Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 : Kuda Poni

Bosan menunggu, dua gadis itu mengabadikan momen mereka dengan satu jepretan bercaption.

Menunggu sahabat kami yang melintasi awan-awan ???

"Bagus ga captionnya?" Tanya Dea pada Kintari. Menyesap jusnya kemudian berkata cuek tanpa melihat "Hem... aduh itu si Deni mana ya ko belum nongol padahal udah pada keluar".

Asyik memposting gambarnya bersama Kintari, Dea hanya berkata "Bentar lagi palingan. Loe tau kan dia itu badan aja tegap, laki banget udah kaya cowo L man tapi jalan kaya anak siput. Si Gary yang ada di film kotak kuning bolong-bolong itu juga kalah".

Kintari membenarkan apa yang dikatakan Dea. Jaman SMA Deni paling malas jika di tes lari karena sudah pasti dia bakal paling bontot.

"Tapi gak lelet banget juga. Liat deh gak muncul-muncul" Kintari melongok cemas ke dalam sementara Dea dengan segala kehebohannya hanya terus mengetik-ngetik sesuatu di handphonenya.

"Aduh De please ya loe simpen dulu itu handphone loe terus bantu gue cari si Deniwati kita puter-puter barangkali ada di tempat informasi"

Dea tertawa sumbang "Ya kali dia bocah. Dia mungkin lagi disalah satu toilet sambil 'ehem-ehem' lucu sama cewenya"

"Dea Wulandari!" Kintari mencubit gemas lengan sahabatnya itu. "Aduh lagian sih elo udah hidup jaman sekarang juga bukannya telepon malah nyuruh muter-muter".

Kintari menepuk jidatnya. "Ngomong kek daritadi".

"Hadeh" Dea memutar matanya. Kintari langsung menekan Call pada nama kontak Deniwati. Lalu langsung di lahap oleh teriakan Deni. "Loe dimana sih? Gue ini nungguin".

"Aduh bapa Deniwati kita ini udah nunggu loe dari satu jam yang lalu"

"Kalian nunggu dimana sih emang? Jangan bialng kalian nunggu di kedatangan luar negeri. Gue nunggu di kedatangan domestik. Haduh Kintari malu-maluin pacar loe yang pilot aja"

Kintari menetap gemas sahabatnya yang sedang asyik bermain instagram itu. "Dea... gue bilang juga apa ini bukan buat kedatangan domestik". Dea si ngotot tapi bermuka datar itu menjawab cuek. "Loe kenapa dengerin gue. Kerjaan pacar loe pilot, harusnya loe tau lah".

Oh demi Tara yang memakai baju Superman. Kintari ingin melempar sahabatnya itu ke belahan dunia manapun. Tapi setelah dipikir tiap kali ia ingin melakukan itu Kintari merasa spesies Dea sangat langka di dunia ini. Sahabat yang rela nulisin catatan buat sahabatnya disaat sahabatnya sakit. Everyday~. Dan berkata dengan santai "Jangan kepedean gue kaya gini biar bisa ke rumah loe terus liat Atala". Si jaim itu memang begitu adanya.

"Helo! Kalian cepet sini. Pacar tersayang gue kesian sudah merindukan hangatnya kasur"

HUEK

Kintari tau tabiat sahabatnya itu. Ketika sedang berpacaran sahabat laki-lakinya itu akan perhatian super lebay dan tidak bisa dipisahkan seperti siput dan cangkangnya atau seperti ibu dan anak. Tapi jika sudah bosan jangan harap laki-laki itu mau berpapasan. Memang ajaib.

"Loe lagi bukannya telepon kek"

"Pulsa gue abis. Kuota juga abis. Pacar gue handphonenya abis batrei"

"Modal dong koruuuuuuun" Kintari menutup panggilan itu dan menggandeng Dea dengan berapi-api. "Cepetan si fakir pulsa itu perlu kita gorok bareng-bareng".

"Aduh aduh Kin tuh kan ke love"

"Ke love apa?"

"Gue lagi stalker si Ahmad. Ke love kan foto cewenya. Aduh berasa banget gue fans sama cewe barunya" cerocos kesal Dea sambil mengikuti langkah Kintari.

"Loe sih ngapain stalker dia. Masih belum move on lo?"

Dea menarik Kintari membuat langkah Kintari terhenti. "Aduh pelan pelan Kintari. Gue kaya kambing aja loe geret"

"Sorry gue emosi sama anak satu itu. Dia bilang gak telepon dari tadi karena abis pulsa abis kuota padahal loe tau kan dia itu meditnya gak ketulungan. Kesel kan?"

Dea kini berganti menarik Kintari. "Oke kita keroyok rame-rame sekarang" sekarang Kintari lah yang digeret oleh Dea.

**

Dea dan Kintari melongo. Cewe yang digandeng oleh sahabat mereka itu ternyata adalah salah satu artis yang bernama Gentiara Saputra. "Si biji salak ini sekarang berhasil mikat artis?"

"Iya gue shock. Gue tau dia ganteng tapi ko bisa...?"

"Oh gue inget di Mak Lambeh itu kalau si Gentiara ini lagi ngerintis usaha di Bali. Loe mikir gak bisa aja si Deniwati ini mikat Gentiara mungkin aja karena dia bawa barang dari toko usaha artis itu terus dia gak mau bayar. Garis bawahi ya gak mau bayar bukan gak mampu bayar sampei akhirnya dia mau bayarnya dengan jadi body guard si artis. Terus si biji salak ngaku cewe itu pacarnya..." cerocos Dea panjang lebar. Si pengarang paling handal. Handal dalam membelok-belokkan cerita. Saking handalnya bikin pusing.

"Loe tinggal namain cerita loe itu kekasihku bukan kekasihku karena kekasihku itu sebenernya adalah majikanku" bisik keras Kintari.

"Kalian kayanya mending tulis-tulisan deh daripada bisik-bisik tapi kenceng gitu. Bukannya kangen-kangenan malah bikin cerita ngaco gue sama pacar gue" sindir Deniwati.

"Halo Tiara gue Kintari Gardapatri Sastra. Sahabat Deniwat... eh salah Deni"

"Gue Dea Wulandari"

"Halo gue Gentiara Saputra. Panggil aja Tiara. Pacar Deni"

Deni dengan bangga merangkul Tiara dan berkata "Tuh liat gue beneran pacar dia kali. Ngaco loe Dea"

**

Dengan sumuringah Deni masuk ke rumah Kintari yang tidak terlalu besar namun penuh kehangatan. Jujur Deni merindukan suasana rumah Kintari yang nyaman dengan keluarga yang nyaman. "Tante..." Deni melepaskan pegangan pacarnya begitu saja dan berjalan ke arah Corina lalu memeluknya.

"Makin cantik aja sih tan. Tetep aku ngefans deh sama tante. Andai tante dituker aja sama Kintari tante yang seusia aku. Aku pasti naksir tante"

"Ih kamu tuh ya. Masih aja godain tante"

Kintari datang menghampiri ibu dan sahabatnya itu. "Ya kalau gue dituker gue yakin papah gue pasti ikutan dituker sama Atala dan mamah gue bakal nolak loe"

"Hmmppt" Deni menahan umpatannya dihadapan Corina.

"Udah ah. Makan ayok tante udah buatin...."

"Sop,perkedel kentang sama oreg tempe. Makanan andalan tante Corina" potong Deni.

Dan kami anggota keluarga cukup kenyang dengan percobaan mamah yang beribu kali sampai rasanya bisa konsisten seperti sekarang. Jadi motonya dibalik masakan enak seorang ibu ada keluarga hebat dibelakangnya.

"Asal kamu tau tante belajar masak itu penuh perjuangan dan doa. Tempaannya pun berat" ucap dramatis Corina. Mengingat bagaimana dulu dia belajar memasak pada sang Gordon Ramsey KW alias mamah Ratna.

"Ehem... masih ada gue sama Tiara" suara Dea memecah mereka. "Ya ampun ko kalian anggurin Dea sama.... siapa cewek cantik ini? Ih keren deh fashionnya. Biasa belanja dimana?"

Kintari menahan sabar beginilah punya mamah yang kelewat gaul dan fashionable. "Di galery Genti".

"Oh iya tau. Tante sering belanja online shop disitu"

"Tante bisa langsung ke aku, nanti aku kasih diskon"

"Ya ampun... kamu ownernya? ih seneng banget deh. Tau gak tante seneng di online shop itu soalnya warnanya pada soft tuh. Tante seneng baju-baju soft sama pastel". Corina dan Gentiara terlibat percakapan. Menjadikan Dea, Deni dan sang anak empunya sebagai kacang rebus.

"Keliatan dari apa yang tante pakai. Lagian tante badannya mungil. Kaya masih gadis. Jadi pake baju apa juga cocok" Corina tersipu malu.

"Oh iya sebentar lagi bakal ada koleksi baru dan aku jamin tante pasti suka. Jadi jangan lupa belanja sama aku. Minta aja nomor aku sama Deni"

Kintari mendekati Corina dan membisikkan sesuatu. "Mah... makan aku laper". Seperti teman lama yang baru ketemu, Corina dan Tiara langsung akrab membicarakan berbagai macam baju. Mulai dari keluaran terdahulu sampai Tiara yang memberikan spoiler koleksi yang akan up nanti.

"Nyokap loe gaolnya gak ketulungan Kin. Disaat emak gue dirumah lagi dasteran sambil ngambil kutu adek gue. Nyokap loe ngomongin baju on line shop sama pacar temen loe yang artis. Keren banget" Kintari menghela nafas. "Dan gue terabaikan".

"Papah pulang" suara Raffa menggema diseluruh penjuru rumah membuat Corina berpamitan pada Tiara dan menghampiri suaminya yang berseragam untuk mencium pipinya kemudian bibirnya sekilas. Membuat semua seisi rumah itu terkagum bahkan iri.

"Ini Kin yang buat gue betah di rumah loe" ucap Deni berlalu melewati Kintari untuk mendekati pacarnya. Kintari hanya tersenyum mengerti dengan kedua orang tua Deni yang selalu sibuk bekerja sebagai pejabat membuatnya jarang melihat kedua orang tuanya itu.

"Disini bener-bener hangat sesuai kata kamu yang" Tiara pun mengucapkan itu dengan sarat luka. Deni tidak bisa berkata apapun kecuali memeluknya dari samping.

"Kalau dikampung emak gue nyambut bapak gue pulang bukan dicium gitu tapi gini 'sana pak cuci kaki heula. Engke imah nu karak dipel kotor' terus bapak gue cuci kaki dan emak gue nyodorin cangkir teh gede kesukaan bapak" cerita Dea dengan santai namun mampu membuat Kintari tersenyum. "Emak bapak loe juga bikin kita iri".

"Ada tamu rupanya?" Raffa dengan kelempengannya. Tapi lihat nanti dengan kelempengan Atala.

"Maaf ya suami tante beda banget sama tante. Agak-agak kaku dan mukanya keliatan galak. Tapi tenang dia baik ko makanya tante cinta" Raffa melotot pada istrinya yang ceplas-ceplos itu.

Maafkan mamah dan papah saya

"Lanjutin aja ya. Om mau ke atas dulu"

"Iya om" jawab mereka serempak.

Sebentar lagi pasti...

"Mah.. ko papah gak bisa nemuin baju tidur papah ya?"

Tuh kan

"Bentar ya"

Semua tersenyum namun beda halnya dengan Kintari. "Loe tau itu trick basi papah gue"

"Emang trick apa?"

"Trick biar ibunda tercinta ke kamar dan berduaan setelah sekian hari mereka terpisah karena dinas luar"

Tiara tersenyum. "Lucu ya mereka. Tapi wajar papah kamu kaya gitu mamah kamu masih cantik dan kaya anak muda gitu".

"Tunggu sampai loe jadi anaknya terus dia acakin lemari dan nyari yang pas buat dia pake"

Semua tertawa. Papah dan mamah Kintari memang pasangan yang mmbuat tiap pasang mata iri. Mereka masih harmonis dengan bumbu-bumbu pertengkaran manis juga tak lupa sifat mereka yang bertolak belakang. Menjadikan kisah mereka berkesan dan manis.

**

Kintari dan Tiara berbagi kamar. Memang Deniwati. Dia tidak ingin menyewa hotel. Alasannya hotel penuh dan yang kosong itu gak ada yang bagus. Katanya.

Helo ini kota gede. Mau hotel kaya apa loe?

Jelas alasan sesungguhnya. Dia tidak ingin keluar uang. Rumahnya sudah pindah ke Bali. Tiarapun sudah berpindah ke Bali. Devi disini tinggal bersama tantenya. Ibu dan bapaknya berada di Bandung. Dan malam ini dia menginao di rumah Kintari.

"Kalian udah lama temenan?" Tanya Tiara menyadarkan Kintari yang sedang bertukar pesan dengan kekasihnya.

"Kita temenan?" Tiara mengangguk. "Dari SMA. Dulu kemana-mana kita udah kaya bajaj. Dan akhirnya Deni pindah ke Bali".

Tiara mengangguk. "Gue iri liat kalian. Kalian deket banget. Ada temen buat berbagi"

"Loe bisa gabung. Cerita apa aja ke kita. Tapi ada tradisi traktirannya" Tiara berjengit kaget.

"Becanda.. nah loe harus tahan nahan kesel. Apalagi sama yang lagi dikamar mandi. Si Dea. Aduh udah dari dulu pengen lempar dia ke belahan dunia lain" Jeda... "tapi dia baik banget dan care. Percaya"

"Thanks" Tiara tersenyum. Senyum yang menyiratkan pengharapan.

"Bentar" Kintari mengangkat panggilan dari sang pacar, agak menjauh dari Tiara.

"Hai aku baru sampai" lihatlah Tara yang kaku minta ampun. Tanpa basa basi langsung ke inti.

"Di bandara?"

"No.." jawabnya singkat.

Kintari bingung. "Rumah?"

"No.."

Lama-lama gue tutup teleponnya nih main tebak-tebakkan terus kaya gini. Dipikir TTS berhadiah yang sampulnya gambar cewek seksi apa?.

"Terus?"

"Rumah kamu. Keluar sebentar aku gak enak sama mamah papah kamu" Kintari awalnya kesal tapi karena sebaris kalimat itu wajahnya berubah menjadi berseri-seri. "Cepet aku tunggu" klik sambungan terputus.

"Gue ke bawah dulu ya Tiara"

"Oke" Tiara cukup pintar atau memang Kintari terlalu kentara memperlihatkan sikapnya sehingga Tiara tau siapa yang akan ditemui Kintari. Menepuk-nepukkan bedaknya pelan dan memakai lispticknya samar-sama. Lalu mengecek pakaiannya dan berjalan dengan semangat. Tiara bergumam "pasti ketemu pacarnya".

"Mana Kintari?" Tanya Dea yang baru mandi.

"Dia turun ada pacarnya kayanya"

Dea langsung berlari dan menghampiri Tiara yang berada diatas ranjang membuat Tiara agak sedikit terkejut. "Kamu mau liat FTV secara live?" Tiara mengangguk ragu.

"Ayo.." Dea tanpa bak bik buk menarik tangan Tiara lalu membawanya ke lantai bawah dengan langkah terseok-seok.

**

Cakep banget sih. Aduh itu dada bidangnya keliatan nerawang di bawah lampu.

Ya ampun Kintari di bawah lampu temaram aja pikiran loe. STOP!

"Kamu langsung ke sini?" Tanya Kintari melihat kekasihnya itu masih berseragam.

Dengan tenang Tara menjawab. "I miss you and... aku mau kasih sesuatu" Tara sang pria tampan yang kini menatap kekasihnya dengan meludah salivanya kasar. Kintari sang pacar memakai dress hitam setali diatas lutut. Rambut panjang yang biasanya digerai, digulungnya hingga memperlihatkan leher jenjang putihnya. DAMN!

Tara mengeluarkan sesuatu dari dalam kopernya. "Sebenernya aku malu harus nenteng-nenteng ini jadi aku masukin koper".

Kintari berbinar melihat boneka Kuda Poni yang dibawa kekasihnya itu."Ko gemesin sih?".

"Aku harap boneka yang selalu kamu bawa kemana mana itu bisa pensiun dan diganti sama dia"

"Kalau dia aku belum sanggup lepas. Nanti kayanya pas aku nikah baru aku lepas. Kan nanti ada dada bidang yang bisa aku peluk pas tidur"

"Aku cocok jadi pengganti dia?"

Dengan nada genit. "Kita liat nanti aja ya". Oh Tara harus benar berendam air dingin sepulang dari sini.

"Kamu malem-malem masih pake seragam terus kesini buat ngasihin ini aja?" Tara mengangguk ragu. Sementara hati Kintari menghangat.

"Rame kan FTVnya?" Bisik Dea di sudut lain.

Kelamaan jomblo kayanya Dea

"Ayo ah nanti ketauan malu".

"Gak akan Tiara. Aduh diajakin ngintip aja borangan"

Borangan = penakut.

"De keluar aja" teriak Kintari yang sudah sangat mengenal luar dalam sahabatnya itu.

"Tuh kan apa gue bilang"

"Ketauan ngintip aja ko Tiara. Gak usah lebay. Kita bukan ketauan ngintip laki orang lagi mandi"

Sableng, sarap, ampun DJ... segala sumpah serapah keluar dari mulut Tiara.

**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel