Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Kau Hanya Milikku

"Menjauhlah dari ku, ekspresi wajahmu sangat biasa, apa kamu seorang Playboy?" tanya Alisya, Menatap tajam pada Rafael.

CEO tampan itu pun terdiam. Dia tidak mengerti maksud dari perkataan Alisya.

"Playboy?" tatap Rafael yang penuh kebingungan, Ia menggeser tubuhnya dan mendekati Alisya.

Rafael memegang dagu lancip Alisya dan menatap, jarak mereka begitu dekat hingga tak menyisakan ruang di antara keduanya. "Jika kamu tidak memilih aku, kamu akan memilih siapa? Axcel atau Andre?" Rafael berbisik hingga membuat wajah Alisya memerah.

Deg!!

Alisya sangat terkejut ia menghela nafas panjangnya dan mencoba untuk percaya pada Rafael.

"Baik! aku percaya padamu, tetapi aku mempunyai tiga syarat," Alisya terpaksa menyetujui apa yang telah di tawaran Rafael padanya.

"Katakan apa syaratnya?"

"Ke satu, kamu tidak boleh menyentuh tanpa seijin ku, kedua aku tidak ingin kamu membawa pulang wanita jalang ke rumah, dan ketiga ketika kita sedang berada di luar, anggap saja kita saling mengenal," jelas Alisya sembari menyilangkan kedua tangan di dadanya.

"Kau bilang tadi aku tidak boleh berhubungan dengan wanita jalang dengan kedudukan dan kekuasaan ku saat ini?" tanya Rafael yang belum mengerti sepenuhnya apa yang di katakan oleh Alisya.

"Iya, memangnya kenapa? Apa kau keberatan?" tanya Alisya untuk yang kedua kalinya. Rafael menggeleng ia menyetujui 3 syarat yang di berikan oleh Alisya padanya.

"Baik aku setuju dengan ke tiga syaratmu, tetapi aku juga mempunyai syarat juga untukmu, aku tidak ingin mempunyai wanita yang kehidupannya berantakkan," bisik Rafael dengan senyuman menyeringai yang terpancar di wajahnya.

Deg!!!

Alisya menelan salivanya, lalu ia menyetujui syarat yang di lontarkan oleh Rafael. Kini mereka berdua melakukan tos, sebagai tanda sepakat di antara keduanya.

**********

Setelah satu jam Rafael membawa Alisya ke rumahnya, Alisya hanya terdiam mematung saat melihat Bangunan mewah dan besar di dominasi warna putih dan abu-abu yang berlantaikan tiga tingkat.

"Wah! rumah mewah yang di lapisi lsngit-langit yang di dasari bahan emas," gumam Alisya yang menatap takjub dan kagum melebihi kemewahaan rumah lamanya, saat mengetahui rumah pria yang menurutnya sangat menyebalkan.

Tampak seorang wanita paruh baya yang berjalan menghampiri Rafael dan Alisya.

"Selamat sore tuan, saya sudah mempersiapkan dan membereskan kamar yang Anda minta untuk Nona," jelas bi Hanum sembari membungkukan badannya dengan senyuman ramah yang terpancar di wajahnya.

Rafael hanya mengangguk, ia mengajak Alisya naik ke lantai dua untuk memperlihatkan kamar untuknya.

"Bibi terima kasih," ujar Alisya membungkukan badan-nya. Bi Hanum mengangguk. "Nona tidak usah sungkan ,"wanita paruh baya itu begitu senang dan bahagia ketika melihat tuan muda-nya membawa pulang seorang wanita.

"Gadis itu sangat cantik dan juga sopan, apa mereka sepasang kekasih? Jika itu benar aku sangat senang karena tuan terlihat sangat serasi dengan gadis tadi," puji bi Hanum, ia tak henti-henti melihat Rafael dan Alisya dari belakang, saat keduanya menaiki tangga.

Setelah berjalan melewati beberapa tangga, kini Rafael membuka kamar lantai dua.

Klek

Setelah pintu terbuka, Alisya mengikuti Rafael masuk ke dalam kamar yang telah di persiapkan untuknya.

"Wah! Kamar ini sangat mewah dan besar sekali, melabihi villla ku, ini sangat bagus dengan keadaanku yang sekarang, yang sudah tidak mempunyai apa-apa lagi," lirih Alisya, sambil menyentuh sebuah kasur yang sangat mewah dan besar dengan ranjang yang di lapisi bahan emas.

