Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Merasa Terganggu

Gavinka menghela napas panjang, ia tersenyum ketika masuk ke kamar Ars, yang tengah menunggunya, Ars tersenyum melihat Gavinka. Ars sangat senang jika Gavinka ada dikamarnya.

“Gav, ada apa denganmu seharian ini? Sulit sekali menemuimu, aku menelponmu dan kamu tidak mengangkatnya,” keluh Ars, membuat Gavinka tersenyum, dan mencoba melupakan keluhannya.

“Aku banyak pekerjaan,” jawab Gavinka. “Kenapa kamu merindukanku?”

Ars tersenyum, membuat Gavinka pun tersenyum, rasa nyaman antara keduanya berjalan begitu saja, sehingga keduanya saling menyukai dan saling menguatkan satu sama lain.

“Aku sangat merindukanmu, bahkan aku hampir gila karena tak bertemu denganmu,” jawab Ars, membuat Gavinka tersenyum, sesaat kemudian Ars menarik Gavinka dan memeluknya. “Aku sangat merindukanmu, namun aku menyesal karena ketika aku merindukanmu, aku tak bisa mencarimu karena keterbatasan tenagaku.”

“Kenapa kamu melakukan ini, Ars?” tanya Gavinka.

“Aku—aku mencintaimu,” lirih Ars, membuat Gavinka melepaskan pelukan Ars dan menatap tuannya itu.

“Jangan bercanda, Ars, aku tidak ingin bercanda,” jawab Gavinka.

“Siapa yang bercanda? Aku tidak bercanda, Gav, aku mencintaimu, aku menyukai semua yang ada dalam dirimu. Bahkan pertama kali aku melihatmu, aku bahagia sekali, aku merasa hidup kembali meski kakiku ini tidak bisa berjalan, dan akan cacat selamanya,” lirih Ars. “Kamu tahu apa yang ku rasakan setelah tahu bahwa aku cacat untuk selamanya? Kamu tahu rasanya ada di kursi ini dan tak akan pernah bisa berdiri?”

“Seluruh hidupku seakan berakhir, aku sudah tidak memiliki tujuan hidup lagi, semua yang membahagiakan akan menyedihkan, semua tawa akan menjadi kesedihan, aku tak menyangka semua ini terjadi padaku, kenapa harus aku? Kenapa? Aku juga memiliki impian, aku juga memiliki keinginan, dan semua itu terjadi karena aku sudah tidak bisa berjalan. Aku cacat untuk selamanya, mengingat itu hanya akan membuatku menyalahkan diri.”

Ars menitikkan air mata, ia sesegukan. “Aku tak menyangka seluruh hidupku hancur karena aku sudah tidak bisa berjalan, aku pikir aku masih bisa bermimpi, namun nyatanya tidak. Setelah bertemu denganmu aku baru sadar, bahwa aku memiliki tujuan hidup lain, aku ingin menjadi seseorang yang bisa melindungimu, meski nantinya itu akan menyulitkanmu.”

Gavinka memeluk Ars yang kini menitikkan air mata, ia tak menyangka akan bisa bersedih atas kesedihan Ars. Awalnya, Gavinka merasa nyaman berada didekat Ars, namun kenyamanan itu berubah menjadi rasa suka dan rasa cinta yang ia pun sulit menjelaskan.

“Aku juga menyukaimu, aku juga mencintaimu. Tidak usah menangis, meski nantinya kamu tidak bisa melindungiku, jangan merasa kecil, aku akan ada disampingmu, aku akan menjadi satu-satunya orang yang bisa menjadi impianmu, bahkan aku akan memberikan segalanya padamu,” kata Gavinka, didalam pelukannya.

“Mau kah kau bersamaku? Seterusnya? Meski aku tak bisa melindungimu?”

Gavinka melepaskan pelukannya dan menganggukkan kepala. “Iya. Aku akan bersamamu. Seterusnya.”

Ars menarik Gavinka dan menciumnya, ia memagut bibir Gavinka dan merasakan kenyamanan meruak hebat direlung hatinya, sungguh ini mendebarkan, ia menyukai bibir Gavinka yang juga kini bergerak membalas pagutannya. Ars menitikkan air mata, ia bahagia ketika bisa menggantikan Rihana—mantan kekasihnya yang dulunya merenggut segalanya dan meninggalkan Ars.

Sedangkan diluar sana, Levin melihat semuanya, merasakan amarah seperti membakar dirinya, membakar seluruh dirinya, semuanya terasa panas. Itukah cemburu? Levin tak mengakuinya itu cemburu. Levin mengepal tangan kirinya.

“Sekarang … kamu jangan menangis, kamu harus tersenyum,” kata Gavinka, ketika melepas pagutan Ars, meski sejak tadi mereka memiliki saksi diluar sana.

“Tidak bisa kah kamu menemaniku sampai aku tertidur?” tanya Ars.

“Tentu saja. Aku akan menemanimu,” jawab Gavinka. “Ayo aku bantu berbaring diatas ranjang.”

Ars menganggukkan kepala, segeralah Gavinka memapah Ars dan menurunkannya diatas ranjang king size milik lelaki yang bernama Arslen. Lelaki yang ia cintai.

Levin berjalan menjauh dari kamar adiknya, dan mendial nomor seseorang.

‘Jay, telusuri kehidupan seorang perempuan bernama Gavinka Allerd, sepertinya dia tinggal disalah satu gang Lurs, dan laporkan padaku apa yang kau dapatkan,” kata Levin via telpon.

‘…..’

‘Baiklah. Aku tunggu.’

Levin mengakhiri telpon dan mengepal tangan kirinya, ia tak suka melihat kemesraan Gavinka dan saudaranya, itu hanya mengundang kemarahannya.

“Sayang, kamu di sini?” tanya Renata—sang Mommy.

Levin menoleh dan melihat ibunya tengah tersenyum, ibunya yang masih sangat cantik.

“Mom,” kata Levin, lalu duduk di sofa dekat tangga.

“Ada apa, Nak? Sepertinya kamu sedang banyak pikiran,” tanya Renata, duduk disamping putranya.

“Aku tidak apa-apa, Mom,” jawab Levin, menganggukkan kepala.

“Mom sudah tidak pernah melihat Peggie, kemana dia?” tanya Renata. Peggie—adalah kekasih Levin, kekasih yang sudah menjalin hubungannya selama 1 tahun belakangan ini, namun hubungan mereka tak mujur karena Peggie sangat sibuk. Ia harus bekerja setiap hari, dan setiap pekan ia harus ke luar negeri.

“Peggi di New Zealand, Mom,” jawab Levin.

“Dia sibuk sekali, ya, kalian sering bertemu, ‘kan?” tanya Renata lagi.

Levin menggelengkan kepalanya. “Kami akan bertemu dia akhir bulan.”

“Wah. Padahal kita satu negara, tapi kalian jarang bertemu?”

Levin menganggukkan kepala.

“Ya sudah. Tidak usah dipikirkan,” kata Renata. “Saudaramu sepertinya sedang jatuh cinta.”

Levin mendongak dan menoleh menatap ibunya. Levin tahu yang dimaksud ibunya adalah Gavinka yang berhasil membuat Ars bahagia dan merasa hidup kembali. Levin hanya tersenyum mendengarkan.

“Mom belum lihat gadis mana yang disukai Ars, katanya dia salah satu maid di sini.”

“Mom tidak masalah Ars pacaran dengan maid?” tanya Levin, menurutnya pembicaraan ini tidak menarik, namun mampu membuatnya terpancing.

“Kenapa harus menjadi masalah? Mom juga dulunya bukan orang kaya, jadi Mom akan mendukung siapa pun itu yang akan menjadi pendamping putra-putra Mom,” jawab Renata.

“Meski dia seorang maid?”

“Iya, Nak. Meski dia seorang maid,” jawab Renata, yakin.

Renata memang bukan orang kaya, dia perempuan sederhana yang dinikahi penuh cinta oleh suaminya. Jadi, ia tidak pernah mempermasalahkan siapa dan darimana kekasih putra-putranya.

Gavinka sudah berhasil mengganggu pikiran Levin, dan memenuhi kepala lelaki itu, bahkan penampilan Gavinka sangat disukai Levin, semua yang ada dalam diri Gavinka membuatnya jatuh hati, bahkan apa pun yang dilakukan Gavinka menarik perhatiannya, meski itu hanya sekedar bekerja, Levin sering diam-diam menatap Gavinka, namun ia tak tahu apa yang dimaksud dari tatapannya itu.

“Mom senang sekali akhirnya Ars bisa merasa hidup kembali karena Gavinka namanya, perempuan yang sudah berhasil membuat Ars sadar bahwa hidup ini belum berakhir, Mom senang jika ada perempuan yang menerima Ars apa adanya.”

“Bagaimana jika perempuan yang Mom maksud itu hanya ingin harta Ars?”

“Mom akan menilainya, bukan berarti Ars suka, Mom akan langsung menyukainya, Mom akan menilai itu nanti,” jawab Renata, membuat Levin mengangguk.

“Kamu bagaimana? Bukankah kata kamu, kamu akan meminang Peggie?”

“Aku akan meminangnya nanti, Mom, tapi tidak sekarang.”

“Baiklah. Mom akan siap meminang Peggie untuk kamu. Kalau begitu … Mom pergi dulu, ayahmu sepertinya sudah di kamar dan terus menanyakan Mom,” kata Renata beranjak dari duduknya, dan mengelus rambut Levin.

Sepeninggalan ibunya, Levin menghela napas panjang, ia tak menyangka bisa terganggu oleh gadis biasa seperti Gavinka, apa yang tidak bisa Levin dapatkan, semua bisa ia dapatkan meski harus menyakiti saudaranya. Ia sudah tidak bisa terus-terusan mengalah pada Ars, yang selama ini merasa bahwa seluruh hidupnya hancur dan tidak bisa lagi menjalani hidup.

.

.

Bersambung.

Jangan lupa votmment?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel