Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5. Bertemu Dengan Mantan

Keesokan Harinya, Rafael membawa Alisya ke sebuah toko perhiasan yang sangat mewah dan elit. Saat mereka memasuki toko perhiasan berlian itu, semua manager dan pramuniaga mulai menyapa dan menghampiri CEO yang sangat terkenal di kalangan pebisnis.

"Selamat siang, tuan Rafael. Suatu kehormatan bagi kami saat anda mengunjungi toko perhiasan kami," sapa sang manager sembari membungkukan badan. Pria tampan yang bersikap dingin itu hanya mengangguk sebagai sahutan dari sapaan sang manager dan beberapa pramuniaga toko.

"Wah! Pria itu tampan sekali," bisik semua pramuniaga. Mereka menatap Rafael dengan kedua bola mata yang berbinar-binar penuh kekaguman.

Rafael mulai berjalan dan menatap semua perhiasan yang ada di dalam etalase.

"Keluarkan cincin terbaik dan termahal untuk istri ku," titah-nya dengan raut wajah yang dingin. Semua pramuniaga mulai menyodorkan beberapa model limited edition pada Rafael.

"Silahkan tuan, ini adalah produk terbaik limited edition di toko perhiasan kami," ucap sang pramuniaga menyodorkan beberapa macam cincin berlian limited edition. Rafael mulai melihat semua cincin ia mencari cincin yang cocok untuk Alisya. Pria tampan itu memilih sebuah cincin berlian yang sangat mahal dengan edisi terbatas di dunia, cincin berlian bermata merah.

"Alisya! Kemarilah, coba cincin berlian ini," panggil Rafael. Alisya hanya terdiam mematung, suasana di antara keduanya sangat cangung, wajah keduanya memerah saat mereka berjalan bersama.

"Silahkan tuan, ini adalah produk terbaik di toko kami, ini adalah produk Limited edition hanya ada dua barang di dunia, di rancang khusus oleh Desainer ternama di Amerika, harganya seratus juta dollar," jelas sang pramuniaga.

Rafael mengambil benda mungil yang indah dan berkilau, tangannya mulai menyematkan cincin berlian itu di jari manis Alisya.

Deg!!!

Jantung Alisya berdegup kencang, meskipun Rafael bukan pria yang pertama kali ia cintai, tetapi entah mengapa jantung Alisya memompa dua kali lebih cepat dari biasanya, wajah Alisya memerah merona.

"Wah!! Cincin berlian ini sangat indah sekali," Alisya menatap kagum benda yang bersinar yang kini melingkar di jemarinya. Rafael terpukau saat melihat senyuman manis dan imut yang terpancar di wajah Alisya.

"Senyuman di wajahnya imut sekali," gumam Rafael dalam hati. Melihat Alisya yang begitu senang, Rafael mengeluarkan sebuah black card lalu memberikannya kepada kasir.

"Tuan, harga cincin ini 100 juta dollar, apa anda yakin akan membayar-nya?'

"Iya! Debit," jawab Rafael dengan nada datar-nya.

Setelah melakukan transaksi pembayaran, kini Rafael dan Alisya pergi meninggalkan toko perhiasan.

Alisya yang tak henti-hentinya menatap cincin di jari manisnya, hingga tak terasa mereka sampai di sebuah parkiran.

Rafael yang sudah siap untuk mengemudikan mobil, ia menyuruh Alisya untuk duduk di sampingnya.

Gadis cantik itu terpaksa menuruti perintah Rafael, tanpa memprotesnya.

"Rafael! Seharusnya kamu tidak usah membeli cincin yang harganya 100 juta dollar menurut ku ini terlalu boros," ucap Alisya. Ia menatap wajah Rafael yang fokus menyetir.

"Bagi ku itu tidak masalah, kau adalah istri ku sudah sewajarnya aku membelikan mu."

"Istri? bukankah ini hanya sebuah kerja sama saja, kenapa kamu begitu serius?"

*****

Di sisi lain, Gia dan Axcel berjalan bersama menuju toko perhiasan. Tak sengaja sepintas Gia melihat Alisya berada di dalam mobil mewah.

"Eh! Sepertinya tadi aku melihat Alisya berada di dalam mobil,' gumam Gia.

"Gia! Kamu kenapa sayang?" tanya Axcel menggandeng bahu Gia.

"Aku tadi seperti melihat Alisya di dalam mobil," jawab Gia, ia diam dan mengengok kembali ke arah belakang.

"Gia, sudahlah aku tidak mau mendengar nama wanita yang menyebalkan itu," umpat Axcel. Gia mengangguk senyuman menyeringai pun terpancar di wajahnya.

"Alisya! Sekarang pria yang sangat kau cintai pun telah membenci mu, sekarang kau bukan lawan ku," batin Gia yang senang dengan penuh kemenangan.

Axcel mengandeng erat tangan Gia, ia mengajak wanita pilihannya masuk ke toko perhiasan yang sangat besar dan mewah.

Setelah sampai di Mall, toko perhiasan terbesar dan termahal, semua para pramuniaga toko masih ramai membicarakan Rafael dan Alisya, karena telah membeli produk perhiasan termahal di toko mereka.

Tanpa mereka sadari Gia dan Axcel yang sudah berdiri di belakang mereka, hingga membuat keduanya di abaikan.

"Uhuk..uhuk! Cincin yang di rancang oleh desainer terkenal itu, coba mana tunjukan padaku,"pinta Gia dengan penuh kepercaya dirian-nya.

"Eh, Nona Gia dan tuan Axcel. Cincin berlian berwarna merah itu telah terjual barusan, silahkan pilih model yang lain" tawar pramuniaga toko.

"Apa! Sudah terjual," pekik Gia. Ia sangat marah hingga tubuhnya gemetar, Axcel sedikit lega karena cincin itu telah terjual.

"Hee, baguslah. Untung saja cincin itu terjual habis, setidaknya aku tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk dia, karena menurut ku hanya Nona besar seperti Alisya yang pantas memakai-nya, bukan perempuan seperti Gia," gerutu Axcel dalam hati.

"Ini semua gara-gara kau yang sudah lambat datang ke sini," bentak Gia pada Axcel. Karena rasa penasarannya kini Gia menayakan siapa pembeli cincin berlian yang sangat ia idamkan.

"Kalau boleh tahu, siapa orang yang sudah berani mengambil cincin berlian itu dari ku?" tanya Gia yang begitu kesal.

"Dia adalah wanita yang seminggu lalu berkunjung ke sini dengan anda, dia di belikan oleh suaminya," jelas Pramuniaga itu.

Deg!!!

Gia sangat kaget saat mengetahui Alisya yang telah memiliki cincin berlian yang dia inginkan.

******

Jam 9 malam Alisya pergi ke sebuah bar, ia sengaja pergi ke sana untuk menemui sahabat terbaiknya Andre. Sesampainya di sana Alisya duduk berdampingan bersama dengan Andre.

"Kamu serius sudah menikah?" tanya Andre yang begitu penasaran.

"Surat nikah dan cincin pernikahan ini apa masih belum cukup untuk membuktikan-nya, sahabat ku sayang ayo ucapkan selamat padaku," ujar Alisya menyodorkan jari manis memperlihatkan cincin berlian bermata merah sebagai cincin pernikahan.

Andre menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkan-nya pelan.

"Kau bersemangat sekali menikahi pria tua itu," cibir Andre.

Kedua bola mata Alisya terbelalak, saat Andre mengatakan Rafael sebagai pria tua, tawa kecil pun menghiasi wajah Alisya. "Hahah, pria tua kalau jika Rafael tahun dia di bilang tua entah apa yang akan di lakukan," batin Alisya.

Di sisi lain, ketika Axcel masuk ke dalam bar, tak sengaja ia melihat mantan pacarnya Alisya yang tengah duduk bersama dengan Andre.

"Alisya! dia mengobrol sambil minum dengan Andre, ternyata dunia itu begitu sempit ya," gumam Axcel.

Beberapa menit kemudian, Alisya pamit pergi ke toilet pada Andre. Karena terlalu banyak minum, wanita cantik itu pun merasa pusing dan tidak enak badan, setelah selesai kini Alisya keluar dari ruangan,tampak seorang pria yang telah berdiri menunggu-nya.

"Cha-cha," panggil pria itu. Alisya pun memutar badan ia sangat kaget.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel