Pustaka
Bahasa Indonesia

Terjerat Cinta Om Om

174.0K · Tamat
Lilik Hendriyani
139
Bab
20.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

Sipnosi Tidak ada yang pernah mengetahui seperti apa takdir. Perjalanan hidup sudah diatur hanya tinggal kita menjalankan. Kalimat itulah yang selalu diucapkan oleh gadis bernama Alisa Mahera yang berusia 18 tahun. Alisa harus berjuang membiayai kehidupan keluarganya serta pengobatan ibunya yang sedang sakit. " Bila tubuh ini bisa dibelah Aku ingin membelahnya menjadi tiga bagian. Aku akan membagi satu bagian untuk sekolah, Satu bagian lagi untuk mengurus ibu dan satu bagian lagi untuk pekerjaan," Ucap gadis yang berusia 18 tahun yang duduk di bangku kelas 12 SMA tersebut. Ketika Ia merasakan tubuhnya begitu amat lelah. Bukan hanya lelah bekerja namun juga lelah berfikir. Seperti apa kelanjutan kisah gadis tersebut. mampukah Ia mencapai cita-citanya di saat kondisi yang sulit seperti ini. Apa yang akan terjadi padanya ketika Ia bertemu dengan pria tampan yang berstatus lajang. Berusia 34 tahun yang bernama Attar Aditya

PresdirCinta Pada Pandangan PertamaWanita CantikRomansaSweetPernikahanIstriDewasaBaper

1. Gak Bisa Jagain Mama

"Assalamualaikum ma," ucap Alisa yang masuk ke dalam kamar.

"Waalaikumsalam," Jawab nur Janah yang tersenyum.

"Ma kenapa makan siangnya gak dimakan sih?" tanya Alisa saat melihat nasi yang disediakannya sebelum berangkat ke sekolah masih utuh di atas meja kecil yang berada di samping tempat tidur.

"Mama tidak lapar," ucap Nur Janah.

“Isa suapin Mama ya?" Alisa mengambil nasi yang di letaknya di atas meja kecil, yang sudah disediakan nya telur mata sapi dan juga sayur bayam.

Nur menganggukkan kepalanya, Ia memakan nasi yang di suapkan putrinya Ke dalam mulutnya. "Isa apa sudah makan?" tanya Nur saat mengunyah nasi yang ada di dalam mulutnya.

"Sudah ma," jawabnya berbohong sambil tersenyum lebar. "Maafin Isa yang gak bisa jagain mama, Isa sibuk sekolah," Alisa berkata sambil mencium tangan mamanya. Gadis itu masih duduk di kelas 12 SMA.

"Gak apa-apa," jawab Nur. Nur janah meneteskan air matanya. "Seharusnya Isa gak perlu susah-susah mengurus Mama seperti ini. Sepulang sekolah Isa gak memiliki waktu untuk beristirahat. Bila Mama tidak sakit mama bisa mengerjakan semuanya," kata Nur Janah yang mengusap air matanya.

Alisa tersenyum memandang mamanya, Ia menghapus air mata yang membasahi pipi wanita yang saat ini berwajah sangat pucat.

"Mama gak usah sedih Isa tidak apa-apa kok," ucap Alisa sambil tersenyum.

Setelah memberikan mamanya makan Alisa mengambilkan obat yang ada di dalam plastik yang berada di atas meja kecil. Ia membukakan bungkus obat itu satu persatu. "Ini ma, mama minum obat dulu." Alisa memberikan obat di tangan ke tangan mamanya.

Nur mengambil obat serta air putih yang diberikan putrinya. Nur meminum obat itu satu persatu hingga obat itu habis.

"Ma, Isa mau siap-siap pergi kerja dulu ya ma," pamit Alisa.

Mata Nur Janah berkaca-kaca saat memandang wajah putrinya yang tampak begitu sangat lelah. Nur hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. mulutnya seakan sudah tidak mampu untuk berkata-kata lagi.

Alisa pergi meninggalkan kamar tersebut. Ia mandi dan kemudian memakai baju kerjanya. Alisa bekerja di sebuah Coffee shop sepulang sekolah.

"Ma, Isa pergi dulu ya." Alisa berpamitan dan menyalami tangan mamanya. Ia sungguh tidak tega meninggalkan Mamanya itu sendiri di dalam rumah. Namun Alisa juga membutuhkan uang yang cukup banyak untuk bisa mengobati Mamanya.

"Hati-hati ya nak," ucapnya kemudian.

Alisa yang sudah melangkahkan kakinya memutar kepalanya kebelakang. Ia tersenyum memandang mamanya dan kemudian menganggukan kepalanya. "Ia ma, nanti untuk makan malam Isa akan antarkan. Mama mau bubur ayam gak?" tanya Alisa yang menatap mamanya.

"Mau," jawab Nurjanah.

"Hati-hati nak kerjanya," pesan Nur dengan mata yang berkaca-kaca.

Alisa tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Mama gak boleh sedih, Mama harus semangat agar mama bisa cepat sehat", ucap Alisa yang tersenyum kepada mamanya tersebut.

Nur Janah hanya diam memandang putrinya. Ibu mana yang tega melihat putrinya yang masih begitu belia harus menanggung beban seberat ini. Selain sekolah putrinya juga harus mencari nafkah dan mencari uang yang banyak agar bisa memberikannya pengobatan. Walaupun biaya berobatnya sudah ditanggung oleh pemerintah daerah namun terkadang banyak obat-obatan yang diluar dari Jamkesmas. "Mama sudah nggak ada gunanya lagi hidup, hidup Mama sudah menyusahkan Isa," ucap Nur Janah dengan suara yang begitu sangat lemah terdengar di telinga Alisa.

"Mama jangan ngomong gitu saat ini cuman Mama yang Isa punya, Isa gak mau Mami kenapa-kenapa," Alisa berkata sambil menangis.

"Mama jangan mikirin apa-apa, yang terpenting Mama sehat hanya itu," imbuh Alisa. Alisa mencium punggung tangan yang sudah semakin kurus.

Alisa pergi meninggalkan Nur Janah setelah ia berpamitan dan menutup pintu itu dari luar.

*****

"Bu Ibu." Alisa yang memanggil tetangga di sebelah rumah sewanya.

"Iya Alisa," saut wanita paruh baya yang ada di sebelah rumah tersebut.

yang bernama Aminah.

"Bu Isa mau pergi kerja, Isa minta tolong lihat-lihatin mama ya bu. Bila ada apa-apa, hubungi Isa," Alisa berkata kepada ibu Aminah. Alisa meminta bantuan kepada tetangga sebelah rumahnya itu. Hanya kepada ibu Aminah Ia Bisa meminta bantuan seperti ini.

Aminah menganggukkan kepalanya. " Ia setiap hari kalau Alisa gak ada di rumah ibu selalu kok ibu ngecek kondisi Mama Alisa. Alisa nggak usah sedih nggak usah terlalu dipikirin nanti juga kalau Ibu sudah masak ibu akan bantu ngasih makan," ucap Ibu Aminah yang sangat baik dengan Alisa Dan juga mamanya.

Alisa menangis memeluk wanita paruh baya itu "Terima kasih ya Bu," ucap Alisa yang tidak tahu bagaimana cara membalas Budi wanita tersebut.

"Ia nak kamu hati-hati ya kerjanya," ucap Aminah.

"Iya Bu, ucap Alisa yang menganggukkan kepalanya.

Setelah berpamitan Gadis remaja itu kemudian pergi mengendarai motor matic yang dimilikinya. Motor matic itu melaju mengarah ke coffee shop tempat Ia bekerja. Alisa semakin melajukan motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi mengingat dirinya yang sudah hampir terlambat untuk sampai ke tempat kerjanya tersebut.

Alisa memberhentikan motornya ketika Ia sudah sampai di halaman parkir coffee shop tempat Ia bekerja. Ia mengisi buku absen dan mengambil ID pengenal yang wajib dipakai karyawan Coffee shop sebelum mulai bekerja.

Di sini Alisa bekerja sebagai petugas kebersihan. Ia yang hanya lulusan SMP saat mengambil pekerjaan itu, membuat Pemilik kopi shop itu memintanya untuk menjadi petugas kebersihan. Ia bekerja menyapu, mengepel, membersihkan kloset dan mencuci piring-piring dan gelas.

Alisa masuk ke dalam toilet seperti jadwal biasanya, Ia langsung membersihkan seluruh toilet yang ada di coffee shop itu. Alisa akan mbersihkan toilet wanita dan juga pria. Setelah selesai membersihkan toilet, Ia membersihkan seluruh ruangan yang ada di coffee shop tersebut. Alisa mulai membersihkan lantai. Menyapu, mengepel, mengelap meja kemudian membersihkan seluruh ruangan yang ada di coffee shop tersebut.

Setelah pekerjaannya selesai Ia baru makan ketika sudah jam 5 sore.

Gadis itu menyempatkan diri membawa bekal sendiri dari rumahnya. Ia hanya membuat telur mata sapi.

"Alisa di depan sudah rame," ucap Laura ketika Ia melihat Alisa yang duduk di kursi belakang.

"Iya Mbak, saya akan langsung ke depan," ucap Alisa yang meminum air mineral di dalam gelas bening. Ia meneguk air mineral itu hingga habis.

Alisa mengelap meja yang sudah ditinggalkan oleh pelanggan. Ia kemudian mengangkat gelas-gelas yang sudah kosong tersebut dan membawanya ke belakang, mengambil piring-piring kotor dan kemudian mencuci nya.

Setelah selesai mengerjakan tugas-tugasnya. Alisa akan selalu memanfaatkan kondisi sepi seperti ini untuk beristirahat sejenak. Alisa meletakkan tangannya ke atas meja dan menjadikan tangannya itu sebagai bantal. Alisa sangat lelah dan ingin mengistirahatkan sedikit tubuhnya agar memiliki tenaga untuk melanjutkan pekerjaannya nanti malam.

"Hai bangun, lo disini digaji bukan untuk tidur. kalau mau tidur di rumah Sono. Di sini lo untuk kerja," ucap Laura yang memukul meja itu dengan sangat keras.

Alisa mengangkat kepalanya, Ia mengusap wajahnya dan juga mengucek matanya yang berair. "Mbak Laura maaf, aku ketiduran," ucap Alisa yang langsung berdiri.

"Tuh piring kotor sudah banyak," ucap Laura yang kemudian pergi meninggalkan Alisa setelah Ia memerintah.

"Iya Mbak maaf saya akan langsung mencucinya," ucap Alisa yang tidak dihiraukan Laura. Alisa berjalan menuju wastafel tempat cuci piring. Ia mencuci piring yang sudah mulai menumpuk. Setelah mencuci piring Alisa mengelap piring- piring dan juga gelas-gelas tersebut. Alisa kemudian mengantarkannya ke depan.

Hari ini Ia merasa cukup lelah disaat begitu banyak pengunjung yang masuk kedalam coffee shop tersebut. Alisa tidak ada henti-hentinya mondar-mandir dari depan ke belakang, dari belakang ke depan untuk mengambil piring-piring yang sudah kotor dan kemudian mencucinya.

Saat ini sudah menunjukkan pukul 9 malam, Alisa masih belum bisa mencuri waktu untuk mengantarkan bubur ayam pesanan ibunya. Alisa mencuci piring yang sudah cukup banyak. Ia mengusap air matanya ketika membayangkan bagaimana ibunya di rumah sendirian dalam kondisi sakit, sedangkan dirinya tidak mampu menjaga ibunya tersebut. Ingin sekali rasanya Alisa membagi tubuhnya menjadi 3 bagian agar bisa membagi rata seluruhnya. Satu bagian menjaga ibunya, kemudian untuk sekolah dan satu bagian lagi untuk mencari uang.

"kerja jangan melamun Nanti pecah," ucap zaki yang meletakkan piring kotor dari depan.

Alisa tersenyum memandang pria itu.

"Iya Bang," jawabnya.

"Mikirin apa?" tanya Zaki yang berdiri membantunya membilas piring.

"Mikirin Mama, Mama sedang sakit. Di rumah mama hanya sendiri." Alisa mengusap air matanya dengan bahunya.

Zaki sangat kasihan melihatnya, di usianya yang masih begitu sangat mudah Alisa harus bersekolah dan kemudian mencari uang tanpa mengenal pagi dan juga malam.

"Kamu sabar ya Abang doain supaya mama kamu cepat sehat," ucap Zaki.

Alisa berusaha untuk tersenyum, Ia menganggukkan kepalanya. "Isa gak mau kehilangan mama bang. Isa akan berusaha untuk dapat duit yang banyak biar bisa ngobatin mama," tekat Alisa.

Zaki mengusap kepalanya. "Sudah jangan nangis nanti dikirain orang Abang yang udah jahatin kamu lagi," ucapnya.

Alisa mengusap air matanya dan menganggukkan kepalanya.

"Ya udah Abang ke depan lagi ya, di depan lagi rame," ucap pria yang bekerja sebagai barista tersebut. "Apa yang ini udah tinggal dibawa kedepankan?" Tanya Zaki saat melihat gelas-gelas yang sudah dikeringkan.

"Iya bang," jawab Alisa

Setelah selesai mencuci piring Alisa duduk di kursi yang ada di belakang.

Ia melihat jari-jarinya yang sudah keriput karena terlalu lama mencuci piring.

****