Pustaka
Bahasa Indonesia

Temptation

69.0K · Tamat
Gita Hadianty
35
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

SEKUEL ATTENTIONKetika melihat mantan lebih tampan, seksi dan hot. apa yang akan kamu lakukan?a. Mengejarnya kembalib. Mulai kepoc. Gak pedulid. isi sendiri...Saat ini Kintari Gardapatri Sastra bingung bukan main ketika mendapati kemunculan mantannya yang sangat tampan. Terlebih mantannya ini adalah seseorang yang belum bisa dia lupakan. Langkah apa yang akan diambil oleh Kintari ketika godaan manis dan sekaligus berbahaya datang?

RomansaDosenDewasaPerselingkuhanPengkhianatanKampusKeluargaSweetBaperWanita Cantik

Bab 1 : Kintari

"Oke.. sampai disini saja mata kuliah kita hari ini dan sampai jumpa lagi lusa," ucap Kintari dengan tegas dan berjalan bak foto model menuju kursinya untu membereskan laptop. Banyak mahasiswa yang melihat Kintari seperti kucing kelaparan, tapi beda halnya dengan sebagian mahasiswi yang melihatnya dengan sinis

Mahasiswa yang ada di kelas ricuh karena berakhirnya jam mata kuliah Kintari. "Yah.. bu kok sebentar amat sih?. Panjangin aja bu jam mata kuliahnya," teriak laki-laki yang memakai kemeja flannel kotak-kotak merah.

Disambung oleh anak laki-laki berkaos kerah putih, "iya bu masa udah lagi. Kita kan belum ngerti."

"Apa sih?. Kalau loe mau sama Bu Kintari lebih lama gak usah bawa-bawa kita. Minta private sana, modal dikit." Sewot seorang mahasiswi yang memakai dress selutut bling-bling. Dia tidak suka laki-laki lebih tertarik pada dosen mereka daripada dirinya, walaupun harus dia akui dosennya satu ini memang beda dan cantik.

"Takutnya ada yang belum ibu jelasin juga kan," timpal anak laki-laki yang lain. Keadaan yang sudah biasa dihadapi oleh Kintari, dia hanya tersenyum sembari terus membereskan laptopnya.

"Oke... kalau gitu kita panjangin waktunya, tapi tolong keluarkan kertas kosong. Kita tes sampai dimana kalian belum paham mata kuliah saya." Seru Kintari tenang. Dan benar saja tebakannya, mahasiswa yang tadi berkata ingin lebih lama dengan mata kuliahnya langsung membereskan buku dan keluar dari kelas. "Kita ada mata kuliah selanjutnya bu, maaf ya bu."

Kintari menghembuskan nafas lega. "Fiuh.."

Duduk sebentar dan merogoh tasnya untuk mencari ponsel dan menekan call di kontak sahabatnya, Dea.

"De.. lo dimana?." Tanya Kintari tanpa basa-basi.

"Gue lagi beres-beres baru selesai," jawab sahabatnya Dea Lukmina dengan lemas. Pekerjaan seorang perawat membuatnya terkadang lelah bukan main.

"Oke.. gue tunggu di café Orange."

"Hem.., gue capcus sekarang." Kintari langsung menutup paggilannya.

Saat berdiri akan meninggalkan kelas, langkah Kintari terhenti ketika mendengar suara anak laki-laki di depan kelasnya.

"Ayo dong maafin aku, yang. Aku kemarin harus kerja kelompok jadi gak bisa jemput kamu."

"Ah... boong. Emang gue gak tau kemaren loe sama siapa?. Loe lagi jalan sama si Winda yang anak kampus Nusantara kan?. Asal loe tau ya, dia itu temen SMA gue dan sekelas lagi. Jadi jangan pikir gue gak tau dia. Pokoknya gue minta putus."

"Aduh aku cinta banget sama kamu, yang. Aku gak bisa hidup tanpa kamu. Hampa kering kerontang pokoknya." Gombal receh laki-laki itu.

"Cinta tapi selingkuh. Udah jangan panggil gue yang lagi, Yang yang kepala loe peyang. Udah ah bye."

Kintari tertawa dalam hatinya, lucu perkelahian anak usia 20 awal itu. Dia jadi teringat masa pacarannya jaman kuliah dulu. "Gue juga pernah gitu" ucapnya dalam hati.

Setelah agak lama tidak terdengar suara Kintari berjalan keluar. Di kira sudah tidak ada orang ternyata anak laki-laki itu masih ada didepan kelasnya sedang menelepon seseorang.

"Win.. jalan yuk sore sekarang."

Kintari hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dasar anak jaman sekarang."

KINTARI JADI LOE NGAKU KALAU LOE UDAH TUA? . STOP BILANG KAYA GITU! Peringat hati Kintari pada dirinya sendiri.

**

Membuka pintu café Orange dengan anggun, Kintari yang berambut panjang agak bergelombang dengan lisptik merah meronanya menarik perhatian beberapa pria yang berada didalam café. Sambil mengibaskan rambutnya ala iklan shampoo, Kintari mencari tempat duduk kosong dan akhirnya pilihannya jatuh di meja pojok dekat kaca.

Setelah memesan salad buah dan jus, Kintari menunggu kedatangan sahabatnya sejak SMA itu. Sahabat yang ada dan tak termakan usia walau sudah 10 tahun sama-sama. Kintari sering berpikir, mungkin kalau menyicil mobil atau rumah cicilannya sudah beres.

"Aduh capek banget gue hari ini," keluh Dea tanpa basa basi. Perempuan dengan perawakan tinggi, bohay mirip Aura Kasih dan wajah yang juga cantik itu masih mengenakan seragam perawatnya.

"Udah loe duduk aja gue udah pesenin nasi goreng sama jus buah naga kesukaan loe." Dea berbinar-binar mendengarnya.

Dan dengan gaya lebaynya Dea balas,"thanks loe emang sahabat gue. Gue hari ini capek fisik dan batin sis."

"Kenapa lagi loe?. Ada aki-aki genit godain loe?."

Sambil menyimpan ponselnya dengan sedikit emosi Dea menjawab. "Bukan, ini lebih parah. Ada om-om udah tuir maunya sama gue aja di rawatnya, kalau engga dia mogok. Eh udah gitu nanya mau gak gue jadi istri dia yang ke tiga?. Jadi simpenannya. Gila kan?."

Kintari tertawa terbahak-bahak sampai tersedak dari minumnya. Dea yang sudah mengenal Kintari hanya bisa menghela nafas. Bagaimana lagi, Kintari adalah sahabatnya dan dia hanya bisa berbicara dengan Kintari mengenai apapun. Tanpa sensor seujung kukupun.

"Makanya loe terima aja cintanya dokter Bagas. Loe sih pake acara digantung-gantung segala. Udah kaya jemuran aja dia."

Dea mendengus. Tidak lama kemudian, Dea mendadak berteriak heboh. "Eh... loe tau ga kita mau ada reuni SMA dua minggu lagi?."

"Tau," jawab Kintari malas.

"Aduh gue berharap gue ketemu jodoh gue nanti," seru Dea dengan dramatis tersenyum-senyum kegirangan seperti ibu-ibu yang melihat diskon pampers 70%. "Dan loe tau, bintang tamu rahasianya itu si Makala. Mantan loe," tersedak lah Kintari mendengar satu nama itu disebut oleh Dea.

**

Pulang kerja menikmati kasur empuk dengan sprei bergambar helo kitty dikamarnya yang luas dengan segala nuansa hello kitty dan tak lupa boneka hello kitty yang bau tujuh rupa. Bukan karena jarang dicuci, tapi boneka itu sudah tua. Tidak jauh dengan usianya. Boneka pemberian papahnya ketika usia tiga tahun itu tidak bisa lepas darinya. Kemanapaun dan dengan siapapun dia tidak peduli. Cuek saja, dia pasti membawanya. Kintari tidak bisa tidur tanpa itu.

Walaupun beberapa orang sudah meledeknya dengan, "ya ampun itu apa Bu Kintari?. Mirip Hello Kitty, tapi ko kucel in the kumel?." Tapi Kintari yang cuek hanya tersenyum cuek saja.

Mamahnya juga sudah mencoba membuang boneka itu , tapi Kintari akan tau dan pada akhirnya boneka itu di simpan di lemari dengan kunci yang hanya diketahui oleh Kintari.

"Tari..," panggil mamahnya ketika Kintari mulai memeluk bonekanya dan akan tertidur.

"Tari...," panggil mamahnya lagi.

"Iya mah...."

"Turun, ada Tara itu dibawah. Mamah mau ngurus bunga dulu di taman ya." Kintari yang semula malas-malasan dan lemas seketika bersemangat. Mengganti baju rumahnya yang hanya kaos oblong putih dan hot pans super pendek itu dengan dress selutus kuning bercorak bunga. Rambutnya pun disisir dan ditata secantik mungkin. Menepuk-nepuk bedak secara perlahan pada wajah cantiknya dan terakhir memoleskan lipsticknya natural. Warna nude pilihan lipstiknya karena pacarnya itu suka kalau Kintari berdandan natural. Pernah satu kali Kintari berdandan menor waktu pergi berdua dengan Tara. Tau reaksi Tara?, dia berkata dengan datar dan lempeng persis jalan tol. "Kamu mau jadi ondel-ondel?". Jadi sejak itu dia selalu berdandan natural kalau pergi dengan Tara.

"Oke.. sip udah selesai." Kintari segera turun dari lantai 2. Terlihat pacarnya yang masih memakai seragam pilot berdiri menunggunya di ruang tamu. Tara yang memiliki wajah bagai pahatan Yunani membuat Kintari selalu tersepona pada laki-laki yang berstatus sebagai pacarnya itu

"Kok kamu gak bilang pulang dan mau kerumah sih?," tanya Kintari langsung melompat memeluk tubuh kekasihnya mirip koala. Kekasihnya yang bernama Tara Gunawan Sasongko itu memeluk balik Kintari.

"kangen," jawab datar Tara. Walaupun tidak berekspresi, tapi Tari senang bukan main.

"Mau ajak aku kemana?," tanya Kintari langsung setelah dia mengurai pelukannya.

"Nonton sama makan, gimana?." Kintari langsung mengangguk dengan semangat. "Tapi aku ke rumah dulu ya ganti baju."

"Oke," jawab Kintari kemudian mencium pacarnya itu. Dan langsung saja Tara melotot. "Nanti mamah kamu liat."

Dengan senyuman lebar seperti iklan pasta gigi Kintari beralasan, "mamah lagi ngurusin bayinya," sambil memberikan tanda kutip dengan tangannya.

"Oke kalau gitu kamu ambil tas terus bilang ke mamah kita mau pamitan."

"Siap."

Begitulah kehidupan sempurna Kintari. Pekerjaan yang membuatnya bahagia, sahabat yang sama gilanya, tapi selalu ada dan pacarnya yang tampan dengan pekerjaan mapan. Hingga satu kehadiran seseorang nanti akan mengubah kehidupannya.

**