"Villa mu yang dulu akan segera di renovasi, sekali-kali kita akan pergi kesana," ujar Rafael. Alisya yang tidak terlalu menghiraukan perkataan Rafael. Rafael yang sangat kesal ketika melihat Alisya yang tidak memperdulikan . Perlahan Rafael meraih tangan mungil Alisya dan memdaratkan di dada bidangnya.

Deg!!!

Tubuh Alisya mulai bergetar, ia begitu sangat gugup.

"Mulai sekarang kamar ini menjadi milikmu, dan ingat yang kamu punya hanyalah aku seorang, dan ini dua kartu yang khusus untukmu, kamu gunakan lah untuk membeli apa yang kamu inginkan." Perintah Rafael dengan wajah yang tidak ingin di bantah.

"Tetapi di hati ku tidak ada dirimu Rafael," lirih Alisya. Rafael hanya terdiam mematung.

"Di rumah tidak ada uang tunai, jadi ambillah kedua kartu ini. Kamu boleh membelanjakannya,"jelas Rafael.

Setelah Alisya mengambil kedua kartu tanpa batas itu, ia melihat lebih teliti dari jarak dekat kedua kartun tanpa batas limit.

"Kartu tanpa batas limit, sepertinya pria ini bukanlah orang biasa," gumam Alisya dalam batin.

*******

Malam semakin larut, kini Alisya berdiri di balkon kamar, ia menatap langit malam yang gelap tidak berbintang seperti biasanya.

"Hiks...hiks.." tangis Alisya.

Gadis cantik itu pun menagis tersedu-sedu, ketika dirinya mengingat apa yang telah terjadi pada keluarga-nya, yang telah hancur dalam sekejap karena perbuatan Axcel dan juga Gia, kedua orang yang sangat dia sayangi yang teganya mengkhianati kepercayaan-nya.

Rafael yang berjalan menuju kamarnya tak sengaja dia mendengar suara tangisan di dalam kamar Alisya, ia sangat khawatir tanpa ragu Rafael membuka pintu kamar Alisya.

Setelah di dalam kamar Rafael melihat Alisya yang sedang berdiri di balkon kamarnya, yang kini sedang menangis tersedu-sedu, langkah demi langkah Rafael lalui, ia memeluk pinggang ramping Alisya dari belakang.

Deg!!!

"Kenapa kamu menangis?" tanya Rafael yang begitu cemas. Alisya yang sedang bersedih dia tidak menghiraukan pertanyaan yang di lemparkan padanya oleh Rafael, Malah Alisya menagis semakin keras.

Rafael memutar badan Alisya hingga mengahadap pada dirinya, melihat air mata yang mangalir deras di kedua pelupuk mata Alisya yang kini membasahi wajah cantiknya. Dengan lembutnya kedua tangan, CEO tampan itu menghapus air mata Alisya dengan sangat lembut dan pelan.

"Hanya sekali saja kamu menagis jangan ada air mata lagi, apa gunannya menangis?"

"K-kamu untuk apa kamu datang kemari, hal memalukan seperti itu pun harus terlihat oleh mu, Hiks..hiks.." tangis Alisya.

"Berhentilah untuk menangis, itu tidak ada gunanya."

"Atas dasar Apa aku harus menuruti perkataan mu," Alisya memukul kecil dada bidang Rafael, Rafael memeluk erat tubuh Alisya dan ia berusaha untuk menenangkan dan menghibur Alisya.

Gadis cantik itu pun berhenti sejenak, ia meminta wine pada Rafael untuk menghilangkan rasa sedih dan sakit hati setelah apa yang telah ia alami beberapa hari ini, yang tidak mudah untuk di terima dan di jalani oleh Alisya.

Setelah Rafael membawakan wine untuk Alisya, kini dengan legukan yang cepat pun Alisya menghabiskan beberapa gelas untukenghilangkan rasa sedih yang menyelimuti dirinya.

"Berikan lagi anggur merah-nya padaku," pinta Alisya. Rafael menolak dan menyuruh Alisya untuk berhenti minum.

"Cukup! Kamu tidak boleh minum lagi," tegur Rafael. Alisya yang tidak ingin mendengarkan teguran Rafael ia merengek hingga membuat tubuhnya terhuyung. Tanpa berpikir lagi Rafael memopong tubuh mungil Alisya dan membawanya ke kamar mandi.

BRAAAAKK!!

"Akkkh! Rafael kenapa kamu malah membawa ku kesini!" teriak Alisya.

"We take a bath together dear!" ujar Rafael dengan senyuman yang menyeringai di wajahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel