CANDAAN GADIS KECIL
Lara menghempaskan tangan Paloma yang dengan sengaja menancapkan kuku panjangnya di lengannya. Sepatu hak tinggi yang dipakai Paloma, mengganggu keseimbangannya sehingga gadis itu pun terjatuh di lantai sampai tersungkur.
Sarah melihat lengan Lara sedikit tergores, Dia pun memicingkan matanya seraya berkata, “Dasar ular!”
Mia melihat Lara menjatuhkan Paloma, segera saja ingin menampar Lara. Tapi, Sarah langsung memegang tangan Mia, dan malah mulai mengajaknya bergumul di lantai, “Kalian pikir kalian ini siapa Hah! Putri Diana? Mimpi saja kalian,” ujar Sarah seraya menghempaskan Mia ke lantai juga.
Lara langsung saja melerai. Tapi, malah di tarik oleh Edna sehingga gaun Lara sedikit robek dan semakin memperlihatkan kulit putihnya itu.
Pidato yang sedang berjalan hikmat terhenti karena semua mata memandang ke area pergulatan para gadis itu.
Bruce yang mengenali jika itu adalah Sarah, dia langsung saja berlari ke arah gadis-gadis yang sedang bergulat itu.
“Demi Tuhan Sarah, apa keonaran adalah nama tengahmu. Mengapa selalu mencari masalah!” hardik marah Bruce Wayne.
Rupa Sarah dan Lara benar-benar berantakan kacau, Paloma, Mia dan Edna juga sama kacaunya. Bruce langsung saja menarik kasar tangan Sarah, “Pulang!” ujarnya dengan marah seraya menarik Sarah.
Lara hanya terdiam memandangi kepergian kawan baiknya itu dengan Kakak sepupunya. Lara pun menerabas ketiga gadis yang suka merundungnya itu, sebelah sepatunya hilang sebelah, dia pun berjalan dengan sedikit terpincang lalu melepaskan sepatunya, bertelanjang kaki. Dia dengan cepat keluar dari Grand ballroom itu.
Menuruni tangga dengan sedikit menangis, di bawah Harry lancester, asisten Will telah menunggu. Lara memperlambat langkahnya seraya berpikir jika ada Harry pasti ada Will. Dia pun berkata, “Apa Tuan ada di sini?”
“Silakan ikuti aku!” jawab Harry.
Lara pun mengikuti langkah asisten nomor satu Will itu dengan sambil menenteng sebelah sepatunya. Harry membukakan pintu, sebelumnya mengambil sepatu Lara dan membuangnya ke tempat sampah. Tuannya itu penyuka kebersihan, jadi mana boleh sembarangan.
Will duduk sambil memijit-mijit pelipisnya namun, tetap menjaga postur tubuhnya, tegap dan percaya diri. Duduk dengan punggung lurus dan bahu tegap semakin menambah Will terlihat lebih maskulin.
Lara duduk di sebelah Will, sambil menahan bahan gaunnya yang sedikit robek. Mengetahui jika gaun yang Lara pakai rusak, dia pun segera melepaskan Jasnya dan melemparnya kepada Lara, “Pakai!” perintahnya.
“Lain kali jika aku melihat kau memakai gaun seperti itu lagi,” aku akan patahkan kedua kakimu!” tambah kata Wlll dengan nada yang terdengar marah.
Lara meletakan jas yang will berikan untuk menutupi kulit putihnya itu. Dia hanya bisa mengingit bibir bawahnya. Pria itu melirik ke tengkuk leher Lara, di sana ada sedikit goresan pendek berwarna merah.
Will memalingkan wajahnya, menatap keluar jendela mobilnya. Sesampainya di kediaman Jenkins, dia langsung keluar dari mobil dan pergi masuk ke dalam tanpa meninggalkan sepatah kata pun kepada Lara.
Melihat itu, Lara pun turun, lalu mulai berjalan ke pintu belakang dapur untuk menuju ke pondoknya, “Oh ya Tuhan apa yang terjadi?” tanya Mary yang tadi ketika di dalam melihat Tuannya datang dengan wajah masam.
“Apa yang kau lakukan, apa kau baru saja membuat Tuan Jenkins marah?”
tanya Mary lagi dengan penasaran.
Lara tidak menjawab, hanya berkata, “Ini Jas milik Tuan,” ujarnya seraya memberikan jas itu kepada Mary.
“Dia Memberikan ini kepadamu?” tanya Mary sedikit bingung.
“Iya,” jawab datar Lara sembari berjalan masuk menuju ke pondoknya.
“Sejak kapan Tuan Jenkins menjadi begitu perhatian kepada Lara,” pikir Mary.
Baru saja merebahkan diri, suara pintu diketuk terdengar, “Hmm...” gumam pelan Lara seraya bangun dari tempat tidurnya.
Lara membuka pintu, dan melihat Mary datang dengan membawa kotak obat, “Aku dengar kau terluka, biarkan aku mengobatimu.”
“Gadis seusiamu mana bisa memiliki bekas luka,” Ujar Mary lagi seraya menarik Lara untuk duduk di kursi.
Mary dengan telaten memberi salep pada luka gores yang ada di kulit Lara sambil berkata, “Apa kau baru saja berkelahi?”
“Tidak aku tidak berkelahi,” jawab Lara sambil sedikit meringis.
“Jika tidak berkelahi, lalu dari mana luka ini datang?” ujar Mary lagi.
“Aku hanya membela harga diriku saja,” jawab Lara acuh tak acuh.
“Kalian ini para gadis muda, mudah sekali mengikuti emosi hati tapi tidak memikirkan akibatnya,” ujar Mary lagi sembari merapihkan kotak obat yang dia bawa.
“Ini simpan kotak obat ini baik-baik, kelak jika terluka lagi langsung obati sendiri,” ujar Mary seraya pergi meninggalkan pondok Lara.
Lara memandangi kotak obat itu, lalu baru menyadari dari mana Mary tahu jika dia sedang terluka, “Apa Tuan Jenkins yang memberi tahunya,” pikir Lara.
“Ah, tidak mungkin,” pikir Lara lagi seraya memindahkan kotak obat itu dan menyimpannya di lemari.
Mary berjalan di koridor dapur menuju ke kamarnya, “Apa sudah di obati?” tanya Will dengan suara magnetisnya.
“Sudah, meski itu hanya baretan luka, tapi tetap saja dia seorang gadis. Jika tidak bisa hilang mana ada pria yang akan tertarik kepadanya,” jawab Mary.
“Pria yang akan tertarik kepadanya?” gumam pelan Will.
“Dia semakin bertumbuh menjadi gadis yang cantik, jika saja dia berpakaian layak seperti para nona muda di luar sana, pastilah kediaman Jenkins ini setiap harinya selalu akan menerima tamu pria yang ingin bertemu dengannya,” imbuh Mary lagi.
Mary belum selesai bicara, Will sudah pergi meninggalkannya. Entah mengapa hatinya merasa tidak senang ketika Mary bicara seperti itu. Dia merogoh ponselnya dari saku, “Cari tahu ada apa dengan Lara hari ini?” ujarnya kepada Harry.
Di kediaman Wayne, nampak sarah dan Bruce sedang berdebat, “Mengapa kau ini sulit diatur!”
“Dan gaun ini... Oh ya Tuhan, apa kau sengaja memancing pria agar menidurimu?” ujar Will sedikit Sarkas sekaligus diliputi oleh rasa marah
“Ini hidupku, bukan hidupmu kenapa jadi repot memikirkan!” jawab Sarah dengan santai sambil bersedekap.
“Dari mana kau belajar kasar seperti ini!” hardik marah Bruce.
“Bukan urusanmu,” jawab sarah sembari pergi ke kamarnya.
Bruce mengusap kasar wajah dan rambutnya, merasa kesal melihat pemberontakan dari Sarah Wayne. Dulu ketika Sarah berumur 10 tahun, gadis itu pernah berkata, jika nanti dia sudah besar, Bruce harus menikah dengannya.
Pada awalnya Bruce mengira jika itu hanyalah candaaan gadis kecil. Tapi setelah melihat Sarah selalu tidak suka dengan wanita yang dekat dengannya, bahkan terkadang mengerjai mereka beberapa kali. Bruce pun memilih menjaga jarak dengan Sarah. Dan, tentu saja ini membuat hati gadis itu menjadi marah.