Chapter 3
Mungkin hanya mimpi. Yuan kembali naik ke tempat tidurnya dan berusaha memejamkan mata.
***
Archilles mengajak Yuan ke Istana Timur tempat Erina berada. Istana Timur disebut sebagai Istana Ratu karena disinilah Ratu lebih sering menghabiskan waktunya dengan segala aktivitasnya. Banyak yang mengira Istana Ratu hanya boleh dimasuki para wanita.
“Paman bukankah kita tidak boleh ke sini, kitakan bukan perempuan,” kata Yuan.
Archilles hanya tersenyum melihat kepolosan Yuan.
“Sudahlah ayo masuk,” kata Archilles.
Yuan hanya mengikuti perintah saja. Di ruangan itu tidak banyak benda, tapi yang menarik perhatian adalah bola kristal yang ada di ruangan itu.
“Apa ini?” tanya Yuan.
“Letakkan tanganmu di atasnya,” perintah Archilles.
Yuan menurut dan meletakkan tangannya. Bola kristal itu berubah warna, warna hitam pekat. Melihat warna hitam, Archilles sudah tidak terkejut lagi karena dia sudah tahu sejak awal, namun tiba tiba ada warna lain muncul setelahnya warna putih yaitu warna perak. Kedua warna itu berputar putar hingga mencapai posisi seimbang antara warna hitam dan perak.
“Paman ini apa?" tanya Yuan tidak mengerti.
“Tunggu sebentar.” Archilles mencari sebuah buku dan setelah beberapa saat mencari dia akhirnya menemukannya. Archilles membolak balik halaman buku itu. Sementara Yuan duduk manis di kursi yang ada di ruangan itu.
“Kristal perak, kristal perak” gumam Archilles dan akhirnya dia menemukannya.
“Ini dia, kristal perak merupakan satu dari tiga kristal spesial di antara kristal emas dan kristal tanpa warna, kristal perak memiliki kemampuan pengendalian alam yang sempurna, kekuatannya mengendalikan roh alam.”
Archilles memandang Yuan yang juga sedang memperhatikan dirinya dengan pandangan ingin tahu serta tersenyum manis kepada Archilles.
"Bagaimana aku memberitahunya, selama ini dia tidak tahu apapun. Harus mulai darimana? Apa dia bisa menerima semua ini?" Batin Archilles.
“Paman?” Suara Yuan membuyarkan lamunan Archilles yang sedang berpikir keras.
“Begini, Yuan. Ini adalah bola kristal, aku dan ibumu berasal dari bangsa kristal sepertinya kau juga mewarisi kemampuan bangsa kami.” Archilles duduk di sebelah Yuan. Mencari kata-kata yang tepat supaya mudah dimengerti. “Hasil tes yang baru Kau jalani tadi menunjukkan bahwa Kau memiliki kristal perak dan kristal hitam. Kristal perak memiliki kemampuan memanggil roh alam.”
“Maksud Paman Aku bisa memanggil roh alam, keren.” Mata Yuan berbinar penuh semangat.
“Yuan, rahasiakan ini, terutama dari kakakmu,” kata Archilles. Yuan mengangguk mengisyaratkan setuju. Mereka keluar dari Istana Timur, Yuan terlihat senang dan bersemangat. Archilles hanya bisa tersenyum melihat tingkah polos Yuan.
“Paman ada urusan sebentar, Kau langsung saja ke tempat latihan ya, sampaikan ke Pangeran Rainsword kalau Aku akan terlambat,” kata Archilles. Yuan mengangguk dan segera berlari kecil menuju tempat latihan.
Di tempat latihan, Rainsword sudah menunggu.
“Dimana Paman Archi?" tanya Rainsword.
“Paman akan terlambat, jadi Aku di sini untuk menemani kakak berlatih,” jawab Yuan.
Yuan mengambil pedang dan memainkannya. Melihat adiknya bermain pedang, Rainsword tersenyum dan mengajaknya berlatih.
“Kemarilah, jadilah lawan kakak.” Rainsword sudah menyiapkan kuda-kuda dan siap bertarung.
“Baiklah,” balas Yuan. Yuan mengikat rambut panjangnya supaya tidak menggangu. Lalu bersiap dengan kuda-kuda dan pedang di tangannya.
Duel pun dimulai, mereka berdua saling serang, menangkis dan bertahan. Mereka terlihat imbang, walaupun sebenarnya Rainsword hanya bermain saja tidak serius menghadapi adiknya. Di mata Rainsword, permainan pedang Yuan memiliki banyak celah, sangat mudah baginya untuk menjatuhkan Yuan. Namun, dia sengaja membiarkannya, menikmati permainan pedang bersama adiknya cukup menyenangkan.
Yuan baru berusia 10 tahun, permainan pedangnya sangat bagus, gerakannya gesit, terarah dan selalu mencari titik fatal musuh. Kurangnya pengalaman bertarung membuat gerakan Yuan terlihat tidak bervariasi. Seperti masih bergerak sesuai instruksi buku, monoton dan tidak ada improvisasi. Rainsword memainkan pedangnya dengan mengikuti semua gerakan Yuan. Hanya untuk menjaga ritme permainan supaya tidak cepat berakhir. Di saat dia merasa perlu ada sedikit tekanan, Rainsword memberikan serangan yang mengagetkan Yuan hingga dia kehilangan pedang di tangannya.
“Kakak hebat!” Yuan mengambil pedang dan menyarungkannya.
Rainsword tersenyum dan mengacak rambut Yuan. “Kau juga hebat, masih kecil sudah mahir, saat besar nanti pasti sangat kuat.”
“Pangeran Rain, di mana pedang yang kemarin diberikan Ayah Anda?” tanya Archilles.
“Oh, ada di kamar,” jawab Rainsword.
“Mulai hari ini biasakan menggunakan pedang itu. Sekarang bisakah Anda mengambilnya?” perintah Archilles.
“Baiklah akan kuambil.” Rainsword segera pergi mengambil pedangnya.
“Pangeran Yuan, ulurkan tanganmu,” minta Archilles. Yuan segera mengulurkan tangannya. Archilles memasang sebuah gelang berwarna perak dengan empat batu kristal sebagai hiasannya. Gelang itu pas di tangan kecil Yuan. “gelang ini untuk membuat kontrak dengan roh alam, jadi jangan pernah dilepaskan.
Kita tidak pernah tahu kapan dan dimana akan bertemu roh alam, atau perlu memanggilnya.”
Yuan memandangi gelang di tangannya, kristal bening jernih berkilau di bawah sinar matahari. Tak lupa dia mengucapkan terimakasih kepada Archilles.
Selain sebuah gelang Archilles juga memberikan sebuah buku. Yuan langsung membaca buku tersebut, hingga tidak menghiraukan kakaknya telah kembali dengan pedang perak di tangannya.
Melihat Yuan sudah membaca buku lagi, Rainsword hanya bisa menggelengkan kepala. Archilles memanggilnya dan dia segera mendekat. Dia diajarkan bagaimana menggunakan pedang yang baik, pedang perak yang diberikan ayahnya terasa lebih berat dari pedang yang biasa dia pakai.
“Biasakan dengan bebannya, awalnya pasti akan sulit tapi seiring berjalannya waktu kau akan terbiasa dengan pedang ini,” kata Archilles yang terus memberi instruksi kemana dia harus bergerak.
***
Di dalam Istana Kristal, Kerajaan Cahaya.
Yui dan Light hari ini merayakan ulang tahunnya yang ke 10. Sebuah pesta sederhana yang dihadiri keluarga saja. Yui dan Light sangat senang dengan hari ulang tahunnya kali ini karena setelah berusia 10 tahun mereka dapat mengikuti ujian kristal. Yui sangat tidak sabar mengetahui kristal apakah dirinya. Apakah kristal kuning seperti kakaknya, atau kristal hijau seperti ayahnya. Kemungkinan juga kristal biru seperti Light saudara kembarnya.
Pesta yang sederhana namun menyenangkan, Yui dan Light mendapatkan banyak hadiah menarik dan kejutan. Pesta berlangsung hingga pukul 10 malam. Waktu untuk tidur bagi Yui dan Light.
Yui segera tidur setelah pesta usai. Saat menjelang pagi Yui terbangun, pandangan matanya tertuju pada cermin di kamarnya. Sesuatu yang berasal dari cermin, cermin seharusnya memantulkan dirinya namun kali ini bayangan di cermin bukanlah dirinya.
Dilihatnya wajah yang sama persis seperti dirinya namun memiliki warna rambut yang berbeda.
"Siapa dia? Itu bukan diriku," ucapnya dalam
hati. Yui menggosok matanya dan berharap hanya mimpi. Sosok di dalam cermin memandangnya bahkan bergerak dengan gerakan yang tidak sama dengannya. Lalu sosok itu berbalik dan menghilang.
“Hei, siapa kamu? Jangan pergi!” panggil Yui kepada bayangan di dalam cermin.
Yui segera mendatangi kamar Light, dia mengetuk pintu dengan cepat.
“Light ... Light ...,” teriak Yui dari balik pintu kamar Light.
"Yui, kamu tahu ini jam berapa?” Light membuka pintu dan masih menguap. Lalu kembali naik ke tempat tidur dan menarik selimutnya.
“Light bangun, aku melihat seseorang yang mirip denganku di dalam cermin,” kata Yui sambil menarik selimut Light.
“Kau itu di cermin pastilah bayangannya sama denganmu, ada-ada saja.” Light kembali memejamkan matanya.
“Bangun ...!" teriak Yui. “lihatlah dulu, rambutnya berbeda.”
“Apa kamu melihat hantu?" Light sama sekali tidak mau bangun dan kembali menarik selimutnya.
Saat Yui berpikir mungkin itu hantu, membuatnya merinding dan takut. Dia ikut bersembunyi di dalam selimut, hingga dia tertidur.
Saat pelayan datang dan melihat kedua anak kembar yang sangat akur hanya bisa tersenyum dan membangunkan mereka berdua.
“Ayo bangun, Tuan Putri dan Pangeran juga," ucap pelayan itu.
“Kenapa Aku di sini?” Yui menggaruk kepalanya, berusaha mengingat kejadian sebelumnya.
“Minggir, Yui! Berat!” teriak Light yang setengah badannya ditimpa kaki Yui.
“Ah, maaf.” Yui segera menarik kakinya.
“Biasanya perempuan itu ringan tapi kau itu berat," kata Light kesal.
“Tidak sopan, lihat baik-baik Aku kurus kok,” sahut Yui yang tidak terima dibilang berat. Yui melempar bantal ke arah Light yang tepat mengenai mukanya.
“YUI!” teriak Light.
"Yui segera berlari keluar kamar dengan tawa kemenangan.
