3. Tergoda
"Panggilkan saja dokter, dan jangan biarkan dia sampai mati terlebih dahulu, aku belum membalaskan dendam Aurel kepadanya," ucap Jefri.
"Baik Tuan," jawab Jose.
Tak lama kemudian seorang dokter masuk dan membawa peralatanya di ikuti oleh suster di belakangnya yang menggunakan pakaian ketat dengan memamerkan bagian dadanya yang menyumbul keluar.
Jefri yang melihat hal itu langsung berteriak, "Keluar!"
"Ta-tapi, Tuan-"
"Aku bilang keluar! atau kalian ingin aku membuat kalian tidak bisa masuk ke negara ini lagi?!" ucap Jefri dengan wajahnya yang merah padam.
Tanpan mengatakan apa pun dokter dan suster itu keluar, karena taku mereka tidak bisa tinggal di negara ini.
"Jose, panggilkan Zaiil untuk merawat Aurel!" ucap Jefri tanpa melepaskan pandangannya dari Aurel
Jose tidak menjawabnya, ia masih terpana melihat tubuh suster itu yang sangat montok.
Jefri yang tidak mendengar jawaban Jose pun, berteriak, "Jose!!!"
"Iya-iya Tuan, ada apa," ucap Jose gagap.
"Panggil Zail untuk kembali, tugaskan dia untuk merawat Aurel, apa kau dengar itu?!"
"Iya, iya Tuan," Jose segera berlari keluar dari ruangan Aurel.
*
*
*
Sedangkan di mansion Jefri, Caroline sedang terbaring lemah di dala"Panggilkan dokter saja, dan jangan biarkan dia mati terlebih dahulu, aku belum memberinya hukuman," ucap Jefri dengan suara tegasnya.
"Baik, Tuan," ucapnya dan menelepon anak buahnya, melaksanakan perintah Jefri.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat perhatian Jefri dan Jose teralih melihat ke arah pintu.
"Maaf mengganggu, Tuan, saya ingin melakukan pengecekan," ucap dokter pria yang sudah berumur dan diikuti oleh seorang suster di belakangnya yang menggunakan baju dengan memperlihatkan belahan dadanya dengan sangat jelas dan juga rok tipisnya.
"Keluar!!" teriak Jefri mengagetkan dokter itu dan juga susternya.
"Tapi Tuan-"
"Aku bilang keluar!!" teriak Jefri sekali lagi.
"Jika kalian tidak segera keluar dari sini aku pastikan kalian akan di pecat," ucap Jefri.
Dokter dan suster tersebut segera berlari keluar dari ruangan itu. "Jose, segera panggil Zail untuk segera kembali dan tugaskan dia untuk merawat Aurel," ucap Jefri tanpa mengalihkanm kamar bawah tanah, kamar yang sangat lembab dan tidak ada ventilasi.
Dokter yang memeriksa Caroline menelan salivanya melihat tubuh Caroline yang sangat bohay aduhay.
Semua kaum hawa yang melihat tubuh Caroline pasti bernafsu, bagaimana tidak tubuh yang seperti gitar spanyol dengan bagian dada yang ukurannya melebihi rata-rata dan juga bokongnya yang montok, membuat siapa saja yang memandangnya pasti bernafsu.
"Jangan biarkan lukanya terkena air terlebih dahulu, dan biarkan dia beristirahat untuk memulihkan lukanya," ucap sang dokter kepada salah satu anak buah Jefri yang ditugaskan untuk menjaga Caroline.
Anak buah Jefri hanya menganggukan kepalanya. Dan menerima resep yang diberikan oleh dokter.
'wanita cantik yang malang, padahal tubuhnya sangat bagus, tapi sayangnya dia adalah tawanan tuan Jefri, jika dia bukan tawanan tuan Jefri mungkin aku sudah menerkamnya,' Batin dokter tersebut dengan pikiran mesumnya.
Tiga Minggu sudah berlalu dan hari hari itu sangat Caroline gunakan sebaik mungkin untuk menyembuhkan kembali luka yang ada di tubuhnya. Dan selama tiga Minggu pula Jefri melakukan perjalanan bisnis keluar kota sehingga Caroline bisa lebih tenang. Dan hari ini Jefri sudah kembali ke mansionnya.
"Untung saja, si preman itu pergi keluar kota, aku jadi bisa memulihkan tubuhku dengan cepat, tapi ngomong-ngomong dokter itu menggunakan obat apa, ya? Kenapa aku sembuh dengan cepat apa lagi tidak ada bekas luka, benar-benar dokter ajaib. Biasanya aku jika terkena cambuk bibi memerlukan waktu dua sampai tiga bulan untuk sembuh," gumam caroline.
Dulu saat Carolina masih tinggal bersama paman dan bibinya, Caroline selalu mendapat cambukan di tubuhnya dari bibinya. Entah apa kesalahannya jika suasana hati bibinya tidak bagus maka Carolin akan menjadi tempat pelampiasannya.
Maka dari itu Caroline tidak memperlihatkan ekspresi sakit saat Caroline mendapatkan banyak luka cambuk dari Jefri. Itu karena Caroline sudah terbiasa akan luka itu, dan sekitar satu sampai tiga bulan maka luka itu akan sembuh dan juga bekasnya menghilang, karena Carolin selalu mengoleskan luka cambuknya dengan lidah buaya, untuk menghilangkan bekas luka.
Baru saja Caroline membuka pintu kamarnya yang terasa sedikit basah, Caroline sudah dilemparkan beberapa helai baju ke wajahnya.
"Ganti pakaianmu dengan itu, dan segera ke ruangan Tuan," ucap anak buah Jefri, dan pergi begitu saja tanpa mengatakan sesuatu.
"Huh, tidak tuannya, tidak anak buahnya semuanya sama saja, sama-sama kulkas," gumam Caroline.
Caroline ingin masuk ke dalam kamar mandi tetapi ia mengurungkan niatnya. "Ganti di sini sajalah, lagi pula tidak ada orang," gumam Caroline.
*
*
*
Sedangkan di sisi lain Jefri sedang memantau Caroline dari laptopnya yang terhubung dengan CCTV yang ada di kamar Caroline.
Dan saat Caroline membuka baju hal itu terlihat dengan jelas oleh Jefri. "Apa yang dia lakukan? Apakah dia tidak pernah menggunakan kamar mandi untuk mengganti baju kenapa malah di kamar, sial!" umpat Jefri merasa kesal dan merasakan juniornya mulai bangkit. Saat melihat body Caroline yang sangat bohay.
Brak
Jefri langsung menutup laptopnya itu, ia masih terbayang bayang dengan bokong Carolin yang besar. Jefri segera berlari masuk ke dalam kamar mandi untuk menyelesaikan tugas negaranya.
Caroline keluar dengan menggunakan pakaian pembantu sama seperti yang digunakan maid di mansion Jefri.
*
*
*
Saat Caroline masuk ke dalam ruangan Jefri, Caroline tidak melihat keberadaan Jefri, Caroline memilih untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Empuk," gumam Caroline merasakan sofa yang ada di ruangan Jefri.
Karena empuk Caroline merebahkan tubuhnya di sofa panjang itu. Semakin lama, mata Caroline semakin berat sampai akhirnya Caroline tertidur di sofa tersebut.
Clek
Jefri keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya.
Badan kotak-kotak otot kekar terlihat sangat bagus di badannya, air rambut yang menetes-netes jatuh ke tubuhnya, Membuatnya terlihat gagah.
Jefri melihat ke arah sofa dan melihat Caroline yang tidur terlelap di sofa itu. Jefri berjalan mendekat ke arah Caroline.
Sesaat Jefri terpesona akan kecantikan wajah Carolin, bulu matanya yang lentik, kulit putih bersih, mata sayu, pipinya yang terlihat sedikit berisi dan juga poni yang panjangnya se-alis membuatnya terlihat lucu bagaikan boneka Barbie.
"Imut," gumam Jefri.
Tapi beberapa saat kemudian Jefri tersadar dari lamunannya. "Apa yang aku pikirkan?"
Jefri langsung menarik kaki Caroline dengan satu tangannya dan membuat Caroline merosot dan bokongnya mencium lantai. Dan membuat rok yang Caroline pakai tersingkap ke atas memperlihatkan segitiga yang menutupi asetnya.
"Auuuwww …." Ringis Caroline
Jefri yang melihat itu mulai merasakan juniornya mulai mengeras, wajahnya mulai merah padam. Caroline langsung menurunkan roknya, mukanya mulai memerah karena merasa malu.
"Tuan, ada apa memanggil saya?" tanya Caroline. Tetapi Jefri tidak menjawab pertanyaan Carolin, Jefri berlari menuju kamar mandi dengan sangat cepat dan menutup pintu kamar mandi dengan keras.
Caroline yang melihat Jefri berlari dengan sangat terburu-buru ke dalam kamar mandi menaikan salah satu alisnya.
"Ada apa dengannya kenapa dia berlari seperti itu?" gumam Saulya bertanya-tanya.
*
*
*
Sedangkan di dalam kamar mandi, Jefri sedang berpikir dengan sangat keras.
'apa yang terjadi padaku? Kenapa aku bisa sangat mudah bergairah melihat wanita itu? Biasanya aku selalu keluar kota juga sering melihat hal seperti itu. Apa jangan-jangan dia menggunakan ilmu hitam?' Jefri mulai berfikir buruk tentang Caroline.
"aku akan memberinya pelajaran," gumam Jefri.
