Chapter 3. Belum Siap Menikah
"Aa katanya tadi mau ngomong. Aa Mau ngomong apa?" tanya Derlin ketika sudah selesai menghabiskan nasi goreng dan juga meminum jeruk hangatnya.
"Aa sudah kerja sekarang," ucap Firman yang memandang Derlin.
Darling tersenyum memandangnya. "Aa hebat, gitu tamat aja udah langsung dipanggil untuk bekerja di perusahaan besar," ucapnya.
“Alhamdulillah rezeki,” ucap Firman.
Firman memandang Derlin. "Aa sudah sanggup untuk menikah dengan adek. Gaji Aa di sana cukup besar. Aa yakin bisa bertanggung jawab terhadap lahir dan batin," ucap Firman. Pria itu berbicara langsung pada inti permasalahannya. Ia juga tidak pandai untuk mengutarakan maksudnya dengan kata-kata yang romantis.
Derlin hanya diam saat mendengar ucapan pria tersebut. Derlin tidak menyangka gurauan yang diucapkan sahabatnya ternyata benar.
“Aa mau kita ta'aruf dan menikah sebelum aa berangkat ke Kalimantan Selatan,” ucapnya Firman lagi.
Derlin masih tidak menjawab ucapan pria tersebut.
“Aa ingin kita menikah sebelum berangkat ke Kalimantan,” ucap Firman. Pria itu akan berangkat ke Kalimantan beberapa Minggu lagi. Firman akan bekerja di PT. Adaro Energy, yang merupakan perusahaan tambang batu bara terbesar yang beroperasi di Indonesia.
Derlin diam saat mendengar ucapan pria itu.
Firman memandang Derlin. "Maaf ya dek bila cara aa seperti ini. Aa juga enggak ada romantis-romantisnya,” ucapnya.
“Iya enggak apa-apa aa, hanya saja Derin belum siap,” ucapnya.
“Belum siap bagaimana,” tanya Firman.
“Derling mau pulang ke Jakarta. Derlin rindu ingin kumpul dengan abi dan juga Umi. Derlin ingin kerja dulu dan nggak mau buru-buru nikah,” ucapnya.
Firman menganggukkan kepalanya. “Aa tahu ini terlalu mendadak, Adek pasti belum ada waktu untuk memikirkan ini. Tapi tidak apa-apa, aa akan menunggu kapan Adek siap,” ucapnya.
“Ya,” jawab Derlin.
”Kita pulang ya,” ucapnya.
Firman menganggukkan kepalanya, “Kapan pulang ke Jakarta,” tanyanya.
“Besok Umi dan Abi akan ke sini,” jawabnya.
“Nanti bila Aby dan umi ke sini, Aa ingin ketemu. Aa bolehkan berkenalan dengan calon mertua," ucapnya.
Derlin tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Kita pulang ya Aa,” ucapnya.
“Boleh,” jawab firman yang berdiri dari duduknya. Firman yang berdiri dari duduknya. Pria itu kemudian berjalan menuju meja kasir dan membayar tagihan makan mereka.
"Kita jalan-jalan sebentar ya Dek,” ucapnya.
“Boleh Aa,” jawab Derlin yang duduk dibelakangnya.
"Kalau udah nikah enak dek,” ucapnya.
“Kenapa,” tanya Derlin.
“Aa bisa megang tangan adek biar tidak kedinginan,” ucapnya.
Derlin yang duduk dibelakangnya hanya tersenyum saat mendengar ucapan pria tersebut. Pria itu begitu sangat baik, sopan dan pintar. Wajahnya juga sangat tampan. Namun Derlin tidak memiliki rasa cinta sedikitpun untuk pria itu. Derlin merasa hati dan cintanya sudah tertutup dan tidak tahu kapan akan terbuka kembali.
Firman menghentikan motornya di pinggir jalan.
“Kenapa berhenti,” tanya Darlin.
Firman memandang Derlin yang duduk di belakangnya, “malam ini dingin,” ucapnya sambil membuka jaket yang dipakainya. Adik pakai jaket Aa," ucap Firman yang memberikan jaket itu ke tangan Derlin. Firman tahu saat ini gadis itu kedinginan.
“Terima kasih ya Aa. Malam ini beneran dingin banget Aa,” ucapnya yang memakai jaket pria tersebut, aroma parfum tanpa alkohol tercium menyegarkan dari jaket milik pria yang duduk di depannya.
Firman kembali menjalankan motornya, “ada yang mau dicari nggak, kita beli,” ucapnya.
Derlin tersenyum ketika mengingat pesanan temannya. “Derlin lupa,” ucapnya.
“Lupa apa,” tanya Firman.
“Tadi Erika minta bungkuskan apa yang Darlin makan,” ucapnya.
“Apa ingin kembali lagi ke nasi goreng brebesnya,” ucap Firman.
“Enggak usaha, kita beli bakso ajalah,” ucap Derlin.
Firman memberhentikan motornya di warung bakso dan membungkus bakso untuk Derlin dan juga Erika.
“Apa mau langsung pulang,” tanya Firman.
“Iya Aa, sudah Malam,” ucap Derlin.
“Sebenarnya Aa mau dekat adek Sampai pagi," ucapnya saat mengingat Gadis itu akan pergi besok.
Derlin tertawa saat mendengar ucapan pria tersebut. “Biar kita ditangkap satpol PP ya Aa," ucapnya.
Firman tertawa mendengar jawaban gadis yang duduk dibelakangnya. Firman mengendarai motornya menuju ke kos-kosan Derlin.
Firman berhenti di depan kosan Derlin. "Ini baksonya,” ucapnya memberikan bungkusan bakso ditangannya.
“Kenapa dua bungkus Aa, mestinya satu aja,” ucap Derlin yang memandang bungkus bakso ditangannya.
“Lagi dingin-dingin gini enak makan yang panas-panas,” ucapnya yang sedikit tersenyum.
“Aa beli juga ya,” ucap Derlin.
Firman tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “udah masuk, udah malam,” ucapnya.
“Ya makasih ya Aa,” jawab Derlin yang akan membuka jaket pria tersebut.
“Untuk Adek aja,” ucap Firman yang kemudian naik ke atas motornya. Firman tersenyum memandang Derlin.
"Hati-hati Aa," ucap Derlin yang memandang pria yang tersenyum dan mengendarai motornya.
Derlin masuk ke dalam kosnya ketika Firman sudah tidak terlihat lagi oleh pandangannya.
“Assalamu’alaikum,” ucap Derlin yang membuka pintu kamarnya.
“Wa’alaikumsalam, kiraain enggak pakai pulang,” ucap Erika.
“Ya pulanglah, emangnya mau tidur di mana?" tanya Darlin yang meletakkan bungkusan bakso di atas meja belajar yang ada di kamar mereka.
“Aku tuh dah kelaparan nunggu sejak tadi," ucap Erika yang berbaring di atas tempat tidur. Erika duduk dan mengambil bakso yang di atas meja.
"Tadi Aa Firman ngajak jalan dulu,” ucap Derlin.
“Jadi ta’arufnya? Sudah pakai jaket Aa Firman nih," ucap Erika yang memandang sahabatnya.
“Enggak,” jawab Derlin.
“Kenapa,” tanya Erika.
“Aku belum kepikiran mau nikah, aku mau ngerasain bermanja-manja dengan Umi dan juga Abi dan kemudian kerja,” ucapnya.
“Apa benar itu alasannya? Bukan karena masih ada rasa cinta untuk yang lain?" ucap Erika yang membuka bungkusan baksonya.
Derlin hanya diam saat mendengar pertanyaan sahabatnya.
“Coba buka hati,” ucap Erika.
“Hatinya sudah dibuka besar-besar tapi tetap juga Rasanya nggak rasa,"ucap Derlin.
Erika hanya diam dan kemudian memakan bakso.
****
Derling sudah bersiap-siap akan kembali ke Jakarta. Umi dan Abinya juga sudah berada dikos-kosannya.
"Siapa yang ingin ketemu sama aby dan umi,” ucap Rahma saat putrinya mengatakan ada yang ingin berjumpa dengannya.
"Ada yang ngajakin Derlin ta'aruf mi," ucap Erika yang duduk di samping Derlin.
Derlin membesarkan matanya memandang Erika.
“Siapa,” tanya uminya.
“Namanya Aa Firman Mi,” ucap Derlin.
Bayu memandang putrinya, |apa Derlin sudah punya calon suami,” tanyanya.
Derlin menggelengkan kepalanya. “Nggak by, Derlin belum minat untuk nikah. Derlin mau kerja dulu dan juga lepasin rindu sama aby dan umi,” ucap Derlin yang tersenyum memandang Abynya.
Bayu Tersenyum saat mendengar ucapan putri nya. “Aby kirain sudah ada yang ngajak ta’aruf," ucapnya.
Derlin hanya diam saat mendengar ucapan Abynya.
****
