
Ringkasan
Dikhianati pacar berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, membuat hati Alisya Putri hancur, bahkan ia juga harus menelan pil pahit di tinggalkan ayah dan nenek kesayangannya untuk selama-lamanya. Karena tidak sanggup menjalani hidup dalam keputusasaan membuat Alisya gelap mata, dan mencoba untuk mengakhiri hidup dengan cara melompat ke bawah jembatan. Namun tiba-tiba saja seorang pria tampan yang berprofesi sebagai CEO perusahaan ternama menghampiri, dan segera menahan pingang Alisya. "Jangan berbuat hal bodoh, mulai malam ini, aku bersedia membantumu untuk balas dendam atas penderitaanmu, asalkan kau menerima satu syarat dariku, jadilah wanitaku," ucap pria itu menawarkan. Akankah Alisya Putri menerima tawaran dari pria itu? atau malah sebaliknya? Yuk simak.
Bab 1. One Night Stand
Di sebuah Hotel, Alisya berjalan terhuyung ia memasuki sebuah kamar VIP no 42. Rasa sakit kepala dan rasa badan yang begitu lemas membuatnya kehilangan setengah kesadaran dirinya.
"Akh! Kepalaku kenapa pusing dan berat sekali padahal aku hanya meminum satu gelas," rintih Alisya. Ia berjalan tertatih-tatih memasuki sebuah ruangan yang berisi ranjang dengan ukuran king size serta beberapa pasilitas yang mewah.
Tampak seorang pria yang bertubuh sixpack di baluti kimono tidurnya, ia terduduk di sofa dengan kedua kaki yang menyilang, sembari meminum segelas anggur merah. ketika melihat Alisya berjalan mendekatinya, pria itu pun menatapnya dengan tatapan tajam.
"Siapa kau? sekarang juga cepat keluar!" ujar-nya menujuk ke arah pintu.
Alisya yang sedang berjalan pun tersentak lalu langkah kakinya terhenti, ia menatap pria yang ada di depannya. "Ah, ternyata ada seseorang," gumam Alisya dalam hati, ketika Alisya berjalan satu langkah mendekat pada pria itu tiba-tiba Kakinya terpeleset hingga membuat tubuhnya terjatuh ke lantai.
"Akkkkhhhh," teriak Alisya.
Pria berparas tampan itu pun bangkit dari duduknya, ia berjalan menghampiri Alisya. "Apa kau sudah gila, 85 persen orang selalu meninggal karena mabuk dan terjatuh!" bentaknya dengan nada tinggi. Alisya yang terjatuh pun perlahan ia berusaha mencoba berdiri kembali.
"Kau seorang pelayan kan, sudah jangan banyak bicara lagi, aku ke sini ingin minum, berikan aku segelas air!" ujar Alisya yang sedang mabuk.
Deg!!
Pria itu mengerutkan alisnya, ketika mendengar wanita yang tiba-tiba masuk ke kamar dan memerintahnya dengan seenak hati. Ia berdiri dan menatap Alisya dengan jarak yang sangat dekat.
"Siapa pria ini, tatapannya begitu dingin?"tanya Alisya dalam hati.
"Aku ingin segelas air, kau seorang pelayan kan? Cepat berikan sekarang tubuhku sangat panas dan tidak nyaman!" Perintah Alisya telak.
Pria itu sangat marah, emosi dalam dirinya semakin meluap, ia bangun dari duduknya dan mengeratkan tangannya.
Lalu menarik dan mencengkram tangan mungil Alisya.
BRAAAKKK!!!
"Akkkkh," rintih Alisya. Ia meringis kesakitan saat tubuhnya terhempaskan di atas ranjang oleh pria itu, Alisya untuk bangun lalu terduduk bersandar. Senyuman menyeringai pun terpancar di wajah pria tampan, ia merangkak ke atas ranjang mendekati Alisya lalu tangannya memegang erat dagu gadis cantik yang sedang mabuk.
"Kamu!berani sekali, baru kali ini ada seorang wanita yang berani memerintahku, cepat katakan! siapa yang mengutusmu untuk masuk ke kamar ku?dari mana kau tahu bahwa aku akan tiba di kota ini?" ujarnya yang terus mengintrogasi Alisya dengan beberapa pertanyaan yang di lemparkan olehnya pada Alisya.
"Bukan urusanmu!" Alisya mendorong dada bidang pria yang ada di depannya.
BRUUUkk!!
Tubuh pria itu terlentang di atas kasur yang berukuran king size, ia sangat terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Alisya padanya. Kedua bola mata pria itu membulat. "Wanita ini!"
"K-kau harusnya menolongku, ini adalah perintah! Hah..hah.." ucap Alisya dengan nafas yang beraturan. Senyuman menyeringai pun terpancar di wajah pria itu saat melihat belahan gunung kembar Alisya yang tampak putih mulus yang mengembang kempis di depan pandangannya.
"Ku akui kau memang menawan, baiklah sini aku akan menyelamatkan mu."
*****
Sepuluh menit kemudian, setelah membuka paksa pakaian Alisya, kini tampak dua kimono, dengan bra dan sebuah kain segitiga yang berserakan di bawah lantai. Alisya berusaha meronta saat berada di bawah kukungan tubuh pria asing yang kini berada di dalam satu ruangan dengannya.
"Aaaaahhhh, bajingan mana yang berani menyakitiku," jerit Alisya. Ia meringis kesakitan saat sesuatu yang telah menerobos bagian intim-nya. Senyuman menyeringai yang penuh kemenangan itu pun kembali lagi terpancar di wajah pria yang begitu asing bagi Alisya.
"Apakah kamu baru pertama kali melakukannya?" bisik pria itu pada telinga Alisnya.
"Akkh, sialan!" air mata pun lolos terjatuh, saat tubuh Alisya lemas tak berdaya karena pengaruh obat.
"Heh! ini semakin menarik," ujar Pria itu, ia kembali melanjutkan aksinya dengan sangat rakusnya pria itu mencium bibir Alisya hingga membuatnya sesak untuk bernafas, lagi-lagi ia menghentakkan tubuhnya lebih cepat.
"Ah! Ukh, Your body is so delicios!"
******
Kedua gelas anggur merah saling beradu, saat Gia dan Axcel bersulang dengan rencana mereka yang telah berhasil.
"Gia! Kau kucing yang serakah, setelah memasukan obat pada minuman teman baik mu Alisya, kau juga memasukan dirinya ke kamar orang lain," Axcel sungguh tidak menyangka bahwa Gia akan tega melakukan semua itu pada Alisya pacarnya.
"Siapa teman baik Alisya? bukankah obat itu kau yang memberikannya sendiri padaku," ucap Gia, jemari-nya meraba dada bidang Axcel. Axcel hanya bisa menggeleng ia tidak menyangka dengan sikap Gia yang kejam pada Alisya.
"Bahkan aku sebagai pacarnya saja belum mendapatkan tubuh Alisya, tetapi kamu malah sudah memberikannya kepada orang lain."
"Meskipun yang untung itu orang lain, tetapi aku tidak akan rela jika ka Axcel mendapatkannya."
"Aku tidak menyangka, bahwa kau akan sekejam ini pada temanmu."
Kedua pasang mata itu pun saling menatap, tanpa ragu Gia mencium bibir Axcel, yang tak lain adalah tunangan sahabatnya sendiri, mereka pun menikmati permainan lidahnya, di sebuah Bar yang cukup ramai oleh pengunjung.
******
Jam 6 pagi, matahari terbit menyinari dan menembus gordeng jendela.
"Aduh, dingin sekali," rintih Alisya. Perlahan ia membuka kedua pelupuk matanya, Alisya sangat terkejut ketika melihat tubuh polosnya tanpa tertutup sehelai kain dan ia pun memandang sekeliling ruang mewah hotel itu.
"Hah, ternyata selimutnya jatuh," Alisya meraih selimut yang berwarna putih lalu menutupi tubuh polosnya, lagi-lagi Alisya terkejut saat melihat semua pakaiannya berserakan di bawah lantai, air mata pun lolos terjatuh di kedua pelupuk matanya.
"Apa yang sudah terjadi, kenapa aku berada di sini? kenapa tubuhku terasa sakit sekali, kenapa aku tidak ingat sama sekali," Alisya berusaha mengingat apa yang sudah terjadi semalam padanya.
"Aakkh, tunggu. Bukankah semalam Gia yang memapahku dan aku melihat seorang pria lalu..., tidak!" teriak Alisya.
terlintas dalam ingatannya bahwa ia semalam telah melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan dengan seorang pria asing yang tidak ia kenal.
"Akkh, tidak. Bagaimana ini? bagaimana jika Axcel mengetahui ini semua, dia pasti akan kecewa padaku, Hiks...hiks.."
Alisya menangis ketika melihat sekujur tubuhnya yang di hiasi lebam-lebam berwarna merah, ia tidak tahu harus bilang apa pada pacarnya Axcel dengan apa yang telah ia alami. Alisya menghapus air mata yang mengalir deras membasahi wajahnya.
"Aku harus segera pergi dari sini."
Alisya beranjak dari tempat tidur, ia sangat terkejut saat melihat noda merah yang menempel di atas sprei.
"Ini! Hiks..hiks.."
