
Ringkasan
Tabib Kesayangan Tuan Jenderal Season 2 Dania terlahir kembali menjadi Waning, seorang putri dari tabib keluarga miskin. Sialnya di kehidupan kali ini dia pun dituduh sebagai orang yang sudah bersekongkol melukai Jenderal Agung tangan kanan Raja Yu, di Ibu Kota Selatan. Sutangji memburunya untuk menemukan kebenaran tentang racun mematikan yang berhasil disembuhkan oleh Waning!
FantasiDokterDewasaPengembara WaktuZaman KunokultivasiwuxiaKehidupan MisteriusPlot TwistDrama
Bab 1 Aku hanya orang biasa
Tabib Jenius nomor satu di Ibu Kota Selatan telah kembali!
***
Pada kehidupan selanjutnya Dania telah terlahir kembali, kali ini dia terlahir sebagai putri angkat Jiwenhu, kali ini dia dibesarkan oleh keluarga miskin. Selama beberapa tahun ini toko obat yang dikelola Jiwenhu mengalami kemunduran dan mereka hanya mendapatkan penghasilan sedikit.
Waning lebih pandai dalam masalah ramuan hampir setiap hari dia kirim pergi untuk mencari obat di wilayah gunung.
Semuanya menjadi awal baru baginya. Dia sama sekali tidak ingat dengan kehidupannya di masa lalu. Statusnya sebagai Dewi Tinggi juga tidak bisa dia ingat. Seperti telah melewati mimpi yang panjang, sekarang usianya baru delapan belas tahun. Baju yang dipakainya adalah baju zaman kuno.
Semua di sekitarnya terasa asing, di depannya terbentang sebuah danau yang luas. Dilihatnya ada sebuah keranjang obat di sampingnya. Dia bangun dan berdiri lalu meletakkan keranjang di punggungnya.
Tidak lama setelah berjalan melewati hutan dia melihat sosok tinggi, dia turun dari dalam kereta dan pikir Dania karena sinar matahari menyilaukannya dia melihatnya seperti baru saja langit. Seorang pria dengan wajah memancarkan cahaya, dia sangat tampan dan membuatnya tertegun cukup lama.
Saat bertemu tatap dengannya, pria itu berjalan mendekatinya.
“Si-siapa kamu?” Waning terkejut dan melangkah mundur, dia mengancungkan alat untuk menggali obat di depan pria itu.
“Nona Hu, Anda lupa dengan pasien sendiri?” tanyanya sambil tersenyum.
Waning mengerutkan keningnya. Dia terus melihat penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pria itu tampan dan sangat gagah, di belakangnya ada pelayan wanita yang sangat cantik.
Pasien? Sejak kapan aku merawat pasien setampan ini? Apa pria ini sudah tidak waras? Aku sedikit bodoh tapi aku tidak mungkin amnesia! Apa dia ingin mengambil keuntungan dariku? Kita lihat saja, apakah kamu masih bisa menipuku! Apa dia keluarga kerajaan?
Waning memukul sisi kanan kepalanya sendiri lalu kembali menatapnya dengan lebih cermat.
“Tidak! Aku yakin kamu bukan pasienku!” Ujarnya sambil memutar badan lalu berniat pergi.
“Nona! Anda tidak bisa pergi begitu saja!” serunya dari belakang lalu mengarahkan tangannya pada para pelayan di belakangnya. Dua pelayan itu langsung melompat dan muncul tepat di depannya. Dania tidak bisa menghindar lagi, mereka langsung menangkap kedua lengannya.
“Hei! Lepaskan aku! Tuan muda, aku sungguh tidak mengenalmu, tolong lepaskan aku! Hei!” teriaknya pada mereka.
Perkataannya tidak didengar, Dania dibawa masuk ke dalam kereta, pelayan tadi berjaga di depan dan yang satunya berjalan di samping kereta.
Melihat kereta mewah tersebut Dania tahu pria yang membawanya berasal dari keluarga terpandang.
Dugaannya benar, Dania dibawanya masuk ke dalam istana kerajaan.
“Tu-tuan, sebenarnya Anda siapa? Kenapa membawaku ke sini?” tanyanya dengan wajah gugup.
“Aku adalah Guwenki, Putra mahkota!” ujarnya dengan wajah dipenuhi perasaan bangga.
Dania mengukir senyum dipaksakan, baju yang dipakainya sekarang sangat lusuh dan putra mahkota menangkapnya. Dia sama sekali tidak tahu apa tujuannya.
“Tu-tuan, maksudku Yang-mulia, Anda membawaku ke sini, untuk apa? Bajuku sangat kotor dan lusuh, bagaimana saya diizinkan masuk ke dalam Istana?” tanyanya dengan gugup.
“Untuk melakukan pengobatan! Apa lagi? Kamu putri pertama Tabib Hu, bukan? Dia memiliki toko obat yang sangat terkenal di Ibu Kota Selatan!”
Dania mengerutkan keningnya, jadi sebenarnya mereka sama sekali belum pernah bertemu dan Guwenki asal saja membawanya karena mengira dia putri pemilik toko obat terkenal. Dia memang putri pertama Jiwenhu, tapi toko obat yang dikelola keluarganya sama sekali bukan toko terkenal dan malah hampir bangkrut. Jika tidak, dia tidak akan mungkin pergi ke gunung hanya demi mengumpulkan ramuan untuk dijual di toko obat lain.
Dania tidak mungkin menipu keluarga kerajaan jadi dia mengambil inisiatif untuk mengatakan semuanya dengan jujur.
“Yang-mulia sebenarnya, maksud saya sepertinya Anda salah menangkap orang! Saya memang benar saya putri pertama dari Tabib Hu, tapi mungkin saja yang Anda maksud pemilik toko obat terkenal itu adalah orang lain!” serunya.
Guwenki mengerutkan keningnya. Mereka turun dari dalam kereta dan berjalan menuju ke kediaman Guwenki. Dania tidak bisa pergi jadi dia mengikutinya, kalau kabur sekarang situasi akan menjadi semakin rumit.
“Jadi menurutmu aku sudah tertipu?” tanyanya.
“Ya, benar, saya bukan tabib terkenal.” Dania membungkuk dan menjatuhkan kedua lututnya untuk memberikan hormat. “Saya mohon pada Yang-mulia untuk membebaskan saya dan membiarkan saya pergi!” lanjutnya.
Guwenki berkacak pinggang. Dia melihat orang yang memintanya untuk mencari dan menjemput Dania di hutan sekitar danau masih berada di halamannya dan menunggunya kembali.
“Lalu apakah orang itu adalah penipu?” tanyanya pada Dania.
Dania segera mengangkat kepalanya dan dia melihat ayahnya sedang berdiri di halaman kediaman Guwenki.
“A-ayah?”
“Waning! Putriku! Selamatkan aku!” Jiwenhu menangis sambil berlari ke arahnya.
Dania tidak mengerti apa yang terjadi. “Ayah, kenapa kamu berada di sini?”
“Aku tidak tahu, pengawal kerajaan datang dan menyeretku ke sini, mereka memintaku untuk memberikan resep obat, Waning, selama ini kamulah yang meracik obat untuk para pasien, jadi mana mungkin aku yang bodoh ini bisa membuat ramuan! Apalagi keluarga kerajaan yang harus dirawat!” jelasnya pada Dania.
Dania sama sekali tidak tahu siapa yang sudah menjebaknya. Dia sedang memutar otaknya untuk mencari solusinya.
Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tidak pernah menyinggung kerabat kerajaan, aku juga tidak pernah terlibat dengan siapa pun. Belakangan ini aku hanya pergi ke gunung untuk mencari tanaman berharga!
“Lalu di mana Kakak Juan dan Kakak Butai? Apa mereka kabur dan tidak menyelamatkanmu?”
Jiwenhu langsung mengubah ekspresinya.
***
Delapan belas tahun yang lalu ...
Sebenarnya Dania bukan putri kandungnya. Dia menemukan bayi menangis saat sedang pergi ke hutan mencari tanaman obat, Dania ditemukannya berada di tengah-tengah kumpulan telur ular besar. Binatang itu memiliki tanda biru dan ungu seperti ukiran emas di tubuhnya. Dia juga tidak menggigitnya ketika melihatnya berada di sana. Jiwenhu tahu binatang itu bukanlah binatang biasa, dia adalah binatang roh milik seseorang dengan tingkat kultivasi tinggi dan dia mengetahui bahwa ular yang ditemuinya itu juga memiliki energi spiritual tingkat tinggi. Jiwenhu tidak sadar dia telah memasuki kawasan hutan terlarang untuk mengambil tanaman obat dan bertemu dengannya.
Jiwenhu tidak peduli, bayi itu sangat terang dan bersinar, dia memutuskan untuk membawanya pulang.
Istrinya langsung marah melihatnya membawa bayi perempuan pulang ke rumah, istrinya langsung menuduhnya dan pergi meninggalkannya karena berpikir Jiwenhu sudah memiliki wanita simpanan lain.
Jiwenhu memberinya nama Waning, dia merasa harus merawatnya karena saat menemukannya. Bayi itu memiliki cahaya berbentuk bulan sabit di pusat keningnya, dia juga memiliki tanda lahir berbentuk bulan di punggung kanannya seperti bukan bayi biasa. Dia berpikir bayi perempuan itu adalah titisan dari dewa!
***
“Kedua kakakmu, mereka berangkat di akademi untuk melanjutkan studinya!”
“Ya, mereka sama sekali tidak pernah bisa diandalkan!” keluh Dania dengan wajah malas.
Guwenki terlihat tidak sabar, dia berkacak-pinggang dan menunggu ayah dan anak itu berunding.
“Bagaimana? Apakah kalian sudah memutuskannya? Jadi bagaimana jadinya? Kapan melakukan pengobatan?!”
Jiwenhu sangat takut dan dia langsung bersembunyi di belakang punggung Dania. Dia hanya tabib biasa yang tidak memiliki banyak kemampuan, justru perkembangan pesat dan pembuatan ramuan dikuasai oleh putrinya, Waning.
Pada saat ini Dania juga tidak yakin bisa menyelesaikan masalah tersebut, dia sama sekali tidak tahu kalau ada orang lain yang sengaja membuatnya berada dalam situasi sulit seperti sekarang.
“Yang-mulia, sebenarnya siapa yang sakit? Bolehkah saya tahu? Melihat penampilan Yang-mulia, Anda sama sekali tidak sakit. Wajah Anda yang berseri-seri jelas menunjukkan bahwa aliran darah Anda normal, dan vitalitas tubuh Anda juga terjaga,” tanyanya dengan sopan dan hormat.
“Permaisuri!”
Dania hampir pingsan mendengarnya, untungnya Jiwenhu berada di belakangnya jadi dia tidak jatuh ke lantai. Jiwenhu membantu menopang tubuhnya dari belakang.
“Waning! Kamu baik-baik saja?” tanyanya dengan cemas sambil menyeka keringat di keningnya sendiri.
“Ayah? Sebenarnya siapa yang sudah berulah denganmu? Bagaimana mungkin aku mengobati Permaisuri? Kita hanya orang biasa yang memiliki kemampuan sedikit, jika kita gagal maka seluruh keluarga kita bisa dipenggal!”
