Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 4

Seperti biasanya setiap hari setelah selesai sarapan mereka berdua akan mulai belajar. Pelajaran yang sudah dijadwalkan setiap harinya, mulai dari matematika, sejarah, geografi, beladiri, hingga table manner serta berdansa. Menjadi seorang pangeran maupun putri harus bisa bersikap dan bertingkah laku yang baik layaknya para bangsawan dan anggota kerajaan. Begitu padatnya pelajaran yang harus dikuasai pangeran dan putri membuat mereka jenuh.

Light dan Yui berada di ballroom, dengan gemulai Yui berdansa.

“Lagi-lagi Swan Lake, apa tidak ada gerakan lain.” Light melakukan gerakan Lift, tangan Light berada di pinggang Yui dan mengangkatnya.

“Kau bisa mengangkatku dengan mudah, artinya Aku cukup ringan,” sahut Yui. Yui bersiap untuk berputar saat Light menurunkan Yui.

"Bagaimana kalau Tango,” kata Light yang tersenyum jahil dan dibalas senyuman pula oleh Yui.

Tentunya putaran Yui dilanjutkan dengan gerakan Tango yang dinamis dan penuh semangat. Mereka berdua menikmati setiap gerakannya bersama. Tarian energik penuh semangat.

“Berhenti!” seru pelatih tari mereka. "Tango! Tarian kelas bawah, tidak cocok untuk bangsawan.”

“Maaf,” jawab mereka berdua serempak. Terlihat senyuman di wajah mereka yang menunduk di hadapan pelatih. Mereka tidak merasa bersalah atau menyesal.

Setelah selesai pelajaran hari ini, mereka bermain-main di taman depan kediaman pangeran dan putri. Hanya ada dua orang pangeran dan seorang putri yang menghuni kediaman tersebut. Selain mereka bertiga, ada beberapa pelayan dan seorang pengawal. Kediaman pangeran dan putri terlalu luas bagi mereka bertiga. Masih banyak kamar kosong di tempat itu.

Malam semakin larut, hanya suara binatang malam dan angin yang meniup daun pepohonan yang terdengar.

Tok tok tok

Yui mengetuk kamar Light dengan bantal di tangannya.

“Ada apa? Ini sudah malam,” jawab Light membukakan pintu.

“Aku takut hantu kemarin muncul lagi,” jawab Yui.

“Lalu?”

“Aku mau di sini.” Yui memelas dengan wajah manisnya.

“Tidak ada hantu, ayo kita cek di kamarmu.” Light menutup pintu kamarnya dan bersama Yui berjalan menuju kamar Yui di sebelah kamar Light.

Selama beberapa jam mereka memandang cermin yang dikatakan Yui ada hantunya namun tidak ada penampakan apapun.

“Sudah ah tidur.” Light naik ke atas kasur dan menarik selimut tak butuh waktu lama dia tertidur.

Yui masih penasaran dan memandang cermin di kamarnya. Bayangan itu muncul kembali, rambut perak dan wajah yang sama. Yui membangunkan Light namun Light tak kunjung bangun.

Yui memberanikan diri melihat bayangan itu lagi, bayangan yang sama dengan dirinya. Bayangan yang tadi sudah tidak ada, cermin memantulkan bayangannya sendiri. Yui menghela napas panjang dan segera tidur.

Pagi harinya mereka berdua bersiap untuk mengikuti ujian kristal. Hari ini mereka akan diantar oleh kakak pertama mereka, Yuasa. Kakaknya sudah bersiap menunggu kedua adiknya.

“Yui, Light apa kalian sudah siap? Ayo berangkat!” teriak Yuasa. Kedua anak kembar itu segera turun dengan ceria. Ujian kristal adalah ujian yang paling dinantikan seluruh anak seusia mereka. Ujian ini akan menentukan kristal apakah mereka.

Yui, Light, serta Yuasa sudah sampai di tempat ujian. Seluruh peserta ujian menunggu dipanggil namanya, satu per satu peserta maju ke hadapan penguji. Ujian kristal sangat mudah cukup meletakkan tangan di atas bola kristal, lalu bola kristal akan menunjukkan warna kristal mereka. Peserta pertama mendapatkan kristal biru elemen api, dia terlihat sangat senang dan memamerkan api kecil di tangannya.

