Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

8. Ditemani Ferdi

Nur tersenyum saat mendengar pertanyaan putrinya. "Nanti ya Mama bakalan bangunin Isa, kalau mama sudah bisa berjalan," ucapnya.

Air mata Alisa menetes Saat mendengar ucapan mamanya tersebut. Mengapa dirinya sangat bodoh sekali memberikan pertanyaan yang seperti itu. Alisa membalikkan tubuhnya dan menghapus air matanya agar mamanya tidak melihat bahwa ia sedang menangis.

"Kita siap-siap ya mau mandi nanti kita akan ke rumah sakit," ucap Alisa yang mendekati tempat tidur mamanya.

Nur menggelengkan kepalanya. "Nggak usah dipaksakan Mama harus berobat kalau memang nggak ada uang," Nur berkata pasrah.

Alisa tersenyum dan mencium punggung tangan mamanya. "Kebetulan Isa sudah gajian jadi ada uang. lagipula untuk berobat mama ditanggung Jamkesda. Kita hanya membayar obat yang diluar dari ini," jelas Alisa. Ia akan

selalu berbohong kepada mamanya mengenai biaya pengobatan mamanya. Dia tahu bila mamanya mendengar berapa biaya yang dikeluarkan setiap kali membawa berobat, maka mamanya pasti akan menolak untuk pergi berobat.

"Beneran ada?" tanya Nur

Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Ma obat Mama yang ini sudah habis ya." Alisa memegang botol obat yang khusus untuk jantung mamanya.

"Iya hanya tinggal beberapa butir lagi," jelas Nur.

"Nanti kita beli." Alisa berkata dengan tersenyum.

Nur menganggukkan kepalanya. Ingin sekali ia mengatakan kepada putrinya bahwa dirinya lebih baik mati daripada harus menyusahkan putrimu seperti ini. Namun putrinya sangat menginginkannya tetap ada. Yang membuat Nur kembali bersemangat untuk menjalankan hidupnya. Walaupun harus tertidur di atas tempat tidur.

Alisa pergi mengambil ember yang berisi air hangat seperti biasanya. Ia membersihkan tubuh mamanya memberi minyak kayu putih di perut setelah mandi, membedakkan dan dia memberi mamanya baju yang cantik karena ia akan membawa Mamanya ke rumah sakit. Alisa juga memakaikan jilbab untuk mamanya.

"Selama sakit mama Wudhunya tayamum ya," tanya Alisa.

Nur menganggukkan kepalanya."Mama wudhu tayamum, sholatnya cuman mengangguk-anggukkan kepala,” jelasnya. Nur shalat hanya menganggukkan kepala dan gerakan tangan.

Alisa tersenyum dan mencium pipi mamanya. "Nggak apa ma yang penting mama salat," ucapnya.

"Isa tadi nggak subuh?" ucap Nur.

"Isa menggelengkan kepalanya Udah kesiangan, Isa baru bangun," jawabnya.

"Shalatnya jangan ditinggalin, kasihan papa. Papa di sana butuh doa kita. Begitu juga dengan adik," ucap Nur.

"Iya ma, hari ini Mama akan Isa buat cantik bahkan sangat cantik." Alisa tersenyum saat memoles lipstik di bibir mamanya yang pucat.

Nur hanya tersenyum saat putrinya mendandaninya.

"Seperti apapun kondisi mama, isa sayang mama," ungkap Alisa yang memeluk mamanya.

Nur tersenyum dan mencium pipi putrinya.

"Hanya karena Isa mama bertahan," ucapnya dalam hati.

"Isa mandi dulu ya ma." Alisa beranjak dari duduknya setelah selesai mengurus mamanya.

Nur menganggukkan kepalanya. Ia memandang tubuh putrinya yang cukup tinggi dan langsing dari belakang. Diusapnya air mata yang sejak tadi berusaha di tangannya.

*

Alisa mandi dan memakai baju kaos yang berwarna hitam dan celana jeans berwarna biru dongker. Ia memakai sepatu sport berwarna putih. Rambutnya yang panjang di ikatnya bulat ke atas.

Setelah selesai bersiap-siap, Alisa masuk ke kamar mamanya.

"Kita ke rumah sakitnya pakai apa?" tanya Nur ketika putrinya sudah masuk ke kamarnya. Biasanya putrinya akan memesan taksi online untuk membawanya ke rumah sakit.

"Hari ini Ferdi bilang mau nemenin ma," jelas Alisa.

"Mengantarkan ke rumah sakit?" tanya Nur.

"Iya, semalam Ferdi bilang sama Isa. katanya dia bakalan pinjem mobil Papa nya biar bisa nganterin Mama ke rumah sakit."

Nur tersenyum, Ia sangat senang ada yang mau menemani putrinya membawanya ke rumah sakit. Karena Putrinya akan kesulitan bila membawa nya sendiri ke rumah sakit.

"Ferdi itu baik ya orangnya," puji Nur.

Alisa menganggukkan kepalanya. "Isa sudah temenan sama dia sejak kami SMP ma," Alisa menjelaskan.

"Apa dia kuliah nanti?" tanya Nur.

"Kurang tahu sih ma, dia belum ada cerita sama Isa," ucapnya.

Nur diam ia tidak ingin bertanya kepada putrinya, apakah putrinya kan kuliah atau tidak. kondisi hidupnya saja sudah seperti ini, Putrinya harus bekerja banting tulang dan mengurusnya.

"Kalau seandainya Isa kuliah gimana ya ma?" Alisa memasangkan kaus kaki mamanya. .

Nur tersenyum. "Bagus," jawabnya.

"Tapi Isa belum tahu ma, lihat nanti," Alisa tersenyum dan memasangkan sepatu di kaki mamanya.

Nur menganggukkan kepalanya.

"Mungkin Ferdi datang, isa buka pintu dulu ya ma," ucap Alisa saat mendengar ketukan pintu dari luar.

Nur tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Alisa pergi meninggalkan kamar mamanya. Ia berjalan menuju pintu depan dan membukakan pintu rumahnya. Senyum mengembang di bibir kecil milik Alisa ketika melihat Ferdi yang sudah berpenampilan ganteng dan rapi berdiri di depan pintu rumahnya.

"Sudah siap?" tanya Ferdi.

"Aku udah siap," jawab Alisa.

"Mama mana?" tanya Ferdi yang telah senyum.

"Mama di kamar," Alisa memberi tau dan berjalan di samping sahabatnya itu.

"Aku masuk ya," pamit Ferdi yang berdiri di depan pintu kamar mama Nur.

"Iya, langsung masuk aja. Mama sudah siap."

"Assalamu'alaikum," sapa Ferdi ketika menyibakkan gorden kamar tersebut.

"Wa'alaikumussalam nak Ferdi," jawab Nur.

"Mama sudah siap, sudah cantik juga. Apa kita langsung berangkat," tanya Ferdi yang mencium punggung tangan Nur Jannah.

Nur tersenyum saat mendengar ucapan pria itu. Ferdi memang selalu memanggilnya Mama. Pria tidak pernah memanggilnya dengan panggilan tante atau Ibu. Nur begitu sangat senang melihat Ferdi. Anak itu begitu sangat baik dan juga sopan. "Boleh," jawab Nur.

"Mama apa sudah sarapan?" tanya Ferdi yang memandang Alisa.

Alisa menggelengkan kepalanya. "Tadi isa bangun telat," ucapnya.

"Ya udah nanti kita sarapan dulu sebelum ke rumah sakit. Kalau udah antri, nanti nggak bisa sarapan," jelas Ferdi.

Alisa menganggukkan kepalanya.

Ferdi menggendong Nur untuk masuk ke mobilnya.

Alisa berlari lebih dulu membukakan pintu mobil.

Ferdi mendaratkan tubuh Mama Nurjanah dengan sangat berhati-hati. Setelah memastikan posisi Mama Nurjanah dalam keadaan sempurna Ferdi menutup pintu mobilnya. Sedangkan Alifah duduk di kursi penumpang bersama dengan mamanya.

"Bagaimana kondisi Mama sekarang," Ferdi bertanya ketika mengemudikan mobilnya.

"Kondisinya mama ya seperti ini, sampai sekarang masih bergantung dengan obat," jelas Nur.

"Iya ma, gak apa. Kita usaha, Mama harus yakin dan semangat untuk sehat," Ferdi memberikan semangat untuk mama Nur.

"Iya nak," jawab Nur.

"Ma, kita sarapan dulu ya." Ferdi memberhentikan mobil itu di depan warung sarapan pagi.

Nur menganggukkan kepalanya. "Mama akan tunggu sini aja. Nanti untuk mama di bungkus saja. Mama akan makan di sini atau nanti waktu nungguin antrian mama juga bisa sambil makan," ucap Nur. Ia tidak mungkin meminta untuk turun mengingat anak itu pasti akan susah menurun naikkan ya ke atas mobil. Ia juga takut bila Ferdi akan malu membawanya.

Ferdi tersenyum memandangnya. "Nggak apa Mama turun aja aku bakalan gendong." Ferdi tersenyum memandang ke kursi bagian belakang di mana mama nur berada.

Alisa memandang Ferdi, Ia tidak enak hati bila harus merepotkan temannya itu. Ferdi sudah mau mengantarkan nya saja sudah membuat dirinya begitu sangat berterima kasih. "Fer, gak apa, nanti untuk mama aku yang bawain. mama tadi juga sudah minum susu," ucapnya.

"Kamu kenapa sih Sa, macam anggap aku orang lain aja," umpat pria tersebut.

"Mama sekali-sekali keluar memasak sarapannya di dalam mobil," ucapnya.

"Beneran nggak apa-apa?" tanya Alisa yang tidak enak hati bila merepotkan temannya tersebut.

Ferdi menganggukkan kepalanya, pria itu turun dari dalam mobil dan membuka pintu mobil di bagian belakang. Tanpa ada rasa Malu, Ferdi menggendong tubuh kurus nan rapuh tersebut dari dalam mobil. Ia begitu sangat berhati-hati saat menggendong mama dari sahabatnya itu. Ia kemudian masuk ke dalam warung makan tersebut dan mendudukkan Nur di kursi. Hampir semua pengunjung di warung sarapan itu memandang mereka.

"Mama mau apa?" ucap Ferdi.

"Mama mau bubur ayam," pinta Nur.

"Kamu Sa?" Tanya Ferdi.

"Aku soto ayam," Jawa Alisa.

"Minumnya?" tanya Ferdi.

"Aku susu Milo, Mama juga," ucap Alisa.

Ferdi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Aku pesan bentar,"ucapnya yang kemudian pergi memesan sarapan pagi nya.

Nur terlihat begitu sangat senang ketika bisa duduk makan sarapan di warung tersebut. "Nak Ferdi taman SMA mau kemana tanyanya saat Ferdi sudah duduk di kursi yang ada di depannya.

"Belum tahu ma," jawab Ferdi.

"Apa kamu mau kuliah?" tanya Alisa.

"Kamu tahu Sa, aku itu malas belajar enggak mungkin aku mau kuliah. Tapi ya gak tau juga sih kalau seandainya nanti aku berubah pikiran," ungkapnya.

Alisa hanya tersenyum saat mendengar jawaban Ferdi tersebut.

Setelah mereka makan sarapan di warung itu Ferdi kembali menggendong Nur dan memasukkan nya ke dalam mobilnya menuju ke rumah sakit.

****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel