Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 17 Rachel Handaya Datang

Wajahnya masih tetap sama seperti dalam ingatan, hanya saja jika dibandingkan dengan penampilan muda saat sekolah, bentuk wajahnya terlihat lebih runcing dan bijaksana.

Namun, tidak ada kelembutan yang dia rindukan lagi, hanya tersisa ketidakpedulian.

Dia sedang mendengarkan laporan dari bawahannya dan terus mengangguk, lalu memberikan beberapa perintah.

Matanya tidak melihat Camille sama sekali dan terus berjalan ke kantor pemimpin redaksi dalam kawalan sekelompok orang.

Wajah Camille terlihat sedikit memucat.

Kenapa Rachel kembali, kenapa dia kembali …

Dia pergi dengan sangat yakin waktu itu, bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal dengannya, kenapa dia kembali sekarang?

Sudah dua tahun, dirinya sedikit banyak sudah bisa menenangkan dirinya, tapi tidak diduga kemunculannya seperti ombak yang mengamuk dan menenggelamkannya dalam sekejap.

Ketika berpapasan dengannya tadi, Camille tidak yakin, apakah Rachel bisa mengenalinya seperti dirinya atau tidak?

Saat memikirkan ini, Camille tiba-tiba menertawakan dirinya sendiri.

Memangnya kenapa kalau mengenalinya atau tidak?

Rachel dan dia ditakdirkan tidak bisa kembali seperti dulu lagi …

Camille merasa cemas sepanjang hari karena takut Rachel bisa mengenalinya.

Namun, fakta membuktikan kalau dirinya yang berpikir terlalu banyak.

Rachel baru menjabat sehingga harus rapat dengan semua orang untuk membuat beberapa penyesuaian.

Selama rapat, dia mendengarkan laporan editor dengan seksama dan terkadang memberikan beberapa perintah sederhana. Dari awal sampai akhir, dia sepertinya tidak menemukan Camille yang duduk di ujung meja.

Sepertinya Rachel sudah melupakannya.

Benar juga, jika Camille berharga baginya, dia tidak akan pergi tanpa pamit dua tahun yang lalu, juga tidak mungkin tidak memberikan kabar sama sekali.

Akhirnya jam pulang kerja, Camille tidak ingin tinggal di kantor lebih lama lagi. Dia segera mengambil tas dan hendak pergi.

Tidak diduga editor tiba-tiba memanggilnya.

"Tungu, Camille, tolong antarkan laporan ini kepada Pemimpin Rachel sekalian jelaskan padanya."

Tubuh Camille langsung membeku dan berbalik dengan canggung, "Editor, aku ada urusan mendesak hari ini, bisa tidak …"

Suasana hati Janice Rohani sang editor sedang buruk karena penampilannya tidak sebagus editor sebelah dan langsung marah saat mendengar penolakan tadi, "Camille, apa kamu merasa hebat setelah melakukan wawancara terkenal?"

Janice orang yang berterus terang, ekspresi Camille memucat dan tidak enak mengatakan apa lagi sehingga berkata, "Jangan bercanda Editor, aku akan pergi sekarang juga."

Camille membawa laporan dan menarik napas dalam-dalam setelah tiba di depan kantor Rachel lalu mengangkat tangannya.

Tok, tok, tok.

Dirinya seperti menggunakan semua tenaga untuk mengetuk pintu.

"Masuk."

Suara akrab Rachel terdengar dan Camille masuk ke dalam.

Meski kantor Rachel tidak semewah kantor Jeffrey, tapi dekorasinya sangat elegan. Dia duduk di belakang meja dan tangannya sedang membuka majalah wawancara Jeffrey.

"Pemimpin Rachel." Camille berkata dan berusaha membuat suaranya terdengar tenang, "Editor Janice memintaku memberikan laporan singkat tentang wawancara dengan Presdir Grup Freysync."

Rachel menjawab "Ya" tanpa melihatnya sehingga Camille hanya bisa memulai laporannya.

Setelah laporannya selesai, Rachel tetap tidak ada reaksi, tapi Camille sudah tidak bisa menahan dirinya lagi.

"Itu …" Dia berusaha menahan suaranya yang bergetar, "Pemimpin Redaksi, jika tidak ada urusan lainnya lagi, aku akan keluar dulu."

Kemudian, dia segera berbalik dan hendak keluar.

Tapi, saat tangannya memegang kenop pintu, sebuah tenaga yang kuat tiba-tiba menariknya.

Pria itu melihat cincin di jari manisnya, "Kamu sudah menikah?"

Camille sama sekali tidak punya keberanian menatapnya, jadi memalingkan wajah dan mengangguk.

Rachel melihat cincinnya dan matanya terlihat berbinar.

Tiba-tiba, tersenyum penuh ejekan, "Camille, ternyata pria pilihanmu hanya bisa membelikan cincin berlian biasa untukmu?"

Matanya terlihat penuh kebencian, "Benar juga, seorang wanita yang bahkan menjual diri demi uang, seharusnya bisa didapatkan dengan mudah."

Camille seperti disambar petir, wajahnya pucat dan memaksakan diri berkata, "Kamu … kamu tahu masalah dua tahun lalu?"

"Heng." Entah kenapa hati Rachel terasa sakit saat melihat reaksi pertama Camille bukan menyangkalnya.

Tenaga yang memegang pergelangan tangan Camille semakin kencang dan suaranya dingin, "Benar, aku sudah tahu dua tahun yang lalu. Camille, aku seharusnya berterima kasih padamu karena tahu kalau orang yang aku cintai dan sayangi selama tiga tahun adalah wanita sekotor itu, jadi memutuskan untuk sekolah di Amerika."

Wajah Camille terlihat sangat pucat.

Sudah dua tahun … dia terus berpikir kenapa di saat dirinya paling rapuh dan membutuhkan Rachel dua tahun lalu, dirinya malah tiba-tiba sekolah di luar negeri?

Akhirnya dia mengerti sekarang.

Ternyata karena masalah itu.

Namun, dia merasa bingung karena Rachel pergi ke luar negeri sebelum masalah itu menjadi heboh, apakah dia sudah tahu terlebih dulu?

Tidak mungkin …

Tapi, sekarang bukan saatnya mempermasalahkan hal itu lagi. Tangan Camille terasa sakit dan berkata, "Rachel, masalah dua tahun lalu adalah salah paham, sebenarnya aku …"

Kata-kata Camille membuat Rachel marah, suaranya kencang sambil meremas dagu Camille!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel