Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Bintang sudah selesai mengambilkan gamis ibunya. Dia pun langsung pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Dia melihat Bayu yang masih berdiri di area pembangunan sekolah.

"Hei Bayu!'' panggil Bintang sembari melambai-lambaikan tangannya.

Bayu pun menoleh ke arah suara itu sembari menatap temannya itu heran. Dia pun bergegas menghampirinya.

"Kamu kerja dimana sih?'' tanya Bintang.

"Kami punya perusahaan namanya PT Bangkit."

"Dimana itu? Masih ada lowongan nggak? Soalnya aku belum punya kerjaan nih,'' tanya Bintang.

"Aku nggak percaya, kamu itu pintar masak belum punya kerja, hehehe."

Bayu terkekeh tak percaya dengan yang Bintang katakan.

"Yah, masa kamu nggak percaya sih! Tidak semua orang pintar itu dijamin sukses Bay, kalau ada lowongan kabari aku yah."

"Oke, oke," ucap Bayu.

"Nih nomor W-A aku."

Bintang pun memberikan nomor WhatsAppnya pada Bayu. Bayu pun memnping nomor itu.

Ping!

"Udah masuk, ini nomor kamu?''

"Yups, benar. Di save yah!'' Bayu mengurai senyum.

"Oke."

Bintang membalas senyumannya dan berlalu pergi dari sana. Bayu pun kembali ke tempat kerjanya.

"Bayu," panggil direktur utama tempatnya bekerja yang bernama pak Bagas.

"Iya Pak!''

Bayu pun menghampiri bos nya itu sekaligus pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

"Besok Kamu tidak usah di bagian lapangan lagi. Kamu saya angkat jadi manajer, kerja keras kamu selama ini sangat memuaskan."

Bayu yang sudah tahu ini dari awal karena sudah ada pemberitahuan kalau dia kan dinaikkan pamgkat jadi manajer tersenyum bahagia tapi, tidak terkejut lagi. Dia pun menjabat tangan pak Bagas seraya mengucapkan banyak terima kasih.

"Terima kasih banyak pak Bagas karena telah mempercayakan pekerjaan ini untuk saya. Saya akan bekerja lebih keras lagi untuk kemajuan perusahaan bapak."

"Terima kasih Bayu, kamu memang pekerja keras dan pintar. Desain-desain yang kamu ciptakan banyak diminati para konsumen dan terbukti bagus. Saya ikut bangga punya karyawan seperti kamu.''

Pak Rudi mengacungkan jari jempolnya. Bayu pun mengucap terima kasih lagi dan kembali bekerja.

"Cie, cie, yang naik pangkat, traktir kita dong," gombal teman-temannya yang bekerja kuli.

"Tidak masalah, tapi jangan yang mahal-mahal yah soalnya gaji jadi manajer kan belum cair, hehehe."

Bayu tertawa kecil pada teman-temannya itu.

"Oke!'' seru mereka.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Para butuh kerja pun menghentikan tugasnya. Waktunya pulang ke rumah masing-masing. Bayu pun pulang ke rumahnya dengan wajah ceria dan membawa kabar bahagia untuk keluarganya. Dia juga membelikan 2 bungkus bakso komplit untuk ibu dan adik perempuannya.

"Assalamualaikum, Bu, Ayu...!"

"Waalaikumsalam.''

Terdengar suara Bu Nur menyahut dari dalam. Ayu pun ikut keluar untuk menghampiri Abangnya.

"Abang bawa apa itu? Um...dari wanginya udah mantap dan menggugah selera."

Ayu mendengus bau kuah bakso yang melekat di hidungnya.

"Tau aja kamu kalau makanan, nih ada bakso. Ayo kita makan!'' ajak Bayu.

"Yeee, ada bakso....makanan kesukaan aku..." teriak Ayu kegirangan.

"Ambilkan baskom!'' perintah Bayu pada adiknya itu.

Ayu pun bergegas mengambilkan baskom kecil untuk tempat bakso tiga.

"Ini Bu!''

Ayu memberikan baskom kecil itu pada ibunya. Bu Nur pun menuangkan satu persatu bakso itu pada tempat yang sudah disediakan.

Mereka bertiga pun menikmati bakso itu sambil menonton televisi.

"Ini bakso yang mana Bang? Kok rasanya beda sama yang di simpang?'' tanya Ayu.

"Kenapa? Nggak enak yah?''

''Inj malah lebih enak Banget, makanya aku tanya," timpal Ayu.

"Ini Bakso di dekat Indomaret itu, yang banyak tempat mangkal anak sekolah," jelas Bayu.

