Chapter 5. Calon dari Mama
“Apa mau langsung cari kerja,” tanya Bayu ketika Putrinya sudah sibuk membuat surat lamaran.
Derlin tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Kalau lama-lama nganggur takutnya nanti malah keenakan jadi pengangguran,"ucap Derlin yang memasukkan surat lamarannya ke dalam amplop coklat ekslusif.
“Iya, tapi bila anak aby masih pengen libur dulu, tenangin pikiran setelah capek mikir selesai kuliah, ya gak apa libur dulu," ucap Bayu yang memandang putrinya.
"Derlin masukkan lamarannya sekarang by. Dipanggil kerjanya gak tahu kapan. Lagi pula cari kerja itu nggak gampang by. Pengalaman teman-teman di kos-kosan ceritanya gitu,” ucap Derlin.
Derlin tidak ingin berlama-lama menikmati masa menganggurnya. Bila semakin lama ia tidak memiliki pekerjaan dan hanya diam di rumah, Derlin takut dia akan selalu mengingat Tian. Sampai saat ini dia belum bisa melupakan pria itu. Derlin begitu sangat berharap bisa melupakannya secepatnya agar dia bisa membuka hati untuk yang lain.
“Ya udah Abi terserah Derlin aja, yang penting kalau pengen istirahat dulu menikmati masa-masa libur setelah capek kuliah nggak masalah," ucap Bayu yang mengusap kepala putrinya.
"Iya by," jawab Derlin.
“Berapa banyak buat surat lamarannya,” tanya Bayu saat memandang surat-surat lamaran kerja putrinya yang begitu sangat banyak.
“Banyak by, hanya saja dicicil dulu untuk besok, Derlin mau antar 10 buah,” ucapnya yang tersenyum lebar.
“Mau aby bantu antarkan surat-surat lamarannya?" tanya Bayu.
“Jangan by, Derlin aja, soalnya nanti Abi malah terlambat pergi kerja,” ucap Derlin.
Rahma yang duduk di depan putrinya hanya tersenyum saat melihat putrinya itu sangat bersemangat mencari pekerjaan. "Umi do’akan semoga anak Umi cepat dapat kerjaan,” ucapnya yang mengusap kepala putrinya.
“Amin,” ucap Derlin.
"Masukkan lamaran ke mana aja,” tanya Rahma.
“Derlin banyak buat lamaran. Ada yang di labor kimia namun ada juga yang tidak di labor. Mana yang dapat aja mi," ucapnya.
“Iya mana yang dapat duluan aja,” ucap Rahma.
****
"Nanti malam keluarga Tante Devi datang ke sini," ucap Lina saat putranya baru pulang dari kantor.
“Iya ma,” jawab Ervan.
“Tante Devi akan datang bersama dengan putrinya, kamu masih ingat putrinya yang bernama Alena,” ucap Lina.
“Udah lupa,” ucap Ervan.
“Kamu nggak ada yang ingat sama sekali,” ucap Lina kesal.
Ervan hanya diam dan sedikit menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ervan benar-benar tidak mengingat Alena yang disebut oleh mamanya tersebut.
“Jadi orang itu harus peka,” ucap Lina yang memukul bahu putranya.
Ervan hanya menganggukkan kepalanya.
“Nanti malam kamu harus ikut makan malam. Alena sudah selesai kuliah kebidanannya, sekarang dia sudah menjadi bidan,” ucap Lina yang tersenyum lebar saat menceritakan hal tersebut.
“Baguslah,” jawab Ervan.
“Ervan, Mama ingin kamu mengenali Alena. Kamu harus mencoba untuk dekat dengan Alena, siapa tahu dia Jodoh kamu,” ucap Lina.
“Iya Ma, aku mau mandi dulu, mau pakai parfum yang wangi, baju kemeja yang rapi supaya nanti Alena suka lihat aku," ucap Ervan yang sedikit tersenyum memandang mamanya.
“Kamu selalu saja seperti ini,” ucap Lina.
“Cinta itu nggak bisa dipaksa ma,” ucap Ervan.
“Bagaimana mungkin kamu bisa cinta Kalau kamu enggak buka hati,” ucap Lina.
“Hati Aku selalu terbuka ma, hanya saja tidak ada yang berhasil mengetuknya dan masuk ke dalam hati aku," ucap Ervan yang sudah mulai frustasi. Disaat dia tidak merasa tertarik dengan wanita yang selama ini kenalkan mamanya untuknya.
Lina hanya diam Memandang putranya. Lina tidak ada bosan-bosannya berusaha untuk mencarikan calon istri untuk putranya.
“Aku mandi dulu ma,” ucap Ervan.
Lina menganggukkan kepalanya dan memandang putranya yang berlalu di hadapannya. Lina sudah tidak bisa menghitung, entah berapa kali ia mencari putranya calon istri yang selalu ditolak putranya dengan berbagai alasan.
****
“Masuk,” ucap Ervan yang berada di dalam kamarnya.
“Selamat malam den Ervan. Nyonya besar meminta aden untuk turun kebawah, karena sudah ditunggu sama tuan besar dan nyonya besar untuk makan malam bersama,” ucap pelayannya.
Ervan menganggukkan kepalanya, “tamunya udah dating,” ucapnya.
“Sudah den,” ucap bik Surti
“Bik Sur apa yang ceweknya cantik,” tanyanya.
“Cantik Tuan tapi sedikit gendut. Wajahnya juga cantik karena make up. Kalau tidak dandanan menurut bibi orangnya tidak cantik,” ucap Surti.
Ervan menganggukkan kepalanya.
“Kalau untuk den Ervan menurut bibik nggak sesuai,” ucapnya yang mengecilkan suaranya.
Ervan tertawa saat mendengar ucapan pelayannya yang sudah bekerja dengan keluarganya sekitar 20 tahun.
“Setiap kali bik Surti mengatakan hal seperti itu, aku langsung nggak tertarik sama orangnya,” ucap Ervan.
“Bibi yakin den Ervan bisa mendapatkan istri yang jauh lebih baik. Walaupun den Ervan belum menemukannya, tapi jangan asal dapat jugalah,” ucap bik Surti.
Ervan tertawa lepas saat mendengar ucapan pelayannya tersebut. “Andaikan Mama seperti buk surti, bisa merdeka hidup saya bik,” ucapnya.
Bik surti tertawa mendengar ucapan ervan. Bik surti sudah sangat dekat dengan anak majikannya sehingga mereka tidak ada rasa segan untuk berbicara.
“Tuan muda harus sabar dan juga usaha agar bisa mendapatkan yang Lebih baik,” ucap bik Surti memberikan saran.
Ervan begitu sangat senang ketika mendengar ucapan kepala pelayannya tersebut. “Terima kasih,” ucapnya yang memeluk tubuh wanita yang yang jauh lebih rendah darinya.
“Iya den sekarang yang kita turun, Aden sudah ditungguin di bawah, nggak enak sama tamu,” ucap Surti.
“Oke deh,” ucapnya.
“Aden apa nggak ganti baju,” ucap Surti yang melihat Ervan yang akan keluar dari kamarnya.
“Nggak lagi, orangnya tapi nggak cocok,” ucap Ervan yang sedikit tertawa. Ervan hanya memakai kaos berkerah dan celana jeans pendek selutut.
****
Erpan duduk di sebelah papanya.
“Tante gak nyangka ternyata Ervan sekarang ganteng sekali,” ucap Dewi.
Ervan tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “Terima kasih tante,” ucapnya.
“Ini anaknya Tante Dewi namanya Alena,” ucap Rina memperkenalkan gadis yang duduk di sebelah temannya tersebut.
“Saya Ervan,” ucap Ervan.
Alena tersenyum memandangnya, “Alena,” ucapnya.
“Anaknya Tante Dewi sudah tamat kuliahnya sekarang sudah jadi bidan,” ucap Lina.
“Iya ma tadi sudah dikasih tahu,” ucap Ervan.
Lina membesarkan matanya ketika mendengar ucapan putranya.
“Ayo kita makan, nanti untuk perkenalan biarkan saja anak-anak kita beri kesempatan,” ucap Reza mengajak tamunya untuk mencicipi hidangan makan malamnya.
“Benar,” ucap Aman papanya Alena.
Ervan hanya diam saat menikmati makan malamnya. Ervan hanya memandang sekilas gadis yang duduk di depannya. Seperti yang diucapkan kepala pelayan itu, memang benar tubuh gadis itu terlihat lebih gendut. Pipinya juga bulat. Bila tidak di make up tampak wajah Gadis itu mungkin tidak cantik. Membayangkan itu saja pria itu sudah tidak tertarik.
