Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 4. Firman & Derlin

Bayu tersenyum saat mendengar ucapan putrinya. “Aby kirain sudah ada yang ngajak ta’aruf," ucapnya.

Derlin hanya diam saat mendengar ucapan Abynya.

"Ada by, hanya saja Derlin nolak,” ucap Erika.

Darlin memandang Erika dengan membesarkan matanya.

“Enggak benar by,” ucapnya.

Rahma tersenyum memandang putrinya.

“Umi nggak percaya kalau ada yang ngajak ta’aruf sama Derlin,” ucapnya.

“Ada Mi, nanti dia bakalan datang ke sini. Umi akan lihat sendiri,” ucap Erika sambil tersenyum.

“Darlin belum mau nikah Mi. Umur Derlin baru 22 tahun. Derlin masih mau kerja dulu dan dekat sama Umi dan Abi. Derlin masih pengen di rumah,” ucapnya.

Bayu dan juga Rahma tersenyum memandang putrinya.

“Jadi Erika masih tinggal di sini,” tanya Rahma.

Erika sedikit tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Ika masih harus selesaikan satu semester lagi Umi,” ucapnya.

“Iya Umi tahu Erika  memang jadwal kuliahnya jauh lebih lama,” ucap Rahma.

“Iya Mi nanti setelah selesai satu semester lagi dan juga skripsi, kemudian wisuda. Ika lanjut koas 2 tahun,” ucapnya.

“Iya, nggak apa-apa yang penting nanti tamat langsung pulang,” ucap Rahma.

“Iyalah mi Erika langsung pulang, Abang Azzamnya juga nantikan langsung pulang juga gitu tamat S2nya,” ucap Derlin.

Erika hanya tersenyum saat mendengar ucapan sahabatnya.

"Assalamu’alaikum,” ucap seorang pria yang berdiri di ambang pintu.

“Wa’alaikum salam,” jawab Bayu dan yang lainnya.

“Itu dia mi, cowok yang ngajak Derlin untuk ta'aruf,”  ucap Erika yang berbisik ditelinga Rahma.

“Cakep," ucap Rahma.

“Mi, Derlin belum mau nikah mi. Dia bakalan perginya jauh mi kasihan Derlin. Derling masih pengen dekat umi dan aby,” ucap Derlin yang berbisik ditelinga uminya.

Rahma tersenyum mendengar ucapan putrinya.

Bayu dan juga Rahma keluar dari dalam kos-kosan putrinya, mereka duduk di teras, berhubung di dalam kos-kosan punya peraturan tidak dibolehkan laki-laki masuk terkecuali keluarga dekat.

“Assalamu’alaikum pak, kenalkan nama saya Firman," ucap Firman saat menyalami tangan Bayu.

“Wa’alaikum salam nak,  Bapak Abynya Derlin,” ucap Bayu.

“Firman Bu," ucap Firman yang  menangkupkan Kedua telapak tangannya di dadanya.

"Jadi anak Firman satu kampus dengan Darlin,” tanya Bayu yang tersenyum memandang pemuda yang berwajah manis didepannya.

“Saya satu tingkat di atas Derlin Abi,” ucapnya.

“Nak Firman apa asli Bandung,” tanya Bayu.

“Ya Abi, saya asli Bandung,” jawabnya.

Bayu menganggukkan kepalanya saat mendengar  keterangan dari pria tersebut.

“Saya akan berangkat ke Kalimantan by dua minggu lagi, dan nanti bilang saya sudah kembali dari Kalimantan, bila boleh saya ingin datang ke rumah,” ucap Firman.

“Tentu saja boleh,” jawab Bayu.

Firman sedikit melirik kearah Derlin yang hanya duduk diam di samping uminya.

“Kenapa jauh sekali kerjanya ke Kalimantan?" tanya Rahma.

“Kebetulan dapatnya di sana Mi, perusahaan itu langsung meminta dari kampus mahasiswa dengan lulusan nilai terbaik dengan syarat laki-laki, dan kampus merekomendasikan saya,” ucap Firman menjelaskan.

“Nanti di sana apa ikut tes lagi,” tanya Bayu.

“Nggak by, saya sudah langsung diterima. Sayang sudah melengkapi semua syarat-syarat yang diminta oleh perusahaan. Dua minggu lagi saya akan berangkat setelah menyelesaikan masalah ijazah saya disini,” ucap Firman.

“Oh seperti itu,” ucap Bayu.

“Kerja di perusahaan apa nak,” tanya Rahma.

“Batu bara mi,” ucap Bayu.

“Selamat ya nak,  zaman sekarang sulit cari pekerjaan, ini pekerjaannya sudah ada, wajib bener-bener kerja yang benar. Jangan main-main, jangan malas-malas bila di sana,” ucap Rahma memberi nasehat.

“Iya mi, yang namanya kita di tempat orang, mana boleh malas,” ucap Firman.

“Ya kami do’ain semoga rezekinya di sana bagus nak,” ucap Rahma.

“Terima kasih ya Mi,” ucap Firman.

“Nak Firman, Bapak dan Umi akan kembali ke Jakarta bersama dengan Derlin.” ucapnya.

“Iya Abi,  Apa aby dan umi  mau singgah ke rumah saya dulu?” tanya Firman menawarkan.

“Tidak usah nak, aby segan kalau langsung datang besok saja bila ke sini lagi,” ucap Bayu.

“Iya Aby, aby hati-hati di jalan" ucap Firman.

Bayu menganggukkan kepalanya. “Firman nanti juga di sana kerjanya hati-hati,” ucapnya memberi nasehat.

“Iya by, terima kasih by, saya akan selalu hati-hati,” ucap Firman.

“Barang-barangnya mana aja dek, biar abang masukkan ke dalam mobil,” ucap Firman memandang Derlin.

Derlin tersenyum dan menunjukkan kotak-kotak yang berisi buku-buku dan juga barang-barangnya yang belum dimasukkan ke dalam mobil. "Ini Aa," ucap Derlin.

Firman tersenyum dan mengangkat barang-barang yang Derlin ke dalam mobil.

“Aby Permisi nak,” ucap Bayu yang masuk ke dalam mobil.

“Iya Abi,” jawab Firman.

Derlin tersenyum memandang Firman. “Aa Derlin pulang ke Jakarta dulu,” ucapnya.

Firman memandang Derlin. “Aa baru bisa pulang ke sini setelah bekerja selama 6 bulan," ucap Firman. 

“Iya Aa, tempat lokasi kerja Aa jauh nggak mungkinlah pulangnya sering-sering,” ucap Darlin.

“Iya, nanti Aa pasti rindu adek," ucap Firman yang sedikit malu saat mengucapkan kalimat tersebut.

Derlin hanya sedikit tersenyum tanpa menjawab ucapan pria tersebut.

“Nanti di saat Aa pulang ke sini, Adek mau ya terima lamaran Aa,” ucapnya.

Dari memandang pria yang saat ini menatapnya.

“Kata orang kalau pasangan kita itu nggak akan kemana Aa. Walaupun kita sudah mutar ke sana sini,  pasti akan kembali lagi ke pemiliknya,” ucap Derlin.

“Adek gak boleh lari ya, kalau memang jadi istri Aa," ucap Firman yang tersenyum memandang Derlin.  

"Ya mana bisa lari Aa,” ucap Derlin.

"Janji ya gak boleh lari," ucapnya.

“Iya Aa, nanti di sana kerjanya hati-hati. Jangan ingat dari Derlin terus," ucap Derlin yang bercanda.

Firman Tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Ingatnya pas malam,” ucapnya.

“Aa, Derlin pulang ya, aby sama Umi udah nunggu di mobil,” ucap Derlin.

“Hati-hati ya,” ucap firman yang menganggukkan kepalanya. Perpisahan ini terasa begitu sangat berat untuknya.

"Dari tadi di aku berdiri disini dan dianggap obat nyamuk,” ucap Erika.

Derlin tertawa dan menutup mulutnya saat mendengar ucapan sahabatnya tersebut.

“Kenapa nggak bersuara,” ucapnya.

Erika memajukan bibirnya. “Mentang-mentang sudah mau pulang, Derlin kejam,” ucapnya.

Derlin tersenyum dan memeluk sahabatnya. “Nanti Derlin pasti rindu Erika,"ucapnya sambil menangis.

"Aku juga bakal rindu Derlin," ucap Erika.

"Kalian pisahnya dekat aja. Tapi kenapa gayanya berlebihan sekali," ucap Rahma yang membuka kaca jendelanya

Erika dan Derlin tersenyum saat mendengar ucapan uminya.

“Derlin hati-hati," ucap Erika.

Derlin mengangukan kepalanya.

****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel