Bab 4 Aku bersedia!
Jiwenhu langsung menyatukan kedua telapak tangannya dan memohon ampunan pada Sutangji. Jiwenhu melirik ke arah Dania di sampingnya, Dania juga berlutut tapi sama sekali tidak bereaksi saat mendengar Sutangji berkata bahwa dia harus tetap tinggal di bawah pengawasannya.
“Yang-mulia Jenderal, apakah putriku akan dipenjara? Selama ini dia selalu membantuku memenuhi kebutuhan kami sehari-hari, tanpa Waning maka toko obat milik kami juga tidak akan bisa berjalan,” ujarnya dengan wajah memelas.
Sutangji memikirkan perkataan Jiwenhu, pria tua di depannya itu memang tidak akan sanggup naik-turun gunung seorang diri karena memang sudah tidak memiliki tenaga. Di sisi lain Sutangji juga tidak bisa melepaskan Dania begitu saja karena bisa saja wanita itu kabur untuk menghindari tuduhan.
Jiwenhu tidak mendengar jawaban apa pun dan dia melihat Waning malah berlutut sambil melamun. Jiwenhu langsung memukul punggungnya sampai Dania hampir tiarap di bawah kaki Sutangji.
“Anak bodoh! Katakan sesuatu pada Yang-mulia Jenderal Agung!”
“Jenderal Agung Su, aku bersedia memeriksa Permaisuri!”
Jiwenhu langsung melotot, dia hampir pingsan dibuatnya. “Anak bodoh, kamu mencari mati! Astaga! Para Dewa di langit di mana pun kalian berada, aku sangat menyesal sudah membawa bayi ini ke rumah, ampuni aku! Ampuni aku! Anak ini akan membuat keluargaku dipenggal! Ampuni aku para Dewa!” ujarnya sambil meletakkan kedua telapak tangannya di tanah dalam posisi memohon ampun.
“Keputusan yang tepat!” tegas Sutangji dengan senyum di sudut bibirnya.
Dania tidak yakin tentang keahliannya, jika dirinya memang memiliki ilmu dalam pengobatan maka dia harus berani mengambil risiko.
“Jika aku gagal dalam pengobatan maka aku bersedia dihukum, masalah ini tidak ada sangkut pautnya dengan keluargaku, aku ingin dihukum seorang diri! Tapi jika aku berhasil aku akan menuntut tiga hal dari Jenderal Agung!”
Sutangji mengukir senyum licik di bibir tipisnya. “Wanita licik sepertimu apa pantas untuk bernegosiasi denganku?!” tanyanya.
“Kalau Jenderal tidak bersedia menerima tiga syarat itu maka aku juga tidak akan bersedia pergi!” Dania berlutut sambil mendongak, dia menatap Sutangji dengan tatapan mata berani.
Aura yang begitu kuat memancar dari kedua matanya dan menembus ke jantung Sutangji. Tatapan mata ini sama sekali bukan tatapan mata sederhana, sinar dan aura yang terpancar dari kedua matanya memiliki makna-makna terselubung dan sulit dipahami. Dia tidak bisa menolak permintaannya meski dalam hatinya terasa sangat enggan.
Sutangji mengibaskan lengan bajunya lalu mengambil langkah ke samping dan menolak isyarat kuat dari sinar mata Dania.
“Waning! Kau!” Sutangji membentak dengan marah.
“Apakah Jenderal Agung bersedia menyetujuinya?!” lanjutnya.
Sekarang ini kondisi Permaisuri kritis dan nyawanya berada di ujung tanduk. Tidak ada waktu untuk menolak kesepakatan dari Dania.
Dania melihat Sutangji mulai bimbang, kesempatan itu langsung dia gunakan untuk berdiri dari hadapannya, Dania juga membantu Jiwenhu untuk berdiri.
“Wa-waning, ini ....” Jiwenhu kebingungan dan dia tidak berani untuk berdiri. Karena Dania terus menariknya jadi dia terpaksa berdiri.
“Ayah, kita pergi saja! Jenderal Agung tidak bersedia menerima tawaranku,”
“Baiklah!” Sutangji langsung menyetujuinya.
Dania mengukir senyum di bibirnya. “Pertama, biarkan ayahku pulang karena seluruh keluargaku sama sekali tidak ada sangkut-pautnya, ke dua aku akan mengobati Permaisuri setelah misi ini selesai kita tidak akan pernah berhubungan lagi satu sama lain, dan ke tiga tanpa bukti kuat tentang racun sembilan ular Jenderal Agung tidak berhak menahanku di dalam penjara!”
Sutangji mengernyitkan keningnya. Dia merasa tidak ada masalah dengan perjanjian itu dan kecurigaan di dalam hatinya tentang Dania, dia bisa meminta bawahannya untuk menyelidikinya dan mengikuti Dania secara diam-diam. Sekarang Sutangji juga tidak memiliki banyak waktu untuk terus menunda pengobatan Permaisuri.
“Baiklah, aku setuju!”
Dania segera menyerahkan keranjang obat di punggungnya pada Jiwenhu.
“Ayah, bawa ini dan kembalilah ke rumah, jangan cemas padaku, aku akan baik-baik saja!” ujarnya.
“Ta-tapi Waning, kamu sama sekali tidak memiliki ilmu pengobatan! Bagaimana aku bisa tenang membiarkanmu pergi ke Istana?” Tanyanya dengan perasaan khawatir.
“Aku akan memeriksa Permaisuri, masalah berhasil atau tidak, itu juga tidak ada kaitannya dengan keluarga kita, Jenderal Agung sudah setuju, aku pergi dulu!” pamitnya.
Dania mengikuti Sutangji sambil melambaikan tangan pada Jiwenhu yang kini masih menatapnya dan tidak pergi dari jalan tersebut.
***
Sampai di dalam Istana Harem. Dania melihat Raja Yu berada di sana, pria itu duduk di samping Permaisuri yang kini terbaring lemah di ranjangnya. Ketika berjalan lebih dekat Dania bisa mencium aroma obat yang sangat kuat dari wadah dupa di samping ranjang. Dania langsung menutup hidungnya dengan lengannya. Lalu dia menarik lengan baju Sutangji untuk memberikan isyarat padanya.
Sutangji di sampingnya tampak mengerti, pria itu segera menyingkirkan wadah dupa tersebut dari meja untuk dia buang ke luar ruangan.
Raja Yu langsung berdiri ketika melihat tindakannya. “Sutangji! Lancang kamu! Pengawal!” teriaknya pada penjaga di luar.
Sutangji sudah membuang wadah itu ke luar. Para prajurit langsung menyerbu dan menodongkan senjata padanya.
“Apa kamu tidak tahu resep dupa ini digunakan untuk mengobati Permaisuri! Tabib istana meresepkannya!” bentak Raja Yu pada Sutangji.
Sutangji segera berlutut begitu juga Dania. “Yang mulia, wanita ini adalah Tabib yang menyelamatkan saya di hutan ketika ada penyergapan, dia memberikan isyarat pada saya untuk menyingkirkan dupa di meja! Saya membawanya ke sini untuk memeriksa Yang-mulia Permaisuri!”
Dania langsung menaikkan kedua alisnya. Dasar pria picik, situasi sudah seperti ini dan kamu bahkan tidak tahu apa-apa dengan yang kumaksudkan!
“Tabib?” Raja Yu berdiri lalu berjalan mendekati Dania. “Katakan padaku dengan jelas, kenapa kamu memerintahkan Sutangji untuk membuang dupa ini! Jika kamu bersalah, aku akan memerintah penjaga memenggal kepalamu!”
Dania memberikan hormat pada Raja Yu. Dia segera berdiri lalu mengatakan maksud dari perkataannya barusan.
“Salam hormat Yang-mulia! Dupa ini memang berguna untuk menetralisir beberapa racun, tapi bahan-bahan yang digunakan bertentangan dengan ramuan rebusan obat di dalam mangkuk.” Dania mengambil mangkuk tersebut, lalu mengambil sisa bubuk dupa yang ada di dalam wadah kecil di meja, dia menambahkan bubuk itu ke dalam mangkuk lalu mengambil jarum dan menaruhnya ke dalam mangkuk, dalam hitungan detik jarum perak tersebut berubah menjadi hitam.
“Bahkan hanya dengan aromanya yang terus dihirup maka efeknya akan diserap ke dalam tubuh secara bertahap, ditambah lagi dengan rebusan obat yang bertentangan, maka efeknya akan semakin kuat.” Dania berjalan mendekati Permaisuri. “Yang-mulia, izinkan saya untuk memeriksa Permaisuri,” ujarnya dengan hormat.
Raja Yu segera menyingkir dan membiarkan Dania untuk memeriksanya.
Dania duduk di samping ranjang dan mulai memeriksanya. “Kalau saya tidak keliru dupa ini sudah dinyalakan selama dua bulan dan kondisi Permaisuri semakin lemah seiring waktu,”
Raja Yu mencoba mengingatnya.
Tabib di sana merasa tidak bersalah, dia memberikan resep obat yang sesuai dengan penyakit permaisuri, masalah dupa di dalam ruangan dia sama sekali tidak ikut campur.
“Yang-mulia, saya sama sekali tidak pernah memberikan resep yang salah pada Yang-mulia Permaisuri! Orang ini sudah memfitnah!” teriaknya dengan wajah marah.
Dania mengangkat satu alisnya. “Tuan, saya sama sekali tidak menuduh Anda, saya hanya bilang bubuk dupa ini bertentangan dengan ramuan obat, saya tidak membuang mangkuk obat tapi membuang dupa! Apakah Tuan masih tidak mengerti maksudnya?”
Raja Yu terkejut mendapat jawaban seperti ini, dia sama sekali tidak mengira Tabib gadis muda itu memiliki wawasan yang begitu luas dan mengerti situasi yang terjadi pada saat semua orang sibuk dan mencemaskan keselamatan diri sendiri, dia malah berkata dengan lantang dan jelas tanpa rasa takut sedikit pun.
“Jadi, bagaimana kondisi Permaisuriku? Apa kamu bisa mengobatinya?”
“Kondisi denyut nadi Permaisuri sudah stabil, tunggu satu-sampai dua jam lagi beliau akan sadar.”
Dania menatap reaksi setelah dia menyingkirkan dupa tadi, keringat mulai keluar dari pori-pori Permaisuri. Racun yang harusnya diserap dan masuk ke dalam tubuh secara alami dikeluarkan. Dan proses ini memakan waktu setidaknya selama satu sampai dua jam.
Setelah mengatakannya, Dania dan Sutangji segera undur diri dan menunggu di luar. Pelayan di dalam menyeka keringat di kening Permaisuri, sejak Dania keluar.
Dania tidak memberikan akupunktur atau apa pun, dia hanya menyingkirkan dupa. Masalah titik-titik akupunktur di tubuh manusia, dia memiliki wawasan yang samar tentang semua itu dan tidak berani mencobanya pada Permaisuri sebelum memastikan bahwa dirinya mampu untuk melakukan pengobatan dengan jarum.
Di luar kamar Permaisuri, Dania menuang teh ke dalam cangkir lalu meneguknya. Sutangji melihat Dania begitu santai dan seolah-olah tidak takut mati sama sekali.
“Jenderal Agung, Anda harus memenuhi kesepakatan kita!”
“Dasar wanita licik!” gumam Sutangji dengan wajah muram.
