Bab 9 Cincinnya Sangat Indah
Camille hanya merasakan bahwa jantungnya berdetak dengan kencang pada saat itu.
Dia menebak?
Apa yang perlu dia tebak!
Meskipun dia tidak tahu harus berkata apa di dalam hatinya, tetapi di permukaannya dia hanya dapat berkata, "Saya tebak ya… karena Presdir Handaya begitu luar biasa, saya tebak Anda seharusnya sudah menikah, kan?"
Setelah mengatakan itu, dia menjadi semakin merasa bersalah dan tidak berani untuk melihat Jeffrey.
Tetapi dia segera tidak bisa menahan dirinya untuk berpikir dengan kesal—
Apa yang membuatnya merasa bersalah? Jeffrey-lah yang terlebih dahulu menyembunyikan identitasnya dari dirinya. Lalu setelah memasuki kantor, Jeffrey juga yang berpura-pura tidak mengenal dirinya, jadi kenapa harus dia yang merasa bersalah?
Tepat ketika pikiran Camille sedang berubah-rubah, pria yang duduk di kursi roda di seberangnya itu melihat semua perubahan ekspresi di wajahnya.
Jeffrey pun tidak dapat menahan dirinya untuk menaikkan sedikit ujung bibirnya yang tidak gampang terlihat oleh orang lain.
Jeffrey tentu saja dari awal sudah tahu bahwa orang yang akan mendatanginya untuk wawancara pada hari ini adalah Camille. Lebih tepatnya lagi, dia membuat pengecualian untuk menerima wawancara kali ini karena dia tahu bahwa Majalah FutureToday merupakan tempat Camille bekerja.
Ketika Jeffrey barusan menanyakan balik pertanyaan Camille tersebut, dia hanya ingin bercanda dengan dirinya, tetapi Jeffrey tidak menyangka bahwa Camille akan menanggapinya dengan begitu gugup. Penampilan Camille yang pemalu seperti ini sama sekali tidak konsisten dengan masa lalunya yang telah diperiksa oleh Jeffrey sebelumnya.
Pikiran Jeffrey pun berubah sedikit, tetapi di permukaannya, dia hanya menjawab dengan tenang, "Iya, aku sudah menikah dan itu baru saja terjadi beberapa hari ini."
Jeffrey memanjangkan nadanya ketika mengucapkan kata "beberapa hari ini" dan matanya yang seakan-akan melihat Camille pun membuat jantung Camille berdetak lebih kencang tanpa alasan.
Sebelum Camille dapat lanjut berbicara, Wendy yang berada di sebelahnya mengeluarkan suara "ah" secara berlebihan.
"Presdir Handaya, ternyata Anda sudah menikah? Banyak pembaca wanita pasti akan patah hati ketika membacanya." Wendy berkata dengan sedih dan pada saat yang sama juga dia tidak dapat menahan dirinya untuk bertanya, "Orang seperti apa istri dari Presdir Handaya? Apakah dia adalah wanita kaya dari keluarga tertentu?"
"Wendy!" Camille segera menarik Wendy. Pertanyaan itu bukanlah pertanyaan yang telah mereka siapkan sebelumnya dan pertanyaan itu juga terlalu pribadi, jadi itu tidaklah sopan.
Tetapi untungnya Jeffrey tidak marah dan hanya tersenyum ringan, tetapi dia juga tidak menjawab pertanyaan Wendy tersebut.
"Baiklah, karena kami juga telah banyak bertanya tentang kehidupan pribadi Presdir Handaya, jadi mari kita lanjutkan selanjutnya dengan pertanyaan yang berhubungan dengan pekerjaan." Camille tidak ingin urusan tentang pernikahannya ini terus berlanjut, sehingga dia segera mengganti topik wawancara tersebut.
Beberapa pertanyaan berikutnya sangatlah umum dan akhirnya wawancara tersebut berakhir dengan tempo yang sangat aman.
"Aku sangat senang menerima wawancara majalah kalian pada kali ini." Pada saat berpisah, Jeffrey dengan sopannya bersalaman tangan dengan mereka. Tetapi ketika sedang bersalaman tangan dengan Camille, Jeffrey seakan-akan berhenti untuk sesaat. Lalu mata hitamnya itu sedikit melihat ke bawah dan pandangannya tertuju kepada cincin di jari Camille dan bibirnya terangkat, "Cincin yang sangat indah."
Camille pun langsung merasa bahwa pipinya sendiri menjadi panas dan dia dengan cepat menarik kembali tangannya.
Di sepanjang jalan ketika keluar dari kantor Jeffrey, saraf Camille yang menegang pun akhirnya menjadi santai.
Wendy yang berada di sebelah pun berteriak dengan secara berlebihan, "Astaga, aku bersalaman tangan dengan Presdir Grup Freysync! Aku memutuskan tidak akan mencuci tanganku pada minggu ini."
Camille pun melihatnya dan tidak tahu harus menangis atau tertawa. Tepat ketika Camille baru saja ingin memarahi Wendy karena begitu terpana, dia melihat sekretaris Jeffrey tiba-tiba berjalan menghampiri mereka sambil membawa beberapa kotak kecil yang sangat indah di tangannya."
"Halo para jurnalis dari Majalah FutureToday, ini adalah hadiah kecil yang disiapkan oleh presdir kami untuk kalian. Silakan diterima."
Setelah menerima kotak dengan bungkus yang sangat indah tersebut, Wendy menjadi semakin bersemangat dan berkata, "Astaga, ternyata masih mendapatkan hadiah. Presdir Handaya ini ternyata sangat perhatian!"
Setelah mengatakan itu, Wendy membuka kotak tersebut dengan tidak sabarnya dan melihat bahwa ada terdapat selendang bermerek Chanel di dalamnya.
"Wow, dia memang layak menjadi presdir dari perusahaan besar! Dia sangat murah hati dalam menggunakan uangnya!" Wendy langsung bersuara dengan semangatnya, "Model dari masing-masing milik kita tidaklah sama. Kak Camille, coba biarkan aku lihat model milikmu itu."
Camille pada awalnya tidak ingin membukanya, tetapi dia tidak tahan dengan Wendy yang terus mengganggunya, sehingga dia pada akhirnya pun membuka kotak tersebut.
Tetapi pada saat dia membuka kotak tersebut, dia dapat melihat sekilas barang di dalamnya dan ekspresinya pun tiba-tiba berubah tanpa alasan, lalu dia dengan cepat menutup kembali kotak tersebut.
