9. Kursi roda
Ferdi memberhentikan mobilnya di depan pintu masuk rumah sakit. "Sebentar ya ma," dengan cepat Ferdi turun dari dalam mobil.
Nur menganggukan kepalanya.
Ferdi turun dari dalam mobil, Ia sedikit berlari masuk ke dalam rumah sakit tersebut.
Alisa dan nur memandang Ferdi yang masuk ke dalam rumah sakit dan menunggunya.
Ferdi datang dengan mendorong kursi roda yang telah dimintanya dengan petugas rumah sakit. Ia membuka pintu penumpang "Kita turun ya Ma," ucapnya yang kemudian menggendong Nur. Ia menurunkan wanita yang bertubuh rapuh itu dengan sangat berhati-hati. Ia mendudukkan nya di atas kursi roda tersebut. ia
"Kamu bawa Mama masuk, Aku mau parkir mobil. Langsung ambil no antrian ya" ucapnya yang memerintahkan Alisa.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Fer makasih," ucapnya.
Ferdi tersenyum dan mengusap kepalanya. Ia kemudian masuk ke dalam mobilnya.
Alisa mendorong kursi roda itu, Ia membawa mamanya masuk ke dalam rumah sakit tersebut. Ia kemudian mencari tempat yang tidak begitu ramai agar mamanya merasa tidak sesak. "Mama tunggu Isa di sini, Isa mau ambil nomor antrian dulu," ucapnya setelah ia mendapatkan tempat yang tidak terlalu ramai. Ruang tunggu itu sudah begitu sangat padat oleh pasien.
"Iya," ucap Nur sambil tersenyum.
Alisa mengambil nomor antrian. Rumah sakit yang saat ini didatanginya membedakan pasien yang memakai Jamkesda atau BPJS dengan pasien umum. Alisa memandang nomor antrian yang ada di tangannya. Ia kemudian berjalan menuju tempat duduk mamanya. Ia duduk di sebelah mamanya.
"Nomor antrian berapa," ucap Nur ketika putrinya duduk di sampingnya.
Alisa mengangkat kartu antriannya yang ada di tangannya. "Lumayan sih ma 275," ucapnya.
Alisa memandang Ferdi yang berjalan masuk kedalam ruangan tunggu tersebut. sahabatnya itu berwajah ganteng dengan postur tubuh yang tinggi dan tidak kurus. Penampilannya begitu sangat cool. Ia juga memiliki kulit yang cukup putih dan bersih.
"Apa Ferdi punya pacar," ucap Nur.
Alisa menggelengkan kepalanya. "Dia nggak punya pacar ma kayaknya terlalu banyak memilih," ucapnya. Sebenarnya temannya itu begitu banyak penggemar di sekolahnya. Selain ganteng Ferdi juga tim futsal dan anak basket. Ia juga terlihat dalam grup band sekolahnya. Ia kategori cowok populer di sekolah nya. Namun Alisa juga gak tau tipe cewek idaman sahabatnya itu.
"Apa karena suka sama Isa?" ucap Nur memandang putrinya.
Alisa menggelengkan kepalanya "Nggak mungkinlah," ucapnya. Sama saja ia menghayal bila sahabatnya itu menyukainya.
Ia dan mamanya kemudian berhenti berbicara ketika Ferdi sudah dekat dengannya.
"Apa sudah ambil nomor antrian?" tanya.
yang mencacarkan pantat nya di kursi sebelah Alisa.
Alusa tersenyum dan mengangkat tangannya, ia menunjukkan kertas yang berwarna oranye tersebut. "Dapat nomor antrian 275. yang sekarang dipanggil baru nomor 25. Masih lama giliran mama," ucapnya.
Ferdi menganggukkan kepalanya saat mendengar ucapan Alisa tersebut.
"Kalau kamu mau pulang enggak apa-apa. Nanti aku bisa pulang naik taksi, "ucapnya.
Iya tahu bahwa Ferdi tidak akan sabar menunggu di rumah sakit.
Ferdi memandangnya. "Hari ini aku nggak ada ke mana-mana jadi aku akan temenin kamu sampai mama selesai," ucapnya.
"Tapi nanti kamu capek," ucap Alisa
"Capek kenapa?"
"Iya capek nunggu no antrian. Bisanya aku baru bisa pulang jam 3 hingga jam 4 sore," jawab Alisa.
"Kalau ada kamu aku nggak capek," ucapnya sambil tersenyum.
Alisa memandangnya dan memajukan bibirnya.
Kita jalan-jalan keliling Rumah sakit ya Ma, biar mama bisa hirup udara segar. kalau nungguin di sini sumpek. Rame banget banget orangnya," ucap Ferdi.
Nur tersenyuman dan mengangukan kepalanya.
Alisa berdiri dan berencana untuk mendorong mamanya.
"Mama biar aku yang Dorong," ucap Ferdi.
Alisa memandangnya ya kemudian menganggukkan kepalanya. Ia sangat tidak enak merepotkan temannya tersebut.
Mereka kemudian duduk di taman rumah sakit.
Wajah Nur begitu sangat senang bisa duduk di taman seperti ini.
*
"Capek ya ma," Ferdi bertanya saat mendorong kursi roda mama Nur. Jam 4 sore berhubungan langsung terapi sekaligus.
"Iya nak, mama gak enak sama Ferdi yang temani mama sampai selesai seperti ini," ungkap Nur.
"Gak apa ma, mumpung lagi libur. Kita makan di restoran dekat sini aja ya. Mama pasti sudah lapar," ucap Ferdi.
"Iya nak, boleh. Tapi kalau bisa di tempat yang biasa aja. Masakannya juga enak-enak." Pinta Nur. Hari ini Ferdi Sudah keluar uang banyak untuk dirinya dan putranya.
"Sekali-sekali kita harus menikmati makanan di tempat elit ma," jawab Ferdi santai.
Ferdi juga membawa Alisa dan mama Nur makan di restoran yang ada di rumah sakit tersebut.
Ferdi sengaja membawa mama Nur makan enak di restoran. Guna menghibur mama sahabatnya yang sedang sakit. Setelah selesai makan Ferdi langsung pulang bersama Alisa
***
Ferdi berhenti di toko obat dan yang menjual perlengkapan kesehatan.
"Mau cari apa ?" Tanya Alisa.
"Kamu tunggu aja di sini aku cuman sebentar," perintahnya.
Alisa menganggukan kepalanya ia duduk di mobil itu bersama dengan mamanya sedangkan Ferdi masuk ke dalam toko obat tersebut.
Cukup lama Ferdi berada dalam apotek itu, ia kemudian keluar dengan mendorong kursi roda.
Alisa diam saat melihat apa yang dibawa olehnya. Ferdi tersenyum dan memasukkan kursi roda itu ke dalam mobilnya.
"Itu kursi roda untuk siapa?" tanya Alisa.
Ferdi tersenyum memandangnya." Untuk mama," jawabnya.
Alisa diam tanpa bertanya apa-apa. Ia tahu bahwa Mama Ferdi sangat sehat.
Nur yang duduk di sebelah putrinya hanya diam memandang putrinya.
Dia memberhentikan mobilnya yang berada di depan rumah Alisa. Ia kemudian menurunkan kursi roda yang tadi letaknya di belakang.
Ia mengembangkan kursi roda itu dan menggendong Nur dari dalam mobil. Ia dan mendudukkannya di atas kursi roda yang baru dibelinya.
Alisa menutup wajahnya saat melihat kursi roda yang di belikan sahabatnya untuk mamanya. Selama ini ia berharap bisa membelikan mamanya kursi roda. Ia menutup wajah nya sambil menangis.
Ferdi tersenyuman memandang nya. Ia mengusap kepala Alisa. " sudah jangan cengeng," ucapnya.
Alisa mengusap air matanya. "Fer makasih," ucap nya.
Ferdi tersenyuman dan menganggukan kepalanya.
"Nak Ferdi, apa ini untuk mama?" tanya Nur yang duduk di atas kursi roda tersebut.
"Iya ma, ini untuk mama," ucapnya.
"Anak Ferdi, terimakasih ya," ucap nur, yang mengusap air matanya.
"Iya ma," ucapnya yang tersenyum dan mencium punggung tangan wanita tersebut.
“Nak Ferdi, terima kasih ya," ucap Nur berulang kali sambil memegang tangan Anak muda tersebut.
Ferdi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Mama, mama jangan seperti ini. Aku sudah menganggap mama itu seperti mama aku sendiri," ucapnya yang mencium punggung tangan yang kurus tersebut.
Nur sudah tidak mampu menahan air matanya. Air matanya mulai menetes, ia mengusap air matanya dengan punggung tangannya. "Mulai besok mama sudah bisa duduk di depan pintu nungguin Alisa pulang sekolah," ucapnya memandang Ferdi.
Ferdi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya besok mama sudah bisa nungguin Alisa pulang sekolah. Mama juga bisa keluar rumah untuk berjemur. Mama ingatkan tadi dokter nyuruh mama untuk berjemur dari jam 8 pagi sampai jam 9 pagi," ucapnya.
Nur menganggukan kepalanya."Selama ini Mama selalu berharap bisa duduk di depan pintu nungguin Alisa pulang, mama juga sangat ingin mengintip keluar jendela bila Alisa terlambat sampai di rumah," ucapnya dengan air mata yang membanjiri pipinya yang sudah begitu sangat kurus.
"Mama jangan sedih, mama harus cepat sehat," ucap Ferdi memberinya semangat.
Nur tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Alisa yang sejak tadi berdiri di belakang mamanya hanya menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak keluar.
Ferdi memandangnya dan kemudian tersenyum. Ia mengusap kepala gadis tersebut.
"Aku pulang dulu," ucap Ferdi Ketika Ia melihat jam yang sudah menunjukkan jam 6 sore.
"Nak Ferdi hati-hati," ucap Nur.
"Iya ma," jawabnya yang mencium punggung tangan Nur.
Nur duduk di atas kursi roda tersebut, memandang Ferdi yang keluar dari dalam rumahnya. Ia memandang punggung lebar Ferdi yang berjalan ke mobilnya.
"Fer, makasih ya," ucapnya dengan mata yang sembab. Ia tidak menduga, bahwa sahabatnya itu akan membelikan mamanya kursi roda.
Ferdi memandangnya dan tersenyum. "Iya, sudah jangan menangis lagi," ucapnya yang menguap kepala Alisa.
"Seharusnya kamu nggak usah lakukan itu," ucap Alisa.
"Aku ngelakuin ikhlas, lagipula waktu mau ikutan balap aku sudah niat kalau menang uangnya untuk beli kursi roda untuk mama ,"ucapnya.
"Bukannya kamu bilang uangnya untuk beli ponsel baru," ucap Alisa.
Ferdi tersenyum memandangnya. "Aku sudah dibeliin papa," ucapnya mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya. iPhone Apple terbaru.
Alisa tersenyum memandangnya. "Terima kasih," ucapnya.
Ferdi menganggukkan kepalanya. "Aku pulang dulu. Kamu jangan segan-segan untuk menghubungi aku, bilang ada terjadi apa-apa dengan Mama, " ucapnya.
"Iya," jawab Alisa yang memandang Ferdi yang duduk di kursi kemudi.
Ferdi menjalankan mobilnya tanpa tidak menutup kaca jendela mobil tersebut. Pria itu tersenyum memandang Alisa dan Melambaikan tangannya.
****
