Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12

Datan baru selesai mandi dan tengah bercermin sambil menyisir rambut sambil bersiul dengan masih telanjang dada dan handuk putih yang di lilitkan di pinggangnya.

Setelahnya Datan berjalan menuju lemari dan mengambil celana jeans dan t-shirtnya. Datan dengan santainya melepaskan handuk itu.

"Kyaaaaaaa!!" pekikkan seseorang membuat Datan menengok dan terpekik kaget.

"Whaaaaa!!!" pekik Datan kembali meraih handuk dan menutupi bagian intimnya dengan handuk, walau sudah memakai underwarenya tetap saja Datan malu bukan kepalang. Seseorang yang baru saja membuka pintu masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Mbak Pretty kalau masuk ketuk pintu dulu kenapa sih" celetuk Datan

"Sowry Datan, gue kira ini kamar buat gue tempati" cicit Pretty menurunkan kedua tangannya saat melihat Datan sudah kembali memakai handuknya.

"Memang Mbak Pretty menginap disini?" Tanya Datan kaget

"Iya Datan, mbak akan tinggal disini untuk sementara. Ngomong-ngomong kamar tamunya sebelah mana yah?" Tanya Pretty kebingungan.

"Di samping kamar aku" jawab Datan jutek

"Oh o-ke, sekali lagi sowry yah Datan" ujar Pretty dengan wajah merahnya dan beranjak menuju kamarnya.

***

"Mommy !!!!!" teriak Datan saat menuju ke dapur, terlihat Chacha sibuk menata makanan di atas meja.

"Apa sih little Crocodile, kamu berisik sekali" ujar Chacha

"Anak tampan dan unyu mommy ini sudah ternoda" ujar Datan ngaco membuat Chacha mengernyitkan dahinya bingung. "Kenapa mommy tidak bilang sih kalau mbak Pretty yang akan tinggal disini"

"Memang kenapa, Datan?" Tanya Chacha

"Tau deh," jawab Datan kesal

"Tadi kamu bilang ternoda? Apanya Datan?" Tanya Chacha penasaran

"Tau ah,,," jawab Datan dan berlalu pergi meninggalkan Chacha kesal.'Ngapain wanita galau itu kesini sih? Ribet deh nih urusannya. Masa iya gue harus berguru lagi ke opa Mario Teguh biar bisa bijak dalam menghadapi wanita galau itu' batin Datan.

Datan berjalan dengan menggerutu memasuki kamarnya,

Bruk

"Adaww" Datan mengusap pantatnya saat bertabrakan dengan seseorang membuat pantatnya menyentuh lantai.

"Datan sorry" Pretty yang barusan menabrak Datan.

"Ya tuhan kenapa dengan hari ini" gerutu Datan segera berdiri dan beranjak begitu saja tetapi Pretty menahannya.

"Kamu gak apa-apa kan? Apa aku perlu obatin?" ucapnya khawatir dan merasa tak enak.

"Mbak mau obatin pantat aku??" ucap Datan membuat Pretty tersentak.

"eh itu, nggak. Aku pikir tangan kamu yang-" Datan berjalan menyudutkan Pretty membuatnya terus mundur hingga menabrak dinding di belakangnya.

"Pantatku yang sakit, mbak mau mengobatinya. Baiklah" Datan hendak membuka pengait celananya.

"Aaaa" Pretty berteriak seraya mendorong tubuh Datan dan berlari meninggalkan Datan yang menahan tawanya.

"Dasar aneh" gumam Datan berjalan memasuki kamarnya.

Pretty mengatur nafasnya saat sampai di meja makan, dimana sang Oktavio sudah duduk manis tengah meneguk teh hangat.

"Ada apa Pretty?" Tanya Okta bingung.

"Itu-" Pretty masih mengatur nafasnya.

"Ada apa?" Chacha menghampiri Pretty dan mengusap pundaknya.

"Tidak apa-apa tante, om. Pretty hanya takut kesiangan saja, ini kan hari pertama Pretty mengajar" kekeh Pretty menyembunyikan kegugupannya.

"Mom, Dad. Datan berangkat" teriak Datan

"Datan sarapan dulu" teriak Chacha

"Tidak lapar"

"Datan" panggil Okta

"Berangkat"

"Datan" sekali lagi Okta memanggil dan tak lama Datan datang dan berdiri di ambang pintu.

"Ada apa, Dad?" Tanya Datan

"Ini bukan hutan, jadi gak perlu teriak-teriak" ucap Okta.

"Lupa dad, kapasitas suara Datan kan tinggi seperti Adam Levine dan Nick Jonas. Jadi sayang kalau gak di kembangkan teriakan pas naik oktafnya" celetuk Datan membuat Okta menggelengkan kepalanya. Okta baru merasakan betapa menyebalkan dan jengahnya berbicara bersama Datan. Okta mengingat keluhan yang sama dari sahabat brotherhoodnya kalau berbicara dengannya.

Buah Jatuh tak jauh dari pohonnya...

"Kamu antarkan Pretty juga, kalian kan satu kampus"

"APA???" pekik Datan

"Ada apa?" Tanya Okta

"Tidak perlu, Om. Pretty bisa menggunakan taxi" ucap Pretty merasa tak enak

"Sudah jangan sungkan, lagian kalian satu tujuan. Antarkan yah Little crocodile" ucap Chacha dengan lembut membuat Datan mendengus. Perintah sang mommy memang sulit di hindari.

"Oke, Datan tunggu di mobil" Datan berlalu pergi meninggalkan semuanya, saat sudah cukup jauh dia kembali berteriak mengucapkan salam dan mengatakan tidak mau menunggu lama.

"Baiklah Om, Tante. Pretty berangkat dulu" Pretty menyalami Okta dan Chacha bergantian dan beranjak pergi.

"Tunggu sayang, bawa ini untuk di mobil. Kalian perlu sarapan" Chacha membungkus roti ke dalam tissue. "Yang coklat kacang kesukaannya Datan." Pretty mengangguk dan menerimanya.

Klakson mobil terdengar kencang dan di tekan berkali-kali. "Aku duluan Om, Tante" setelah mengucapkan salam Prettypun berlalu pergi.

"Senang rasanya punya anak kayak Pretty, cantik, anggun dan sopan" ucap Okta. "Anak gue gak ada yang bener, gak Datan gak Leonna." Keluhan Okta membuat Chacha terkekeh.

"Semuanya itu bagaimana orangtuanya, Crocodile. Kak Edwin pintar dalam mendidik anak-anaknya" ucap Chacha

"Oh jadi aku gak pintar gitu?" Okta merasa tersinggung.

"Bukan begitu, tapi kita terlalu memanjakan mereka. Terutama Leonna" Okta mengangguk paham.

"Tapi sekarang princesku mau di embat Verrel" keluh Okta

"Biarkan saja, semoga Verrel bisa membimbing Leonna menjadi lebih baik lagi" Okta mengangguk setuju.

***

Datan sudah menjalankan mobil Bugatti hitamnya meninggalkan pekarangan keluarga Mahya.

"Datan ini, sarapan kamu dari tante." Pretty menyodorkan roti coklat kacang ke arah Datan. Datan melirik sekilas dan mengambil roti itu dari tangan Pretty.

Deg

Datan kembali menepis tangannya membuat Pretty sedikit terpukul pelan. "Sorry." Ucap Datan dan mengambil roti itu tanpa menyentuh tangan Pretty.

'Kenapa tangannya menyengat? Apa ada aliran listriknya di tubuhnya.' Batin Datan melirik ke arah Pretty yang terlihat fokus menikmati sarapannya.

Datan menatap wajah Pretty dari samping, wajahnya yang bersinar dan terlihat sangat cantik. Pretty tidak terlihat memakai make up, wajahnya terlihat begitu natural. Warna putihnya seperti purnama di malam hari begitu terang.

Tatapan Datan menurun ke arah leher jenjang bersih milik Pretty, tanpa sadar Datan menelan salivanya sendiri melihat Pretty yang sibuk menelan makanannya. Seketika pikiran nakal Datan memenuhi pikirannya. Datan membayangkan bagaimana kalau dia memberi tanda kepemilikannya di leher putih itu.

Pretty yang merasa di perhatikan, menengok ke arah Datan. Dan seketika Datan langsung memalingkan wajahnya ke depan dan menikmati sarapannya, Datan bahkan tak sadar kalau coklat menempel di sisi bibirnya karena gugup ketahuan membayangkan pikiran nakal pada seorang wanita dan sialnya wanita itu dosennya sendiri.

"Ini." Datan mengernyit saat melihat Pretty menyodorkan tissue kepada Datan. "Ada coklat di sisi bibirmu" tambahnya membuat Datan langsung mengambilnya dan mengusap sisi bibirnya dengan segera.

Berkali-kali Datan berdehem untuk menstabilkan deru nafasnya, dan darahnya yang berdesir membuatnya merinding. 'Ada apa dengan badan gue? Apa gue bakalan sakit?' batinnya.

Mobil Bugatti hitam milik Datan sudah terparkir manis di parkiran kampus.

"Terima kasih yah Datan, aku duluan." Pretty menuruni mobil dan berlalu pergi

Datan tak menjawab dan masih menatap kepergian Pretty. Pertama kalinya Datan menjadi sosok yang pendiam di depan seorang wanita, bahkan dia tidak mampu berkutik sedikitpun. Dan Pretty adalah wanita pertama yang menjadi dunia khayalan mesumnya.

"Ada dengan diri gue?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel