Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 4 Pendekar Pedang Dharma

Kediaman pendekar Chin Wei

“Ternyata prajurit kelompok Fong Gei itu memang hebat, bahkan aku harus menggunakan tahap kedua tapak Maha Karma untuk menghadapimu” Chin Wei mengatupkan tinju ke tapaknya tanda penghormatan. Tentu saja prajurit perempuan itu mengetahui Chin Wei hanya mengujinya.

“Terimakasih telah berbelas kasih tuan besar Chin” prajurit wanita itu membalas dengan mengatupkan tinju ke tapak membalas penghormatan dari Chin Wei.

“Siapa namamu? Berapa usiamu? Ilmu pedang dan tenaga dalammu hebat sekali”

“Nama saya Huang Pai, umur saya 15 tahun” prajurit itu berkata dengan nada datar, Chin Wei sedikit terbelalak mendengarnya.

“Anak berusia 15 tahun mampu memaksaku menggunakan tahap kedua tapak Maha Karma tenaga setengah, luar biasa, kamu sangat berbakat”

“Terimakasih tuan! Saya mohon pamit tuan!”

“Baiklah! Saya antar ke gerbang!” Chin Wei berjalan berdampingan dengan Huang Pai.

“Siapa gurumu? Dari aliran apa ilmu tenaga dalam dan pedangmu?”

“Saya sempat belajar ilmu tenaga dalam pedang Dharma dari biksu Wei Zong”

“Pantas aku merasa aneh dengan tenaga dalammu yang mampu menghadapi tenaga dalam Maha Karma, ternyata kamu berasal dari aliran Dharma, biksu Wei Zong, salah satu pendekar terkuat dataran tengah hahaha, ternyata punya murid seorang perempuan hahaha”

“Saya tidak belajar penuh dengannya tuan, saya hanya belajar sedikit saja, saya berbeda pandangan dengan guru saya”

“Berbeda dalam hal apa?” ujar Chin Wei serius. Huang Pai menarik nafas panjang.

“Saya orang yang percaya untuk mencapai tahap tertinggi dalam ilmu pedang maka saya harus bertarung dengan semua ahli pedang dan mengalahkan mereka dengan membunuh mereka, semakin banyak bertarung maka kemampuan ilmu pedang saya akan berkembang, guru saya tidak setuju aliran tenaga dalam pedang Dharma digunakan untuk tujuan itu, saya orang yang tidak percaya dengan prinsip membela kebenaran, saya hanya peduli dengan perkembangan ilmu saya, itulah saya cocok menjadi pembunuh dalam kelompok Fong Gei, kaisar dinasti Zhou membutuhkan orang-orang seperti saya, dalam petualangan saya di Jiang Hu, saya telah mengalahkan 100 ahli pedang dan membunuh mereka tanpa ampun” Huang Pai menjelaskan dengan panjang lebar. Chin Wei untuk sesaat merasa ngeri dengan prinsip gadis itu. Dia seperti mendengar seseorang yang telah menemukan ilmu tenaga dalam Dharma aliran hitam yang seharusnya tak pernah ada.

“Pantas biksu Wei Zhong berseberangan denganmu, dalam ilmu tenaga dalam pedang Dharma tidak boleh ada aliran hitam, namun apa yang kamu sampaikan ada benarnya, terbukti ilmu pedang dan tenaga dalamnya mampu menghadapi pendekar terkuat di dataran tengah, usiamu baru 15 tahun tetapi kamu sudah sehebat ini, kamu benar-benar mengerikan saudara Pai! Hahahaha!” Chin Wei kembali mengatupkan tinju ke telapak tangannya memberi hormat.

Selama ini dia tidak pernah terlalu mengagumi pendekar manapun dari dunia persilatan, apalagi dia memang tidak ikut campur dengan urusan dan masalah Jiang Hu, dia lebih banyak berperang menghadapi invasi suku-suku barbar, namun kali ini dia merasa mengagumi seorang gadis remaja yang mampu memaksanya menggunakan tahap kedua ilmu tapak Maha Karma.

“Kalau saudara Pai tidak keberatan kapan-kapan kita minum-minum hahaha, bagaimana?”

“Terima kasih tuan besar Chin, saya pasti akan memenuhi undangan anda”

“Ehhh jangan panggil aku tuan besar Chin, panggil aku kakak Chin saja, jujur aku ingin mengangkat saudara denganmu, belum pernah aku mengagumi pendekar manapun dari Jiang Hu, tetapi kali ini aku harus mengakui bahwa aku kagum padamu, di usia semuda ini ilmu pedang dan tenaga dalammu begitu luar biasa”

“Suatu kehormatan bagiku jika pendekar besar Chin Wei mau mengangkat aku sebagai saudara”

“Bagaimana kalau kita resmikan saja? Putraku dan anggota keluarga Chin akan menjadi saksi persaudaraan kita” Chin Wei bertanya, wajahnya sumringah.

“Baik kakak Chin!” Huang Pai memberi hormat. Mereka berdua kembali ke dalam rumah kediaman Chin Wei. Mereka memasuki ruang altar leluhur. Chin Fei yang heran menyaksikan hal itu menghentikan latihannya dan mengikuti ayahnya demikian juga dengan Xiao Bun yang juga merasa heran melihat baru kali ini Chin Wei menaruh kepercayaan dan kekaguman kepada seorang pendekar yang baru dia kenal.

Chin Wei dan Huang Pai berlutut di depan altar leluhur dan mengucapkan sumpah mengangkat saudara.

“Kami Chin Wei dan Huang Pai bersumpah mengangkat saudara, para leluhur, langit dan bumi menjadi saksi!” mereka berdua mengucapkan sumpah itu bersamaan kemudian mereka bersujud tiga kali di hadapan altar.

“Chin Fei, dengarkan, mulai sekarang pendekar Huang Pai adalah bibimu, kamu harus memanggilnya bibi pertama”

“Aku Chin Fei memberi hormat kepada bibi pertama” Chin Fei membungkukkan badan kepada Huang Pai. Beberapa saat kemudian Huang Pai pamit kembali ke istana kaisar. Xiao Bun dan Chin Fei mendekati Chin Wei.

“Tuan besar, apa tuan yakin dengan keputusan tuan, dia seorang anggota kelompok Fong Gei”

“Justru karena dia anggota kelompok Fong Gei maka aku mengangkat saudara dengannya hahahha, disamping itu aku memang mengagumi bakat dan kehebatan ilmu pedangnya, di usia yang baru lima belas tahun dia telah sehebat itu. Kita membutuhkan orang-orang hebat dalam istana berpihak kepada kita, Huang Pai adalah orang Jiang Hu yang juga berada di bawah kekaisaran, dia akan banyak berguna bagi keluarga kita, walaupun sebenarnya aku tulus mengangkat saudara dengannya” kata Chin Wei dengan tersenyum. Chin Wei pada dasarnya lebih mengkhawatirkan masalah kerajaan Zhou dan ancaman invasi suku barbar dari pada permasalahan dunia persilatan.

***

Markas Sekte Wei Zhen.

Terlihat ketua sekte Wei Zhen, Lee Ching Kun sedang duduk minum teh ditemani oleh beberapa muridnya.

“Sifu, ulang tahun pemimpin dunia persilatan Zhao Long akan diadakan akhir bulan ini, bagaimana pendapat Sifu?” ujar Tan Lang, seorang murid senior sekte Wei Zhen.

“Dunia persilatan cukup aman selama kepemimpinan Zhao Long, tetapi sepertinya tidak akan lama” ujar Lee Ching Kun.

“Maksud Sifu?”

“Keluarga Qin masih menaruh dendam kepada keluarga Zhao, kematian Qin Zhu belum terbalaskan, keluarga Qin merasa terhina sekali, Zhao Long bukan hanya membunuh Qin Zhu tetapi juga menikahi Qin Lan, kamu kira keluarga Qin akan diam saja, anehnya mereka diam begitu lama, Qin Tuo, pemimpin keluarga Qin juga menghilang entah kemana, ada rumor yang mengatakan dia tengah mendalami ilmu tapak Maha Karma tahap ketiga untuk mengalahkan Zhao Long” ujar Lee Chin Zong sambil menyeruput tehnya.

“Tahap ketiga ilmu tapak Maha Karma??” wajah Tan Lang berkerut, dia tidak paham, karena pendekar nomor satu dunia persilatan Zhao Long hanya menguasai hingga tahap kedua.

“Iya itu hanya rumor yang beredar, sepanjang sejarah ilmu tapak dan tenaga dalam tak ada orang yang menguasai hingga tahap ketiga, sehingga banyak orang yang menganggap, tahap ketiga itu hanya mitos.

“Apa sifu punya rencana menantang posisi Zhao Long?” Tan Lang bertanya dengan antusias.

“Untuk menantang posisi Zhao Long sebagai dewa tengah maka pendekar besar empat penjuru juga harus ikut dalam pertarungan memperebutkan posisi nomor satu.

“Apa sifu sebagai pendekar besar Cakar Naga dari Barat tidak bisa menantang langsung Zhao Long begitu saja?”

“Hmm tidak bisa, aturan dunia persilatan tidak membenarkan duel satu lawan satu tanpa diikuti oleh keempat pendekar besar lainnya dalam perebutan posisi pemimpin Jiang Hu, kecuali pertarungan itu atas nama dendam, bukan posisi pemimpin” ujar Lee Ching Kun.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel