untung aja loe cowok, kalau cewek kan bisa bisa loe hamil" ujar datan asal.
"ngomong kek conel, gw lagi galau nih.. malah diem mulu loe. dasar buaya!!" ujar datan kesal.
Datan kembali terdiam memikirkan perkataan okta, daddynya itu tak pernah marah. Yang ada daddynya itu selalu berbuat konyol dan saling ledek sama datan. Tapi kali ini, datan sampai tak bisa berbuat apa-apa.
"datan sayang" chacha sudah masuk ke dalam kandang dan menghampiri datan.
"ya mom" ujar datan
"ini mom bawain kamu selimut" chacha menyerahkan selimut ke datan dan datan menerimanya dengan sayang.
Chacha juga menyodorkan susu untuk datan, dan menyuapi datan makanan.
"kamu belum makan kan, ini mommy suapin kamu" ujar chacha dan datan menerimanya.
"kenapa daddy semarah itu mom" ujar datan
"jangan kamu dengarkan daddy kamu, dia sedang kumat darah tingginya" ujar chacha asal, karena chacha tau suaminya hanya berackting.
"apaan conel, liat liat. Tadi aja gw curhat loe kagak liat ke gw, sombong loe malah ngasih gw pantat loe. sekarang pas gw lagi makan, loe nengok. Diem loe kagak ada jatah makan buat loe" ujar datan membuat chacha terkikik.
"sudah biarkan saja" ujar chacha.
Buaya itupun, berjalan dan masuk ke dalam air meninggalkan chacha dan datan.
"ishh jadi buaya kok ngambekan dia,," cibir datan dan terus menerima suapan dari sang mommy tersayangnya.
Chacha sadar kalau datan belum benar-benar beranjak dewasa, datan juga memang selalu di manja oleh chacha.
***
Pretty tengah merenung di ruang rawatnya dengan tatapan kosong ke depan. Air mata tak berhenti mengalir membasahi pipinya. Sesekali pretty mengusap cincin yang bertengker manis di jari manisnya.
'azka, apa ini mimpi? Aku berharap ini mimpi, dan aku ingin segera bangun dari mimpi buruk ini' batin pretty.
"pretty" panggil seseorang mengusap pundak pretty membuat pretty menengok ke arah seseorang itu.
"rasya" gumam pretty menangis kembali dan rasya langsung memeluknya memberi kekuatan pada sahabatnya itu.
"kenapa azka melakukan ini sama gw rasya,, gw salah apa,, kenapa dia ninggalin gw di saat kami akan menikah,,hikz...hikz...hikz..."isak pretty sejadi-jadinya.
"loe harus kuat pretty, loe harus bisa ikhlasin dia" ujar rasya terus mengusap punggung pretty.
"lalu selanjutnya gw harus apa, sya? Gw harus bagaimana tanpa ada azka?" isak pretty melepas pelukannya dan menangis semakin meraung-raung membuat rasya ikut menangis.
"kisah loe masih panjang, pretty. Jalan loe masih panjang" ujar rasya
"percuma rasya kalau tanpa azka,, gw hanya butuh azka !!! gw hanya mau azka,,hikz...hikz...percuma gw hidup kalau dia gak ada...hikz...hikz...hikz..." isak pretty kembali meraung raung.
Percy masuk ke dalam ruangan saat mendengar tangisan pretty semakin kencang.
"de,, tenanglah. Tadi kata dokter kamu harus banyak istirahat" ujar percy yang berdiri di sisi lain brangkar berhadapan dengan rasya.
"aku mau azka, kak. Aku mau azka..hikzzz...hikz...hikz... balikin azka kak percy, balikin azka padaku,,hikzzz" pretty semakin meraung-raung di atas brangkar membuat rasya memeluk pretty dan mengusap punggungnya memberikan kekuatan ke pretty.
"menangislah sepuas loe, keluarin beban di hati loe, pretty. Berbagilah sama gw" ujar rasya membuat percy melihat ke arah rasya yang juga ikut menangis.
"hikz.....hik.....hikz.....azka!!!!! AZKA....hikz...hikz..." isak pretty semakin meraung sejadi-jadinya
"kamu harus kuat de" percypun mengusap kepala pretty dengan sayang dan sesekali mengusap matanya yang memerah.
"hikz...hikz...kenapa harus azka? Aku bagaimana sekarang? hanya azka yang bisa memahami aku,,hikzz...hikz..." isak pretty sejadi jadinya di pelukan rasya.
***
