Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 : Apa yang aku tau tentang kamu?

"Hai... Ajeng" sapa Tara dengan wajah seperti sedang upacara bendera. Kaku, datar dan tegang. Sungguh Kintari maupun om suntik botox itu tau Tara tengah menghadapi orang yang berpengaruh bagi hidupnya. Wanita dengan balutan dress yang sangat sopan hingga dibawah lutut itu tersenyum manis ala putri. Terlihat sangat cantik dan anggun.

"Ayo salam sama Om Tara, Adjie" semua melupakan anak yang dituntun oleh wanita yang bernama Ajeng itu. "Hai Om Tara. Aku Adjie".

Tara berjongkok dihadapan anak laki-laki itu "Hai Adjie".

Mengerti dengan kecanggungan diantara mereka Om suntik botox itu maju. "Halo.. Adjie sini sama kakek". Seketika Kintari menoleh cepat. What?!!! Please seseorang tolong jelasin ke gue. Ko otak gue berasa diajak naik roller coaster gini.

"Kakek... " teriak Adjie sumuringah menghampiri kakeknya yang merentangkan tangan terbuka. "Ayo kita lihat nenek ada dimana?" ... "Ah itu dia. Ayo kita ke nenek".

"Damn" umpat Kintari tanpa sadar cukup keras membuat Tara memberikan tatapan lasernya. "Kintari..." bisik Tara. "Maaf Tar. Tapi liat demi apa istrinya seumuran mamah aku dan liat aku bingung kenapa dia nyebut nenek juga sama cewek yang kayanya gak jauh beda sama aku".

"Yang seumuran mamah kamu itu... Tante Galih istri keduanya dan yang satunya lagi Tante Wanda istri ketiganya"

"Oke jadi mana istri pertamanya?" Bisik Kintari. Tara menunjuk perempuan yang sepertinya masih jauh lebih muda dari umur neneknya. Dibalut dengan fashion yang membuat nenek itu tidak terlihat tua. "Om Mandala hanya punya istri tiga"

Hanya? Oh Deni biji salak loe harus ngaku kalah sama om suntik botox ini.

"Perkenalkan nama saya Ajeng Tri Astuti Sasongko. Anda?" Ajeng memperkenalkan dirinya dengan sopan. Malah terlampaui sopan. Membuat Kintari menyesal mengeluarkan umpatan tadi.

"Kintari Gardapatri Sastra. Pacar Tara" jawab singkat Kintari dengan wajah semanis mungkin. Jelas ini bukan Kintari sekali tapi apa daya saat jiwa pesaingnya muncul dan Kintari merasa menang karena senyuman Ajeng memudar ketika Kintari menyebut dirinya sebagai pacar Tara.

"Wah sepertinya Mba Kintari ini tidak membaca undangan ya?" Tanya Ajeng dengan bahasa yang baik dan benar juga lembut namun terasa dalam dan kasar oleh Kintari.

See?

"Engga mba. Ini ketumpahan pepsi makanya warnanya jadi biru sampe susah dicuci" jawab asal Kintari kesal. Kintari melirik sekilas pacarnya yang tidak membantunya ternyata sedang memandang Ajeng seperti lukisan langka. Atau majalah dewasa. Sulit berkedip.

Hati gue... Kintari memegang dadanya.

Dia menghirup nafasnya dalam. "Sorry dimana toilet ya mbak?".

"Oh mari saya antar"

"Gak usah" jawab Kintari kesal karena merasa wanita dihadapannya ini sesempurna Putri Keraton. Lalu akhirnya dia berlalu dengan gemas meninggalkan pacarnya dengan wanita anggun seperti putri itu. Berjalan kemana saja asal tidak disana. Kintari memang pencemburu tapi baru kali ini Tara membuatnya merasakan cemburu yang entahlah Kintari malas mendeskripsikannya.

Duduk di salah satu bangku yang kosong dipojokkan. "Kesal lihat dua sejoli yang kaku itu?".

Wira sableng. Ngapain lagi dia kesini?

"Biasa aja dong muka nya. Cantik-cantik galak amat"

"Bodo" Kintari sudah tidak peduli lagi. Dia hanya akan jadi diri sendiri sekarang. Tak disangka si Wira Sableng itu tertawa keras membuat Kintari geleng-geleng kepala. "Bener sableng" gumamnya. Dan Wira bukannya berhenti tapi semakin keras tertawa.

"Baju loe oke"

"Jangan sok akrab" jawab Kintari cuek.

"Tas loe juga oke"

Kintari menghirup nafasnya dalam-dalam. Dia menjauh dari Tara ingin menenangkan diri dan dia malah dihampiri oleh orang yang menguji emosinya.

"Kayanya loe cewe paling keren dari semua cewe yang pernah dibawa si Tara ke acara keluarga besar" Kintari tak bisa menyembunyikan ketertarikannya pada pokok bahasna itu.

"Emang Tara udah bawa berapa cewek?"

Wira tampak berpikir. "Ehm.. itungan gue dua sama loe".

Kintari memutar mata jengah. "Gue kira ratusan".

"Emangnya Tango"

"Haha lucu"

"For your information. Gue suami Ajeng" ucap Wira santai kaya dipantai selow kaya di pulau.

Kintari menoleh cepat tak percaya. Ya ampun keluarga apa ini? Penuh dengan.... wow... laki-laki yang tadi menggoda kemudian menyendiri di pesta ini suami dari Ajeng si Putri itu. "Terus ngapain loe disini? Sementara istri sama anak loe didalem".

"Loe juga ngapain disini? Sementara pacar loe disana" Kintari diam. Dia malas mengakui hal yang menguras hatinya. Dia tidak mau memecahkan rumah tangga orang lain karena kesensitifannya dan sifat pencemburunya. "Gue.. cuman cari angin" jawab Kintari akhirnya seraya memaling,an wajah dari Wira.

"Gak usah boong. Loe disini karena gak mau liat Tara sama istri gue kan?" Tanyanya santai sambil menyalakan rokok dan menghirupnya. Kintari bingung, ini perasaannya saja atau bagaimana laki-laki disampingnya ini seperti sudah tidak peduli.

"Gak usah bingung. Masih banyak hal yang harus loe temuin tentang Tara dan keluarganya karena dari yang gue liat loe gak tau apa-apa tentang Tara"

Kintari terdiam. Benarkah selama dua tahun berhubungan dengan Tara dia tidak mengetahui apa-apa tentang Tara? Kintari sering datang ke rumah Tara.

Lalu apakah kamu tau dimana ayahnya?

Kintari dalam hati kecilnya menggeleng.

Apakah kamu tau Ajeng tadi?

Kintari kembali menggeleng.

"Bener dugaan gue. Loe gak usah shock kalau tau semuanya nanti" ucap Wira lagi membuat Kintari diam. Bagaikan menyiram minyak tanah kedalam api. Rasa kesal yang bermertamorfosis menjadi marah.

"Gue masuk dulu" Kintari memilih berhenti mendengar ocehan receh Wira dan masuk ke dalam rumah. Tapi baru beberapa langkah Wira berkata "Dateng aja ke kantor gue kalau loe penasaran. Alamat perusahaan gue di jalan Mangga Blok AB No. 9".

Kintari terdiam dan menoleh "Thanks. Gue bukan cewek matre. Gue cukup jadi cucu keluarga Adhijaya dan keluarga Sastra". Kemudian dia berlalu meninggalkan Wira dengan seringainya "Cewek menarik".

**

Memasuki halaman yang sedang berlangsungnya pesta. Kintari melihat Tara masih bersama Ajeng. Dia kesal pasalnya Tara sama sekali tidak mencari atau menyusulnya. Dia malah asyik mengobrol dengan sang Putri Keraton. Tara terlihat kaku dan begitupun Ajeng, tidak ada senyuman manis seperti tadi hanya raut sedih?. "Tar aku mau pulang". Tara seketika langsung mengelurkan tangan yang sedari tadi di saku celananya.

"Sudah ke toiletnya?"

"Udah" Kintari yang kini menjelma menjadi Atala. Sang Bunglon.

"Kita ke Suno dulu" Kintari diam seribu bahasa. Jutek sejuteknya seperti Atala bahkan ketika melewati Ajeng.

Mereka menghampiri Suno dan tunangannya yang bercengkrama dengan beberapa orang. "Selamat Suno" ucap Tara pada laki-laki tampan yang memakai jas biru dongker.

"Thank you loe udah dateng. Kenalin tunangan gue, Lira."

"Kintari," teriak Lira. Kintari diam hingga dia pun ikut berteriak "Lira.” Membuat dua laki-laki disamping mereka bingung. "Kemana aja loe? Gila udah lulus SMP. Loe pindah ke Bandung aja gak ada kabar lagi.”

"Aduh hape gue kecebur waktu gue manjat pohon jambu. Gak berubah ya loe tetep aja cantik. Makin cantik malah.”

"Iya dong. Loe juga kayanya berubah ya lebih anggung anggun gimana gitu. Loe tuh ya masih aja hoby manjat.”

Lira dan Kintari tertawa membiarkan dua laki-laki itu kini mengerti dan hanya membiarkan mereka mengobrol. "Gila gue gak nyangka loe pacarnya Tara sodara tunangan gue Suno.”

"Emang kenapa?"

"Ehm.. eh loe nanti mau gak kita ngopi bareng? Gue kangen sama sengkleknya loe.” Kintare melihat sahabatnya otu seperti salah tingkah dan mengalihkan pembicaraan. Membuat Kintari penasaran.

"Gue juga kangen sama loe. Ya udah tukeran no handphone lah.” Mereka berdua akhirnya bertukar nomor HP. Menyisakan penasaran yang Kintari harap dapat terbuka lewat teman dekat ajaibnya ini.

Kintari baru saja akan menghampiri pacarnya tapi terhengi ketika terdengar bisikan seseorang "Biasa Fira gak hadir. Anaknya yang dateng si Tara. Ya gimana lagi suaminya modelan gitu. Malu lah muncul di keluarga yang udah dia tinggalin demi suaminya itu.” Kintari tertegun. Apakah ini alasan ibunya Tara selalu murung?. Lalu apa yang dilakukan ayahnya Tara itu?.

**

Tara menengok kekasihnya beberapa kali. Dia tau apa yang dipikirkan kekasihnya itu. "Makan diluar dulu yu?.”

"Aku diet"

"Ehm... ke cafe Oak Tree?" Kintari hanya menjawab dengan gumaman. Marah pada kekasihnya karena masih tidak mau menjelaskan siapa Ajeng dan Wira juga keluarga besarnya yang terasa aneh itu.

"Apakah kamu akan tetap disampingku setelah aku cerita?." Tanya Tara mendadak ketika mobilnya memasuki parkiran cafe.

**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel