12. Ruang Direktur Utama
Alisa mengendarai motornya menuju bangunan kantor yang akan menjadi tempat ia bekerja. Selama satu minggu kedepan Alisa akan menjadi CS di sini.
Kantor ini belum beroperasi dan baru selesai sekitar 2 bulan yang lalu. Pemilik perusahaan akan melakukan peresmian gedung di awal bulan depan.
Alisa memarkirkan motornya di parkiran luas yang hanya ada beberapa unit motor saja yang terparkir di sana. "Kantor besar gini kalau dalam kondisi kosong, seram juga." Alisa berkata ketika memandang gedung yang begitu sangat besar dan tinggi. Alisa sudah bisa membayangkan sepinya di dalam.
Alisa bekerja bersama tim nya. Mereka di bagian beberapa tim dan di tempat yang berbeda-beda.
Disaat yang lain beristri dan makan, Gadis itu lebih memilih untuk tetap bekerja tanpa mengambil jam istirahatnya. Bahkan dia tidak ada beristirahat sama sekali. Agar bisa pulang ke rumah secepatnya, pekerjaan ini harus diselesaikan nya segera. Alisa begitu sangat mencemaskan mamanya yang belum sempat dilihatnya sama sekali. Seharusnya ia selalu berada di sisi mamanya saat kondisi mamanya seperti ini. Namun Alisa juga sangat membutuhkan uang guna membiayai pengobatan mamanya. Harapannya begitu sangat besar untuk kesembuhan mamanya.
Saat ini ia akan membersihkan ruangan direktur utama yang berada di lantai 10. Alisa naik lift khusus direktur. Berhubung kantor ini belum beroperasi, dan sudah pasti si pemilik gedung tidak ada di gedung kosong ini maka dengan santainya gadis itu mencoba untuk memakai lift khusus direktur utama. "Apa rasanya naik lift khusus direktur gini. Ecek-ecek Isa lagi jadi ibu direktur atau istri direktur utama juga boleh," ucapnya yang sudah berdiri di dalam lift tersebut. Alisa menekan tombol 10. Lift berhenti di depan ruangan direktur utama. Alisa melihat tulisan depan ruang yang sangat besar. "Ruang direktur utama," ucapnya yang membaca tulisan di depan ruang tersebut.
Alisa memandang kagum ruangan tersebut saat membuka pintu ruangan yang terlihat kosong. Alisa masuk ke dalam ruangan. Matanya memandang ke seluruh arah ruangan. Alisa kemudian mulai mengelap kaca jendela dengan pembersih kaca yang ada di tangannya. Perutnya terasa begitu sangat perih dan juga lapar. Berulang kali perutnya berbunyi pertanda minta diisi. Gadis itu bernyanyi guna mengalihkan pikirannya dari rasa laparnya. Alisa fokus membersihkan kaca tersebut sambil terus bernyanyi, tanpa menyadari bahwa seseorang berdiri di belakang.
"Kenapa kamu masih bekerja di jam istirahat," ucap seorang pria yang berbicara di belakangnya.
Alisa begitu sangat terkejut saat mendengar suara seorang pria di belakangnya. Alat pembersih kaca yang dipegangnya terjatuh ke lantai.
Alisa membalikkan tubuhnya dan menelan air ludahnya ketika melihat sesosok pria bertubuh tinggi yang saat ini menatapnya.
"Maaf pak, saya tidak mengambil jam istirahat," ucapnya.
Pria itu masih terus memandang.
Alisa hanya menundukkan kepalanya saat tatapan pria itu tertuju padanya.
Alisa hanya menundukkan kepalanya saat tatapan pria itu tertuju padanya.
Matanya masih memandang wanita yang berdiri di depannya. Diperhatikannya wajah gadis yang bertubuh tinggi dan langsing tersebut. Wajah gadis itu terlihat begitu sangat pucat, dan itu bukan pucat karena takut. Gadis itu dalam kondisi tenang saat melihatnya. Dari wajah gadis itu, terlihat sangat kelelahan. Namun dia tidak mengerti mengapa gadis itu tidak mau istirahat.
"Ya sudah kamu lanjutkan" ucapnya.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Maaf tadi saya kirain ruangan ini kosong. Apa bapak, eh Om juga bekerja di sini," Alisa memandang pria yang memakai baju kemeja lengan panjang yang dikeluarkan tersebut. Penampilan pria itu terlihat sangat berkelas. Pria itu juga terlihat sudah sangat dewasa.
Attar Memandang nya dan menganggukkan kepalanya.
"Saya keluar sebentar," ucapnya.
Alisa menganggukkan kepalanya dan kembali mengambil pembersih kaca yang tadi sempat terjatuh dari tangannya. Alisa mengusap dadanya ketika pria itu sudah keluar dari ruangan tersebut. "Untung aja gak ketemu sama yang punya. Direktur utama nggak mungkin semua itu kan?
Lagian pria tadi masih muda," ucap Alisa yang mengingat pria yang bertubuh tinggi tersebut.
Alisa memandang pintu yang kembali terbuka. Pria itu membawa kantong plastik di tangannya. "Saya akan makan, Kamu temani saya makan," ucapnya dengan gaya memerintah. Caranya berbicara dan duduk terlihat bahwa pria itu begitu sangat berwibawa.
Alisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Nggak usah pak, eh Om tadi saya sudah makan. Bila om mau makan silahkan, saya akan keluar."
"Apa, Kamu tidak mendengar apa yang saya katakan. Bila kamu bekerja tanpa berhenti di jam makan siang. Saya bisa melaporkan CV tempat kamu bekerja," pria itu berkata dengan penuh ancaman.
"Jangan om eh pak, saya akan makan om tapi di luar saja," ucap Alisa
"Saya sudah bilang, temani saya makan," pria itu mempertegas ucapannya.
"Iya om," jawab Alisa yang cukup ragu ketika harus duduk di sofa yang berwarna coklat tua itu.
"Buka," perintah Attar.
Alisa sedikit menganggukkan kepalanya dan mengambil kotak box berwarna putih yang berisi nasi, ayam bakar dengan potongan besar. sambal terasi, kerupuk dan lalapan. Air ludahnya terasa menetes melihat ayam bakar jumbo tersebut.
"Pak, eh Om saya boleh makan gak?" ucapnya.
"Kamu kalau mau panggil bapak, bapak aja. Kalau mau panggil om, om saja." Attar merasa risih ketika gadis itu memanggilnya dengan ragu-ragu seperti ini.
"Panggil bapak itu terkesan seperti bawahan dan atasan kurang akrab jadi saya panggil om aja," ucap Alisa dengan tersenyum lebar.
Attar menganggukkan kepalanya. "Ayo dimakan," ucapnya
Alisa tersenyum dan langsung memakan nasi tersebut. "Om berani ya," Alisa berkata ketika akan memasukkan ayam bakar yang disuwirnya kedalam mulutnya.
"Kenapa?" Attar mengerutkan keningnya.
"Iya soalnya berani masuk ke ruangan ini," ucap Alisa.
Pria itu tersenyum tipis memandangnya sehingga senyumnya tidak terlihat jelas.
"Tapi tadi Isa juga mau naik ke sini pakai lift khusus direktur utama Om," ucapnya yang sedikit mengecilkan suaranya.
Pria itu berusaha menahan ketawanya saat mendengar ucapan polos dari gadis tersebut.
"Terus?" tanyanya.
"Ya biar bisa ngerasain masuk ke dalam lift milik direktur utama," ucapnya
"Apa rasanya?" tanya Attar.
"Kecepatannya sama Om sama lift biasa. Hanya saja tampilannya lebih eksklusif. Isa bisa turun naik pakai lift khusus direktur selagi kantor ini belum beroperasi Om," ucapnya.
"Kenapa?" tanya Attar yang sejak tadi hanya mendengar celotehan gadis tersebut.
"Mana berani om, Bisa-bisa Isa diseret security lah om," ucapnya Sambil tertawa.
Attar tertawa saat mendengar cerita gadis tersebut. "Mengapa seperti itu?"
"Sudah jelas lift itu khusus untuk direktur utama, sedangkan Isa hanya cleaning service di sini. Bila sempat ketahuan Isa pakai Lift direktur utama oleh security, sudah pasti Isa dimarahi Om. Tapi sekarang sepertinya life itu belum dipasang CCTV jadi nggak ada security yang lihat Isa keluar masuk pakai itu. " Alisa menjelaskan panjang lebar.
Attar menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Alisa.
"Tapi om berani sekali makan di dalam sini." Alisa memandang kagum pria tersebut.
"kantornya kan belum beroperasi," ucap Attar.
"Pasti Om juga ingin merasakan makan di dalam ruangan direktur utama," ucap Alisa sambil tersenyum.
Atar sedikit tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Sejak tadi Alisa memperhatikan cara pria itu makan. Dari cara pria itu memegang sendok, mengunyah nasi, meneguk minum, terlihat begitu sangat berkelas.
"Kamu sudah menikah?" tanya Attar.
"Belum om," jawabnya.
"Umur kamu berapa?" tanyanya.
"18 tahun," jawab Alisa.
"Berapa?" tanya Attar.
"18 tahun." Alisa memperjelas ucapnya.
"Jadi kamu memang bekerja di jasa cleaning service?" tanya Attar.
"Saya baru saja tamat SMA Om, dan kebetulan saya sedang menunggu jadwal masuk kuliah. Selama saya belum kuliah, saya akan ikut kerja serabutan. Lumayan om, uangnya bisa untuk nambah uang jajan dan beli paket internet," ucapnya sambil tersenyum.
Attar memandang kagum gadis tersebut dan kemudian menganggukkan kepalanya.
Alisa meminum air mineral yang ada di dalam botol yang sudah disediakan Attar sebelumya. Ia juga menyedot jus mangga yang begitu sangat menyegarkan tenggorokannya.
"Om tadi waktu naik ke sini apa coba naik lift direktur utama?" Tanya Alisa yang memandang Attar.
"Saya tadi tidak mencobanya, tapi nanti saya juga ingin mencoba," ucap Attar yang berusaha untuk tidak tersenyum.
Alisa tertawa saat mendengar ucapan pria tersebut. "Wajib di coba Om, biar om tahu rasanya jadi direktur utama," Alisa berkata dengan membesarkan matanya.
Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Om Isa sudah siap makan," ucapnya ketika nasi dan ayam di dalam kotak putih itu sudah habis.
"Saya juga sudah siap makan," jawab Attar yang memandang gadis tersebut.
"Om ini masih banyak sisanya mau diapain?" tanya Alisa ketika membersihkan meja tersebut.
"Buang saja," ucap Attar.
"Jangan dibuang om, dosa buang-buang makanan nanti Allah marah. Apa boleh untuk Isa aja om ini makanannya," Alisa berkata dengan tersenyum.
Attar diam memandangnya kemudian menganggukkan kepalanya.
"Maaf ya om, Isa mau lanjutin kerja," ucapnya setelah perutnya sudah terisi dan kenyang.
Attar menganggukkan kepalanya. "Lanjutkan pekerjaan kamu, saya juga mau keluar. Di sini CCTV belum terpasang, jadi kamu masih bebas turun naik pakai lift direktur utama," ucapnya .
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Ternyata om petugas pemasang CCTV ya? Pantas aja berani masuk kesini dan makan," ucapnya polos.
Attar sedikit tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
****