"Oh yang di situ, pantas aja rasanya lebih enak. Itu banyak pelanggannya loh, orang-orang pada rela antri buat belinya."

"Iya, makanya abang pengen coba dan beli di situ."

"Udah, udah, ayo dimakan dulu jangan pada bicara kalau sedang makan. Udah pada baca doa belum?''

Bu Nur menyela pembicaraan keduanya anaknya.

"Hehehe, iya Bu," sahut Bayu.

"Eh, lupa karena senengnya," ucap Ayu.

"Tuh kan, nanti setan duluan yang makan baksomu itu, mau?!'' celetuk Bu Nur.

"Nggak Bu..."

Ayu pun menengadah kedua tangannya dan membaca doa makan.

Mereka bertiga pun menikmatinya dengan lahap.

"Bang, tadi aku lihat kak Hanum dengan pria lain," ucap Ayu.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!''

Bayu terbatuk-batuk mendengarnya. Biar bagaimanapun juga dia belum bisa move on dari mantan kekasihnya itu.

"Lihat dimana kamu?'' tanya Bayu kepo.

"Lewat tadi pas aku pulang sekolah, dia boncengan dengan mesranya, peluk-pelukan lagi bang, seperti dunia milik sendiri."

"Ah, Kamu ini! Udah tidak usah dibahas lagi, Abang nggak mau ingat-ingat dia lagi," cetus Bayu akhirnya yang sadar kalau dia sudah tidak dibutuhkan lagi.

"Abang masih cinta ya sama kak Hanum? Ayu juga nggak nyangka kalau Hanum setengah itu sama Abang...padahal Abang baik loh, sayang banget lagi sama dia, kok tega yah ngeduain Abang?''

"Hust! Udah dibilang nggak usah dibahas, namanya aja udah dapat lebih baik. Biarin aja di apilih yang itu, abang sudah ikhlas kok."

"Karena kita miskin makanya dia tinggalin Abang kamu," balas Bu Nur.

Bayu pun terdiam sembari meneguk salivanya. Wajahnya tampak sedih dan pilu. Di saat bersamaan ponsel Bayu bergetar tanda ada pesan WhatsApp masuk.

Derrt, derrt,

Bayu pun mengusap layar ponselnya yang terkunci. Dia pun melihat pesan dari Bintang.

Bintang [P, malam Bayu... ini nomor aku yah jangan lupa save] emoji senyum.

"Ini anak udah nikah nagapain basa-basi chat, nggak takut apa suaminya marah?'' gumam Bayu.

Namun, dia tidak enak hati jika tak membalas pesan dari Bintang karena merupakan teman sekolahnya itu. Dia takut dikatakan sombong dan lain sebagainya.

Bayu [Malam juga Bintang, aku udah save kok dari tadi.]

Bintang [oh yah, boleh nggak aku telpon, aku lagi galau nih]

"Astaga! Aku terima gak yah dia nelpon aku, mungkin dia lagi berantam dengan suaminya makanya lagi galau. Bisa jadi, suaminya juga gak di rumah. Kalau di rumah gak mungkin dia berani mau telponan segala," gumam Bayu lagi.

Apalagi dia yang sedang butuh teman curhat juga karena masih merasa sakit karena putus cinta. Ibunya Bayu dan juga adiknya sedang memperhatikan wajah Bayu yang tampak bingung tapi, senyam-senyum juga.

Bayu tidak pernah menyangka jika dia bisa berhubungan dengan Bintang seperti ini walau hanya lewat chat, kalau dulu dia sangat minder pada wanita itu.

"Abang kenapa sih? Lagi bingung atau gimana?''

Ayu menepuk bahu Bayu hingga membuatnya tersentak.

"Nggak apa-apa, ini teman Abang," jawab Bayu.

"Hum...teman apa demen? Kok senyam-senyum? Cowok apa cewek?'' timpal ayu yang super sibuk bertanya.

"Cewek, dia ini teman sekolah Abang waktu SMp. Orangnya cantik, pintar, tapi...bar-bar. Dulu, abang sempat kagum sama dia tapi, minder karena dia banyak yang naksir juga saat SMP."

"Cie, cie, sekarang malah chatingan, asyik dong," gurau Ayu.

Bu nur hanya senyum aja.

"Iya, tapi....sayangnya dia udah menikah," tutur Bayu sedih.

"Menikah? Astaga Nak...lebih baik kamu tidak usah hiraukan dia, nanti kamu menjadi perusak rumah tangga orang. Walaupun kamu menyukainya, cari saja wanita lain masih banyak kok di luar," ujar ibunya yang tercengang mendengar ungkapan Bayu tentang Bintang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel