Bab 5 Rencana kejam
“Apa kamu pikir kamu sudah menang?” tanya Sutangji pada Dania.
“Jadi apakah Jenderal Agung berharap aku kalah? Jika sampai aku tidak berhasil bukannya Jenderal Agung juga akan terkena imbasnya?”
Pertanyaan Dania menyudutkan Sutangji. Sutangji sangat kesal karena perkataan Dania barusan.
Beberapa waktu kemudian, pelayan dari dalam ruangan keluar untuk memberikan kabar pada mereka.
“Jenderal, Tabib, Permaisuri sudah siuman!”
Dania segera berdiri dari tempat duduknya, Sutangji juga bergegas masuk ke dalam. Dania melihat Raja Yu, pria itu sangat bersyukur istrinya telah sadar sekarang.
“Nona tabib, Permaisuriku sudah sadar sekarang, dia ingin berbicara denganmu!”
“Kemarilah!” perintahnya.
Dania segera mendekat lalu memberikan hormat padanya.
“Bagaimana kamu bisa tahu bahwa aku keracunan?” tanya Permaisuri.
“Bibir dan ujung kuku Yang-mulia menghitam, ini adalah tanda-tanda racun, saya juga melihat permukaan lidah Yang-mulia, racun ini hanya sedikit yang keluar dan karena itu kondisi Permaisuri masih lemah seperti sekarang,” tutur Dania dengan hormat.
“Jadi, apakah kamu tahu cara mengeluarkan semua racun di tubuhku?” tanyanya.
“Saya akan menuliskan resep, ramuan ini harus direbus dan diminum sebanyak tiga kali sehari. Selama satu bulan, racun akan keluar secara alami.” Tuturnya.
Raja Yu memerintahkan kasim untuk mengambilkan kertas dan tinta lalu diserahkan pada Dania.
Dania segera menuliskan resep obat tersebut lalu memberikannya pada Raja Yu.
“Tabib Wangsu! Kamu racik obat ini!” perintahnya.
“Baik Yang-mulia!” dia menerima catatan dari Raja Yu lalu segera pergi ke dapur istana untuk meracik dan merebus ramuan, dia melirik Dania sekilas dan merasa ada yang tidak beres dengan wanita itu.
Tabib lainnya yang juga berada di sana untuk melakukan perawatan pada Permaisuri terlihat gugup dan pucat karena cemas akan diberikan hukuman.
Dania tahu tabib yang tadi diberikan perintah adalah tabib yang meracik obat, sementara dupa itu Dania tidak tahu siapa yang sudah meresepkannya.
“Tugas saya sudah selesai, apakah saya boleh pulang?” Tanya Dania pada Raja Yu.
Permaisuri mengukir senyum melihat gadis muda berbaju lusuh itu ternyata memiliki keahlian hebat. Dia ingin menempatkannya di sisinya untuk menjadi tabib pribadinya.
“Siapa namamu?” tanya Permaisuri pada Dania.
“Nama saya Waning,” jawabnya dengan hormat.
“Nak, berapa usiamu sekarang, kamu masih sangat muda tapi memiliki keahlian dalam ilmu pengobatan,”
“Delapan belas tahun, Yang-mulia!”
“Aku dengar kamu juga memberikan pengobatan pada Jenderal Su, dan karena keahlianmu itu Jenderal Su membawamu kemari, apakah benar?”
Dania melirik ke arah Sutangji di sampingnya, pria itu malah membuang muka ke arah lain dan tidak peduli padanya.
“Ya, benar, kebetulan saya sedang mencari tanaman obat dan menemukan Jenderal Agung dalam keadaan terluka.” Dania mengatakan apa adanya.
“Sebenarnya aku ingin kamu merawatku sebagai tabib pribadi, tidak tahu apakah kamu bersedia?”
Dania langsung membungkuk hormat, Dania tahu masalah racun di tubuh Permaisuri pasti bukan perkara sederhana, dia tidak ingin ikut campur dalam kerumitan di Istana jadi dia menggelengkan kepalanya.
“Ampun, Yang-mulia, saya masih harus belajar banyak tentang ilmu pengobatan, semua keahlian yang saya dapatkan saat ini masih terlalu dangkal dan saya tidak berani menerima tawaran Yang-mulia sekarang. Mungkin suatu hari jika masih ada kesempatan, saya bersedia menerimanya!” jawabnya dengan sopan.
Dania merasa jika dia langsung menolaknya dan tidak memberikan alasan apa pun maka dia akan dianggap tidak hormat pada Permaisuri lalu menerima hukuman berat.
“Baiklah, aku tidak akan memaksamu, tapi sering-seringlah berkunjung ke sini untuk menemuiku, aku ingin kamu datang,” ujarnya pada Dania.
“Baik, Yang-mulia!”
Dania dan Sutangji segera undur diri, mereka berdua keluar dari dalam ruangan Permaisuri. Di halaman luar dia berpapasan dengan seorang wanita berbaju mewah, dia tahu wanita itu pasti bukan wanita biasa.
Sutangji memberikan jalan dan juga hormat padanya. Dania di sampingnya juga segera memberikan hormat ketika wanita itu berlalu di dekatnya. Dania melihat mereka menuju ke kediaman Permaisuri dengan tergesa-gesa.
Saat wanita bergaun mewah itu melintas di sampingnya secara tidak sengaja Dania mencium aroma dupa yang unik, dari racikannya pasti bukan diracik oleh orang di Ibu Kota Selatan. Wewangian yang dihirupnya barusan itu jelas-jelas dikirim dari luar Ibu Kota. Dan harganya pasti sangat mahal sekali.
***
Di dalam kediaman Permaisuri.
“Tabib Ye, bagaimana tentang dupa racikanmu ini? Apa kamu memiliki pendapat?” tanya Raja Yu padanya.
Yehan langsung menjatuhkan kedua lututnya di lantai dan meminta ampun pada Raja Yu.
“Ampun, Yang-mulia! Saya sama sekali tidak memiliki niat untuk mencelakai Yang-mulia Permaisuri!”
“Jadi? Apa penjelasanmu tentang dupa ini?”
“Saya-saya, hanya-” Yehan belum menyelesaikan perkataannya.
Selir Zuyi langsung datang dan masuk ke dalam. “Yang-mulia!” sapa wanita itu dengan hormat.
“Penjahat harus dihukum!” ujar Zuyi tiba-tiba.
Yehan mengernyitkan keningnya, dia masih memohon pada Raja Yu untuk meminta pengampunan, tapi wanita yang memerintahkannya malah menuduhnya. Padahal resep dupa itu adalah pemberian selir Zuyi. Selir Zuyi mengatakan pada Yehan bahwa Permaisuri sendiri yang memintanya untuk meracik dan mengantarkannya ke kamar beliau, dia hanya tahu bubuk dupa racikannya merupakan obat penenang dan sama sekali tidak mengandung racun.
“Pengawal! Tangkap Tabib Ye dan tahan dia di dalam penjara! Sampai penyelidikan tentang masalah ini selesai aku akan memutuskan hukuman padanya! ”
Karena masalah itu akhirnya Yehan yang meracik dupa langsung ditahan di dalam penjara. Ramuan penenang itu sebenarnya memang tidak mengandung racun, tapi ada pelayan yang menyusup dan menambahkan racun di dalamnya, jika asap dupa terus dihirup dalam waktu lama akan membekas dan melukai saluran pernapasan. Pelayan itu adalah orang Selir Zuyi dan diperintahkan untuk mengantarkan hadiah pada Permaisuri sehingga bisa menyelinap masuk ke dalam ruangan pribadinya. Yehan hanyalah kambing hitam.
***
“Menurutmu, siapa yang berani meracuniku dengan racun langka itu?” Tanyanya pada Dania.
“Aku tidak tahu, musuhmu pasti sangat banyak.” Sahut Dania asal saja. Dia sangat lelah sekarang karena sejak pagi pergi ke gunung untuk mencari bahan obat lalu tiba-tiba ditangkap oleh putra mahkota dan langsung dibawa ke Istana.
Di luar Istana, Dania berjalan di samping Sutangji. Guwenki kebetulan melihatnya dan dia memberikan perintah pada bawahannya. Senyum manis mengembang di bibirnya. Dania merasa aura putra mahkota sangat buruk, dan tidak seharusnya dia bertemu dengannya.
“Siapkan kereta kuda untuk mengantarkan Nona Hu!”
“Baik Yang-mulia!”
Guwenki berjalan mendekati Dania dan mendorong Sutangji menyingkir.
“Nona Hu, bagaimana keadaan Ibundaku?” tanyanya dengan wajah antusias.
Dania mundur beberapa langkah menjauhinya. “Yang-mulia Permaisuri sudah membaik, dan sadarkan diri, satu bulan lagi akan pulih seperti sedia kala.” Jawabnya dengan sopan.
“Syukurlah kalau begitu!”
Tidak lama kemudian kereta yang akan digunakan untuk mengantarkan Dania sudah datang.
“Nona, mari!” ujarnya sambil memerintahkan Dania untuk masuk ke dalam kereta.
Wajah Sutangji terlihat tidak senang dengan sikap Guwenki. Ketika Dania melangkah naik dia tiba-tiba mencegah Dania masuk ke dalam kereta dengan gagang pedangnya.
“Tunggu!” Sutangji menatap Dania dengan tatapan tajam.
Pria picik sialan ini! Apa lagi yang dia inginkan dariku? Seharusnya dia tidak lagi menyulitkanku, bukan?
Dania menyunggingkan senyum di sudut bibirnya. “Jenderal Agung, jangan-jangan Anda ingin ingkar janji?”