Peserta kedua mendapatkan kristal hijau, dan sebagainya hingga giliran Light untuk menjalankan ujiannya.

Light meletakkan tangannya di atas bola kristal, warna biru keluar disertai kilatan petir. “Selamat Pangeran Light, kristal biru elemen petir,” kata penguji tersenyum kepada Light. Mendengar itu Light berjalan kembali ke tempat duduknya dengan hati riang.

“Elemen petir, elemen petir,” ucapnya berulang karena senang.

Yui yang melihat saudara kembarnya memiliki kristal biru merasa yakin dia juga akan memiliki kristal yang sama. Kakaknya memiliki kristal kuning keemasan yang sangat langka, disertai elemen petir seperti

Light. Jadi dia pasti juga memiliki kekuatan kristal. Yui dengan sabar menunggu giliran untuk dipanggil.

Akhirnya nama Yui dipanggil, dengan ceria Yui menghampiri penguji. Segera dia meletakkan tangan di atas bola kristal, bola kristal tetap jernih tidak berubah warna. Penguji yang melihatnya meminta Yui mengulangi prosesnya. Yui kembali meletakkan tangannya di atas bola kristal dan masih sama, bola kristal tidak berubah warna. Proses itu diulangi hingga tiga kali, namun hasilnya sama.

“Maaf Tuan Putri, Anda tidak memiliki kekuatan kristal,” kata penguji.

Bagaikan tersambar petir, bagaimana mungkin dia tidak memiliki kekuatan kristal. Yui mundur beberapa langkah lalu berbalik dan berlari keluar ruangan. Air mata mengalir di sudut matanya.

"Ini tidak mungkin, aku tidak memiliki kekuatan kristal," batin Yui.

Yuasa segera mengejar adik perempuannya. "Yui!" panggilnya.

Yui berhenti di dekat kolam ikan yang ada di depan gedung tempat ujian kristal. Yuasa segera menghampiri Yui dan memeluknya.

“Mereka salah, penguji itu salah, Yui punya kekuatan kristal,” kata Yuasa.

Yui menoleh ke arah kakaknya, "Benarkah? Kakak tidak berbohong?”

“Kristal Yui adalah kristal tanpa warna, tidak berwarna bukan tidak ada,” jawab Yuasa membelai lembut rambut adiknya.

“Bukankah sama saja kristal tanpa warna dengan tanpa kristal,” jawab Yui memandangi ikan-ikan yang berenang.

“Tentu saja berbeda, kristal tanpa warna bisa menjadi apa saja, kekuatan yang luar biasa.” Yuasa berusaha meyakinkan Yui.

“Besok kubawa kau bertemu seseorang yang bisa melatih, melatih kristal tanpa warna.”

***

Seperti biasanya Yuan membaca buku sambil berjalan. Rainsword yang melihat adiknya membaca buku sambil berjalan segera memeluknya karena di depan adiknya ada tangga dan dia bisa terjatuh karena tidak melihat.

“Kebiasaan, bagaimana kalau kakak tidak ada?”

“Bukankah kakak akan selalu ada untuk Yuan," jawab Yuan yang tersenyum dan berterima kasih telah diselamatkan.

“Tidak selamanya kakak akan selalu ada, dengar Yuan minggu ini kakak akan berangkat ke akademi, jadi kakak akan berada jauh dari Yuan,” kata Rainsword.

Yuan menatap kakaknya lekat-lekat. “Kakak bohong ah.”

“Aku tidak berbohong.” Ekspresi serius di wajah kakaknya menjawab semuanya. Kali ini kakaknya serius, dia akan pergi.

“Kenapa baru bilang sekarang?" Yuan merajuk. Membayangkan tanpa kakaknya di Istana, sendirian tanpa ada seseorang yang akan menemani kesehariannya, yang melindunginya membuatnya sangat sedih. Tanpa sadar air mata mengalir dan segera

diseka dengan tangannya.

“Maaf.” Rainsword memeluk adik satu-satunya yang sangat dia sayangi. Berat baginya meninggal Yuan. Dia tahu kali ini posisi Yuan sedang dalam keadaan yang tidak baik. Ayahnya menjauhi adiknya tanpa sebab yang jelas. Sementara keberadaan Yuan sendiri dirahasiakan. Seolah tidak boleh ada yang tahu siapa pangeran kedua. Kemanapun Yuan pergi dia selalu dikawal beberapa penjaga. Sudah seperti tahanan. Hanya paman Archilles yang bersikap baik kepada Yuan, dan mengajarinya beberapa seni beladiri. Archilles adalah pelatih beladiri Rainsword sekaligus melatih Yuan.

“Buku apa yang kamu baca?" Rainsword berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Buku tentang roh alam, Paman Archi memintaku membacanya,” jawab Yuan. Tidak seperti biasanya Yuan tidak ceria membicarakan buku yang dia baca.

“Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Rainsword.

“Beberapa hari yang lalu, cermin di kamarku memperlihatkan bayangan aneh, bukan bayanganku yang terpantul tapi orang lain,” jawab Yuan.

Rainsword mencoba berpikir, tidak ada yang terpikir olehnya kecuali hantu.

“Apa mungkin hantu?”

“Kurasa bukan, itu bukan hantu.Perasaanku mengatakan itu bukan hantu.” Yuan duduk memandang langit.

Rainsword ingin bertanya lebih lanjut namun ayahnya memanggilnya.

"Rain, kemarilah!” kata ayah Rainsword. Dia berdiri menunggu Rainsword mendatanginya.

“Pergilah kak, jangan membuat ayah marah,” kata Yuan. Yuan hanya bisa melihat kakaknya dan ayahnya berlalu dari hadapannya.

“Siapa gadis itu, dia bukan hantu,” ucapnya pelan.

Tak terasa seminggu adalah waktu yang cepat, Rainsword sudah berkemas untuk berangkat ke akademi.

“Yuan, jaga dirimu baik-baik, jangan membaca sambil berjalan ya dan berlatihlah dengan giat. Kakak sayang padamu," kata Rainsword memeluk adiknya sebelum berangkat.

“Hati-hati kak,” jawab Yuan melepas pelukan Rainsword dan melambaikan tangan.

Archilles menepuk pundak Yuan dari belakang. “Masih ada Paman, Pangeran tidak perlu khawatir,” ucapnya.

Yuan menoleh dan tersenyum kepada Archilles.

Hari berikutnya, Archilles meminta Yuan mempraktekkan apa yang telah dia baca. Di dalam Istana Timur, Yuan berlatih bersama Archilles.

Yuan berdiri di dekat kolam, memusatkan pikirannya dengan memejamkan mata berusaha mencari dan merasakan roh alam. Suara air perlahan-lahan terdengar, saat berada dalam keadaan pencarian itu bayangan gadis dalam cermin itu muncul. Kali ini dia bisa melihatnya seutuhnya. Mereka bertemu dalam dimensi yang berbeda.

"Siapa kamu?" tanya Yuan.

“Namaku Yui, jawab gadis itu.

Mereka sama-sama mengulurkan tangan dan saling menyentuh.

“Namaku Yuan, kata Yuan.

Saat tangan mereka sudah saling bertemu, sesuatu yang kuat menarik mereka berdua menjauh hingga

pegangan tangan mereka terlepas.

“Yui!” teriak Yuan.

“Yuan!” teriak Yui.

Yuan kembali membuka matanya. Energi yang kuat tiba-tiba menyelimutinya bayangan sosok roh air terlihat jelas. Yuan segera bersiap untuk mengikat kontrak. Dia memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya. Gelang penyimpanan bersinar terang.

“Wahai roh alam, dengarkan permintaanku. Patuhilah diriku sebagai majikan barumu. Undine Marina!”

Sebuah sosok berwarna biru seperti air masuk ke dalam kristal yang ada di gelangnya. Yuan berusaha menahan kekuatan yang begitu besar, hingga sosok itu sepenuhnya masuk dan energinya menghilang. Yuan yang baru pertama kali mengikat kontrak merasa lelah dan terduduk di tempatnya. Keringat bercucuran, dan napasnya memburu dengan cepat. Dia melihat warna salah satu kristal di gelangnya menjadi biru.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel