Pustaka
Bahasa Indonesia

Tapak Maha Karma Taklukkan Tiga dunia

194.0K · Ongoing
Novra Hadi
185
Bab
11.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Zhao Yin terlahir sebagai wanita, anak yang tidak diharapkan oleh pasangan pendekar besar Zhao Long dan Qin Lan, pemimpin sekte Puncak Terang. Kedua orang tuanya lebih menginginkan anak lelaki untuk mewarisi ilmu tapak Maha Karma, ilmu kungfu dan tenaga dalam terhebat di seluruh dataran tengah, konon tak ada wanita yang sanggup menguasainya karena tapak maha karma menggunakan tenaga dalam tipe Yang, tenaga dalam aliran keras dan memicu tekanan mental ekstrim bagi penggunanya. Bahkan ayahnya sendiri, pendekar besar Zhao Long hanya sanggup menguasai hingga tingkat kedua, dengan tingkat kedua saja dia telah menjadi pendekar nomor satu di dataran tengah. Jadi mana mungkin seorang perempuan seperti Zhao Yin mampu? Itu lah mengapa Zhao Long tidak mengajarkan ilmu tapak maha karma kepada putrinya itu, dan lebih memilih mewariskan ilmunya kepada Zhao Hu, putra bungsunya. Namun siapa yang menyangka, Zhao Yin bukanlah tipe gadis penurut, secara diam-diam dia memperhatikan latihan tenaga dalam ayah dan adiknya, dan mulai memahami dasar-dasar tapak Maha Karma. Keluarga Zhao bukanlah satu-satunya pewaris tapak Maha Karma, masih ada keluarga Chin yang juga menguasai ilmu tersebut, namun memilih untuk tidak mendirikan sekte, serta keluarga Qin yang menaruh dendam kepada keluarga Zhao, karena Zhao Long tak sengaja membunuh Qin Zhu dan membawa kabur Qin Lan, kemudian menikahinya tanpa restu. Putra keluarga Chin, Chin Fei berhasil menguasai tapak maha Karma hingga tingkat kedua di usia 20 tahun. Berbeda dari ayahnya, Chin Fei adalah pendekar yang berambisi untuk menguasai dunia persilatan dan merebut gelar pendekar nomor satu dataran tengah dari paman gurunya Zhao Long. Walaupun ambisius, Chin Fei adalah pendekar yang memiliki sifat kesatria dan terhormat. Dia ingin mengalahkan Zhao Long dan Zhao Hu dalam duel yang adil.

RevengeZaman Kunoactionpembunuhankultivasimiliterwuxiapendekarpetarung

Chapter 1 Anak yang tidak diinginkan

Tiongkok Kuno, Periode Musim Semi dan Musim Gugur

Qin Lan, istri ketua sekte Puncak Terang sedang dalam proses melahirkan anak pertamanya. Zhao Long, pendekar besar penguasa dunia persilatan terlihat duduk di kursi dengan mimik wajah cemas. Dibalik postur tubuhnya yang kekar dan wajahnya yang berwibawa, tetap saja dia tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Beberapa saat kemudian terdengar suara tangisan bayi. Zhao Long bergegas menuju kamar persalinan, pintu kamar terbuka, seorang tabib terlihat keluar dengan wajah sumringah.

“Selamat ketua, anda telah memiliki seorang anak” tabib itu berkata dengan penuh rasa bahagia.

“Apakah putraku sehat dan terlihat kuat? Bagaimana kondisi ibunya?” Zhao Long bertanya. Wajahnya tak kalah sumringah. Tetapi tabib itu terlihat bingung, dia terdiam sejenak.

“Maaf ketua, putri anda terlihat sehat dan ibunya dalam kondisi baik”

“Putri katamu!!!!” Zhao Long terlihat murka.

“Iya….. tuan….”

“Bedebah!!!” Zhao Long melayangkan tapaknya menghantam gentong besi yang berukuran cukup besar. Udara berdengung dan bergetar karena aliran tenaga dalam Maha Karma, sesaat kemudian terdengar bunyi ledakan akibat tabrakan tanaga dalam dengan gentong besi, percikan api terlihat mewarnai gentong yang penyok dan terbang ke udara menghantam dinding depan rumah besar itu. Dinding itu pun rubuh karena dahsyatnya tubrukan tenaga dalam Zhao Long dengan gentong besi. Akhirnya gentong itu jatuh tak berbentuk lagi di luar. Para murid sekte Puncak Terang berlarian menyaksikan kemarahan guru mereka.

“Guru!!”

“Kalian perbaiki dinding yang rubuh itu!” Zhao Long memberikan instruksi dengan dingin. Para murid tak ada yang berani membantah. Zhao Long kemudian meninggalkan tempat itu dan memasuki ruang meditasi dan latihan tenaga dalam. Tanpa peduli lagi dengan istri dan anaknya. Baginya anak perempuan tidak layak untuk diharapkan menjadi penerus.

“Perempuan, hanya akan menjadi istri orang, melahirkan anak, ga layak untuk mewarisi ilmu tenaga dalam Maha Karma” ujar Zhao Long sambil berdiri menghimpun tenaga dalam. Perut dan dadanya terasa panas, tekanan tenaga dalam Maha Karma seperti akan meledak menunggu untuk dilontarkan.

***

15 tahun kemudian. Sekte Puncak Terang.

Terlihat seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun tengah melatih ilmu pukulan tapak ke sebuah batu besar. Tangannya telah bengkak kemerahan dengan kulit yang pecah-pecah.

“A Hu, minum dulu, kakak bawain teh” seorang gadis cantik tinggi berambut panjang terlihat berjalan membawa nampan berisi teh dan cangkir keramik.

“Kakak Yin, aku belum haus, aku belum menguasai ilmu tapak besi, bagaimana mungkin ayah mau menurunkan ilmu tapak maha Karma kepadaku, aku harus berlatih dan berlatih”

“Kamu ini, kalau kamu sakit nanti kakak yang khawatir” ujar Zhao Yin mendekati adik lelakinya, gadis berusia 15 tahun itu kemudian melap keringat bercucuran di kening Zhao Yu.

“Ini minum dulu, istirahat dulu, nanti lanjutin latihannya”

“Iya kak, aku memang tidak akan pernah menang melawan kakak hehe” ujar Zhao Hu menurut.

“Ya kamu memang harus nurut sama kakak”

“Iya iya tuan putri hahaha” Zhao Hu tertawa melihat ekspresi Zhao Yin yang selalu terlihat lucu. Zhao Hu dekat dengan kakaknya karena rasa kasihan. Ayah mereka Zhao Long sama sekali tidak menyayangi Zhao Yin, itulah mengapa Zhao Hu merasa Zhao Yin diperlakukan tidak adil di keluarga. Tidak ada ilmu tapak yang diturunkan kepada Zhao Yin, bahkan ilmu pedang pun tidak. Zhao Yin benar-benar dipinggirkan. Seolah-olah Zhao Long menganggap putri sulungnya itu bukan anak kandungnya.

“Kakak A Yin, seumur hidup aku akan selalu memperlakukan kakak dengan baik, ini janjiku sebagai seorang laki-laki dan pendekar”

“Kamu jangan mengasihani kakak terus, kakak tidak selemah itu A Hu”

“Aku selalu bertanya-tanya kenapa ayah tidak menurunkan ilmu apapun kepada kakak”

“Ah sudahlah, tak ada gunanya juga dipikirkan, kamu fokus latihan saja, nanti malam kakak mau bantu ibu masak, kamu mau makan apa?”

“Hmmm bebek bakar madu kak”

“Iya deh, kakak pergi dulu ya”

“Iya kak”

Zhao Yin melangkah pergi. Walaupun dia terlihat kuat tetapi dalam hatinya perih. Orang tuanya pilih kasih, tentu dia terluka, tetapi Zhao Yin sudah cukup berlapang dada dengan tidak menyalahkan adiknya.

“Tidak ada yang salah, mungkin aku yang salah telah terlahir ke dunia”

Zhao Yin melangkah kurang fokus, pikirannya melantur kemana-mana, dia tersadar kalau dia telah tersesat di hutan.

“Bukannya kembali ke rumah kenapa aku nyasar begini. Tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara puisi yang bergema dari kejauhan.

“Biarlah para arhat tertawa

Biarlah para dewa berduka

Biarlah derita menjadi fana

Pewaris maha karma tak bergeming

Menjadi ternama di dunia”

“Puisi apa ini?? Sepertinya dituturkan dari jarak yang sangat jauh, tetapi ilmu tenaga dalam orang ini hebat hingga bisa menggema sejauh ini” ungkap Zhao Yin dalam hening. Dia penasaran dengan suara itu dan mulai menelusuri arah suara.

“Bukan hanya suaranya yang menggema, tetapi udara juga bergetar, tenaga dalam yang sangat dahsyat!!” Zhao Yin bermonolog dalam diam. Walaupun tak mengerti ilmu tenaga dalam namun Zhao Yin dari kecil kerap kali merasakan aliran tenaga dalam ayahnya saat berlatih. Zhao Yin menyadari dirinya memiliki kepekaan terhadap tenaga dalam, itulah mengapa dia bisa merasakan getaran tubrukan tenaga dalam di udara yang belum tentu bisa dirasakan orang lain.

Penasaran dengan suara bertenaga dalam hebat itu, Zhao Yin terus melangkah dan melangkah, tanpa sadar dia telah pergi begitu jauh dari lereng gunung hingga menemukan sebuah gua yang telah ditutupi begitu banyak akar tumbuhan.

“Suaranya berasal dari sini ya? Getaran tenaga dalamnya begitu kuat, tubuhku seperti terasa diseret ombak! Aneh sekali!” Zhao Yin akhirnya memberanikan dirinya memasuki gua misterius itu. Kembali terdengar bait syair bertenaga dalam dahsyat.

Seribu Arhat menjalani Samsara

Duka nestapa menjadi fana!

Maha Karma tiada tara!!

Setelah berada di dalam gua terlihat seorang laki-laki paruh baya duduk bersila, kedua telapak tangannya terbuka. Udara berdengung dan bergetar, Zhao Yin merasa langkahnya begitu berat, hingga dia jatuh dalam keadaan berlutut.

“Bukan hanya tenaga dalamnya yang hebat, tetapi hawa pembunuhnya begitu kuat!! Seperti ada dendam membara di hati orang ini!!” ujar Zhao Yin dalam hatinya sambil mencoba berdiri dalam keadaan sempoyongan. Dia hampir tak kuasa menahan getaran dan aliran tenaga dalam orang di hadapannya.

“Gadis kecil, kenapa kamu mengganggu latihanku!” pria paruh baya dengan rambut putih itu akhirnya bersuara.

“Maaf paman, aku hanya tertarik mendengar puisi-puisi yang paman lantunkan barusan”

“Puisi apa?” pria paruh baya itu terlihat heran.

“Biarlah para arhat tertawa, biarlah para dewa berduka, pewaris maha karma tak bergeming, menjadi ternama di dunia” Zhao Yin mengulang bait syair yang dia dengar. Pria tua itu terlihat kaget bukan main.