Bab 11
Datan tengah mengantar sang mommy tersayangnya menuju supermarket untuk berbelanja karena akan kedatangan tamu, dan juga untuk kebutuhan rumahnya. "mom, butuh berapa banyak lagi? se-trolly masih belum cukup?" Tanya Datan
"Sebentar lagi little crocodile, ini untuk keperluan kita dua minggu" ujar Chacha.
"Memang siapa yang mau tinggal di rumah kita, mom? Kenapa ribet sekali sih" keluh Datan yang sudah malas berkeliling supermarket menemani sang mommy. Datan bahkan memakai switer abunya dan memakai topi, bahkan kumpluk switer di pakai juga untuk menutupi wajahnya.
"Nanti juga kamu tau" ujar Chacha masih sibuk memilih dan memilah sayuran.
"Yaelah mau numpang saja ribet bener, apa dia sejenis dugong yang maruk?" Tanya Data nasal
"Hush, itu mulut yah kalau ngomong. Jangan bicara kayak gitu" tegur Chacha
"Cape mom" keluh Datan
"Sabar Datan, kamu ternyata lebih cerewet dari biangnya" celetuk Chacha
"Lah Datan kan keturunan nenek lampir juga, yah pasti cerewet lah" seru Datan dengan santai membuat Chacha mendengus. Anaknya memang sangat menyebalkan daripada biangnya. "Mom, bentar yah" ujar Datan saat melihat seorang penjaga toko yang sangat cantik
"Kamu mau kemana Datan?" Tanya Chacha mengernyitkan dahinya bingung.
"Ada pekerjaan urgent, sebentar yah mommy nela sayang" ujar Datan dan beranjak menghampiri sang penjaga toko yang berhijab dan terlihat cantik.
"Assalamu'alaikum" sapa Datan membuat sang wanita itu menengok dan tersenyum sopan.
"Dasar buaya, mirip bener sama bapaknya" keluh Chacha menggelengkan kepalanya saat melihat Datan tengah menyapa seorang penjaga toko.
"Mbak, saya sedang mencari minuman isotonic, sebelah mana yah?" modus Datan
"Paling ujung mas" tunjuk sang penjaga toko itu.
"Sebelah mana sih mbak, aduh saya takut nyasar nih. Bisa di antar?" Tanya Datan dengan senyuman mautnya membuat sang pelayan mengangguk malu.
"Siapa nama mbak?" Tanya Datan, mulai meluncurkan aksinya buayanya.
"Nama saya, Nova mas" jawabnya
"Jangan panggil mas, saya kan bukan mas tukang bakso" celetuk Datan membuat wanita itu terkekeh kecil. "panggil saja saya Natan" ujar Datan mengganti namanya adalah keahliannya supaya tidak di ketahui kalau dia banyak pacarnya.
"Iya Na-natan" jawabnya. "ini minuman isotonicnya" tunjuk Nova membuat Datan mengangguk. "kalau begitu saya permisi" Nova hendak berlalu pergi tetapi Datan kembali memanggilnya membuat Nova menengok. Datan memang memiliki 1001 cara untuk menaklukan hati wanita dan tidak pernah kehilangan ide dalam hal menaklukan incarannya.
"Ada apa?" Tanya Nove mengernyitkan dahinya bingung.
"Tunggu, itu ada bulu mata yang jatuh" celetuk Datan seraya mengambil bulu mata yang ada di bawah mata sang wanita membuatnya mematung kaku "lihat ini ada bulu mata" tunjuk Datan membuat Nova tertunduk malu.
"Terima kasih" jawabnya
"Simpanlah, katanya kalau bulu mata jatuh itu tandanya ada yang kangen sama kamu" ujar Datan menyimpan bulu mata itu di telapak tangan Nova. "karena besok-besok aku yang akan kangen sama kamu" celetuk Datan dengan kerlingan matanya membuat Nova mematung kaku dengan tingkah Datan.
"Oh iya" tambah Datan mengambil pulpen dari tangan Nova yang satunya lagi. Lalu Datan menulis nomor handphonenya di telapak tangan Nova. "itu nomorku, pulang dari sini hubungi saja aku. Aku akan menjemputmu" bisik Datan. "dan terima kasih untuk ini" ucap Datan seraya menunjukkan minuman isotonic di tangannya dan berjalan meninggalkan Nova yang masih mematung karena terbuai oleh rayuan maut Datan.
"Hay mom" sapa Datan saat melihat Chacha sedang melakukan transaksi di kasir.
"Selesai pekerjaan urgentnya?" sindir Chacha membuat Datan terkekeh.
"Selesai mom, berjalan lancar dan mulus" ujar Datan tersenyum lebar membuat Chacha mencibir.
Chacha melihat hendak menaiki mobil, tetapi terhenti karena melihat sosok seseorang yang tengah makan siang bersama seorang wanita. Datan menghampiri Chacha saat sudah memasukan belanjaan ke dalam bagasi mobil.
"Ada apa mom?" Tanya Datan bingung karena Chacha masih mematung di tempatnya. "mom" panggil Datan saat tak mendapat jawaban dari Chacha.
"Dasar aki aki" gerutu Chacha beranjak menuju restaurant membuat Datan kaget, dan mengikuti Chacha memasuki restaurant itu.
"Bagaimana kamu mau kan?" Tanya laki-laki berjas abu itu kepada sang wanita di hadapannya.
"Apa yang mau? Loe ngajakin dia buat jadi yang kedua" pekik Chacha mengamuk membuat laki-laki yang tak lain adalah sang aligator dari perkebunan pisang.
"Nela" ucap Okta kaget melihat sang istrinya.
"Kaget loe yah lihat gue, dasar aki aki buaya. Kagak nyadar umur, masih saja nyari selingkuhan dan ini sekretaris sendiri !!" pekik Chacha membuat para tamu melihat ke arah mereka dan berbisik-bisik.
"Love, kamu salah paham" ujar Okta mencoba menenangkan nenek lampir tersayangnya.
"Lap lop lap lop,, apanya yang salah paham?" pekik Chacha kesal
"Mom, jangan disini, malu mom" ujar Datan yang juga baru datang.
"Diem kamu Datan, kamu sama saja sama buaya aki aki ini. Dan kamu Ifa, kamu mau maunya menerima aki-aki ini" tunjuk Chacha dan Ifa hanya tersenyum miris.
"Nela sayang dengerin aku dulu, aku sama Ifa gak ada apa-apa" jelas Okta
"Bohong !! kamu kan rajanya buaya, modus dan bohong itu hobby kamu" amuk Chacha membuat Okta menggaruk tengkuknya bingung.
"Kamu jahat, Crocodile. Mentang-mentang sekarang aku gemukan dan udah gak muda lagi kamu langsung lari sama daun muda. Jahat kamu crocodile" ucap Chacha dan berlari keluar restaurant dengan tatapan aneh dari para pengunjung lain.
"Ya elah si mommy malah ngajakin india indiaan. Udah sana dad kejar mommynya" ujar Datan membuat Okta mengambil kunci mobilnya dan handphonenya yang ada di atas meja.
"Ifa maafkan saya, ini jadi salah paham. Besok kita bicarakan lagi yah" ujar Okta
"Baik pa" jawab Ifa
"Dad, kalau bisa keluarin adegan shahkruk khan saat merayu kajol. Pasti mommy klepek-klepek" ujar Datan
"Oke,, daddy duluan son" ujar Okta beranjak pergi membuat Datan terkikik.
"Perang dunia ke 3 terjadi nih antara Crocodile dan nenek lampir" ucap Datan terkikik. "mbak Ifa kenapa mau sama aki aki model dad sih, kenapa gak sama aku saja. Aku kan single dan lebih muda dan tampan dari daddy" ujar Datan
"Nggak, aku lebih tertarik sama aki aki unyu itu daripada kamu" jawab Ifa seraya beranjak pergi meninggalkan Datan
"Kurang unyu apanya coba gue?" gumam Datan.
Sesampainya di dalam rumah, Chacha masih emosi memasuki kamarnya dan melempar tasnya ke atas ranjang dengan kesal.
"Bener bener kagak nyadar umur tuh aki-aki, sekretaris masih aja di godain" gerutu Chacha kesal. "Dia merasa masih laku gitu? Dasar nyebelin tuh aki-aki, minta gue potong tuh senjatanya biar nggak bisa genjatan senjata lagi" gerutu Chacha membuat Okta meringis dan bergidik ngeri di ambang pintu.
'Kasian bener loe tong jadi bahan luapan emosi nenek lampir' batin Okta.
"Sayangku, cantikku, bidadariku dengarkan suami unyumu ini berbicara dulu" ujar Okta beranjak menghampiri Chacha
"Jelasin apa? kalau aku salah paham, begitu? basi" pekik Chacha emosi.
"Eh sayang tunggu, di wajah kamu ada apaan tuh" ucap Okta memasang wajah serius membuat Chacha mengernyitkan dahinya bingung. "rubah ekspresimu, cepat sayang" tambah Okta semakin membuat Chacha bingung.
"Apaan sih?" Tanya Chacha mengusap- usap wajahnya.
"Ekspresinya coba tenang" perintah Okta dan Chacha menurutinya. "coba senyum dikit" tambah Okta.
"Nggak mau" jawab Chacha jutek
"Ayolah sayang, senyum sedikit" perintah Okta dan Chacha tersenyum kecil. "nah kan gini jauh lebih baik. Kamu kelihatan seperti wanita berumur 25 tahun, kalau jutek dan serem kayak tadi kerutannya kelihatan lho nela sayang. tuh lihat disini, disini sama disini" ujar Okta menunjuk wajah Chacha.
"Keep smile sayang, jadi awet muda kan. Kalau serem kayak tadi wah udah mirip nenek moyangnya nenek lampir" ujar Okta
"Rayuanmu tak mempan raja buaya" celetuk Chacha
"Sini duduk" Okta mengajak Chacha duduk di sisi ranjang dan menggenggam tangan Chacha dengan lembut. "kalau berdiri terus, tidak baik untuk syaraf kaki kita" ucap Okta
"Sotoy" celetuk Chacha jutek membuat Okta terkekeh.
"Aku menyarankan Ifa untuk pindah ke cabang yang di Kalimantan, abang membutuhkan seorang sekretaris. Tadi kami baru selesai meeting dengan seorang client di restaurant itu dan kami membahas itu. Aku bertanya ke Ifa apa dia mau di rolling atau tidak begitu nela sayang" ujar Okta
"Jadi kamu tidak selingkuh dan nyari daun muda?" cicit Chacha membuat Okta terkekeh
"Tidaklah, sampai kapanpun juga di hati sang Crocodile hanya akan ada nela tersayang" ucap Okta tersenyum manis
"Serius?" cicit Chacha dan Okta mengangguk antusias.
"Sudah, itu raut wajahnya di rubah. Lihat kerutannya kelihatan dimana-mana nela" ujar Okta
"Isshhhh" cibir Chacha dan Okta menarik Chacha kepelukannya, menyandarkan kepala Chacha ke dada bidangnya.
"Dengar yah nela sayang, sampai kapanpun juga. Bahkan sampai aku mati nanti, hanya akan ada kamu di hati aku, Nela. Aku sudah tidak butuh yang lainnya lagi. Aku hanya butuh istri semokku" ucap Okta lembut membuat Chacha tersenyum senang.
"Aishh ku pikir bakalan ada adu bantal, taunya cuma begitu saja. Mommy benar-benar payah" gerutu Datan dan berlalu pergi.
***
