Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 16 Membantunya Bercukur

Pagi keesokan harinya.

Camille sengaja bangun satu jam lebih awal dan akhirnya bisa menyiapkan sarapan yang layak.

Dia hendak memanggil Jeffrey untuk turun ke lantai bawah, tapi melihatnya keluar dari lift begitu keluar dari dapur.

"Apakah kamu punya baterai?"

Camille tertegun sejenak dan menemukan kalau Jeffrey memegang alat cukur otomatis di tangannya.

Camille mengambil dan melihatnya, "Alat ini membutuhkan baterai kancing, apakah tidak ada di rumah?"

"Tidak ada."

Camille melirik Jeffrey, memang sudah ada janggut tipis di dagunya dan perlu dibersihkan, "Apakah ada toserba atau supermarket di dekat sini?"

"Tidak ada."

Camille tercengang, "Tidak ada sama sekali?"

Jeffrey menggelengkan kepalanya.

Camille benar-benar salut dengan kehidupan orang kaya ini.

"Bagaimana ini?" Camille terlihat tidak berdaya, "Bagaimana kalau minta asistenmu membelikan baterai?"

"Dia sudah dalam perjalanan, karena ada rapat yang sangat penting hari ini, mungkin sudah tidak sempat lagi." Jeffrey mengerutkan alisnya, "Aku sudah bertanya kepada Pak Devin dan dia punya pisau cukur baru, tapi bukan yang otomatis, aku tidak terlalu bisa memakainya."

Camille diam sejenak dan baru mengerti kenapa Jeffrey mencarinya, dia ingin dirinya membantunya bercukur?

"Di mana?" Camille tiba-tiba merasa Jeffrey yang seperti ini lumayan lucu. Dia mengatupkan bibir, "Aku bisa, aku bantu kamu cukur."

"Ada di tempat penyimpanan."

Camille menemukan pisau cukur model lama yang perlu dipakai bersama busa pelicin. Setelah Camille memakaikan pelicin di dagu Jeffrey, dia mulai mencukur dengan hati-hati.

Jarak Camille dan Jeffrey menjadi sangat dekat, bahkan napas Camille terasa di wajah Jeffrey.

Camille sedikit menggerakkan matanya dan menemukan wajah Jeffrey ada di dekatnya, sampai bulu halus di wajahnya juga terlihat.

"Ada apa?" Ekspresi Camille yang tegang semakin tegang saat menemukan Jeffrey sedang memperhatikannya, "Aku tidak melukaimu, bukan?"

"Tidak." Jeffrey berkata dengan suara jernih seperti biasa, "Aku hanya merasa, saat ini kamu benar-benar seperti istriku."

Camille kaget dan wajahnya terasa panas.

Jelas mereka pasangan suami istri sebenarnya, tapi Jeffrey memakai kata "Seperti".

Ini menunjukkan kalau Jeffrey sama seperti dirinya dan merasa perkawinan kilat ini tidak nyata sama sekali.

"Sudah." Camille segera selesai, setelah membersihkan semua busa, dia melihatnya sebentar lalu tersenyum, "Sangat bersih."

"Terima kasih." Jeffrey berkata, kemudian menggerakkan kursi roda ke meja makan.

Karena kedekatan tadi, suasana kedua orang di meja makan terasa canggung, Camille sampai lupa menanyakan apakah dia puas dengan masakannya atau tidak.

Setelah makan, Elvis tiba. Jeffrey sedang buru-buru hari ini, jadi tidak bisa mengantarkan Camille ke stasiun MRT. Camille memanggil taksi untuk mengantarnya ke kantor majalah.

Ketika tiba, Camille menemukan suasananya tidak seperti kemarin yang penuh sukacita, tapi agak tegang. Camille menarik tangan Wendy dan bertanya pelan, "Ada apa?"

"Kak Camille, kamu tidak membaca email pagi ini?" Wendy melebarkan matanya, "Kantor majalah kita diakuisisi kemarin! Semua atasannya diganti!"

Camille langsung membeku.

Meski kantor majalah mereka tidak besar, tapi setidaknya sudah berdiri beberapa tahun, kenapa bisa tiba-tiba diakuisisi?

Dia masih terkejut, lalu mendengar suara rekan kerja di dekatnya.

"Pemimpin redaksi yang baru datang!"

Camille mendongak dan menemukan satu sosok tinggi berjalan ke kantor majalah dengan dikelilingi sekelompok orang.

Ketika dia melihat wajah orang itu dengan jelas, Camille merasa kepalanya berdengung dan darahnya membeku.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel