Bab 15 Kehilangan Hatinya, Bukan Kakinya
Kawasan keuangan Kota S, lantai teratas gedung Grup Freysync.
Jeffrey sedang duduk di depan meja kantornya sambil mengetik menggunakan keyboardnya dengan cepat, yang membuat gambar dan angka di layar tersebut berubah dengan cepat.
Kring.
Suara telepon di atas meja tiba-tiba berbunyi dan ketika Jeffrey menekan telepon tersebut, suara Elvis pun terdengar.
"Tuan muda Jeffrey, Tuan muda Rodney telah tiba."
"Biarkan dia masuk."
Pintu kantor tersebut pun segera terbuka dan seorang pria tampan yang menggunakan kemeja merah muda mencolok pun masuk.
"Jeffrey, apakah kamu masih sedang bekerja?" Melihat Jeffrey, pria tersebut memanggilnya secara berlebihan, "Aku mengira karena kamu akhirnya sudah menikah dan bahkan tidak mengadakan acara pernikahan, setidaknya kamu seharusnya pergi berbulan madu."
Mata Jeffrey masih tetap tertuju kepada layarnya dan dia hanya mengatakan tiga kata yang singkat, "Tidak punya waktu."
Pria yang datang tersebut sudah duduk di meja Jeffrey dan dia juga tidak marah akan sikap Jeffrey yang acuh tak acuh tersebut. Kemudian dia hanya menyipitkan matanya dan tertawa, "Istrimu sangat kasihan karena telah menikahi seorang pria yang tidak asik seperti dirimu itu."
Baru pada saat itulah pandangan Jeffrey akhirnya tertuju kepada pria tersebut, tetapi wajahnya masih tidak memiliki ekspresi, "Rodney, apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?"
Rodney Lutansieto pun tersenyum sampai-sampai matanya menjadi sangat tajam, "Aku hanya sedang bosan saja dan ingin bertemu dengan kakak iparku."
"Lupakan saja itu." Jeffrey menolaknya tanpa adanya keraguan sedikit pun, "Kamu seharusnya juga tahu apa alasan aku menikahinya."
"Tentu saja aku tahu." Rodney mengerutkan bibirnya dan senyum di mulutnya pun perlahan-lahan menghilang, "Tetapi mau bagaimanapun juga, kamu telah menikah, jadi kamu bisa relakan saja hal yang telah terjadi pada saat dulu itu."
Mendengar perkataan Rodney, tangan Jeffrey yang berada di atas keyboard pun mengepal erat sedikit.
"Tidak ada hal yang tidak dapat direlakan." Setelah sunyi untuk sesaat, Jeffrey perlahan-lahan berkata, "Orang yang sudah mati tidak dapat hidup kembali."
Rodney melihat Jeffrey, lalu membuka mulutnya dan hendak mengatakan sesuatu. Tetapi ketika kata-katanya sudah sampai mulutnya, dia pada akhirnya tidak mengucapkannya.
"Lalu bagaimana dengan gadis kecil pada saat itu?" Rodney tidak dapat menahan dirinya untuk bertanya, "Apakah keberadaannya sudah ditemukan?"
"Sudah ada beberapa petunjuk." Jawab Jeffrey dengan sederhana.
"Kalau begitu itu benar-benar bagus." Rodney kemudian tersenyum kembali, "Aku selalu berpikir bagaimana kamu akan membalas orang itu, awalnya aku menyangka bahwa kamu akan mendedikasikan hidupmu untuknya, tetapi aku tidak menyangka bahwa kamu ternyata akan menjual dirimu sendiri."
Menghadapi ejekan Rodney yang tidak tahu malu itu, Jeffrey sama sekali tidak memperhatikannya.
Rodney pun merasa dirinya sendiri konyol sehingga ekspresinya tampak malu. Tetapi ketika pandangannya tertuju kepada kursi roda di bawah Jeffrey, dia tidak bisa menahan dirinya untuk berkedip, "Hmm... Jeffrey, apakah kamu sudah memberi tahu kakak iparku tentang masalah kakimu?"
Mendengar pertanyaan itu, Jeffrey yang awalnya sudah mulai melihat laporan yang barusan dikirim oleh departemen keuangan pun menghentikan pergerakan tangannya.
"Belum." Jawab Jeffrey setelah beberapa saat.
Rodney sedikit mengerutkan alisnya, "Jeffrey, bukannya aku ingin menyalahkanmu, aku tidak tahu apa tujuanmu dan istrimu itu menikah, tetapi karena sekarang kalian sudah menjadi suami istri, apakah kamu masih berencana untuk terus menyembunyikan tentang hal itu? Mungkin…"
Setelah berkata sampai itu, Rodney pun berhenti untuk sesaat, tetapi dia kemudian menggertakkan giginya dan lanjut berkata, "Mungkin kamu juga seharusnya mencoba untuk melihat apakah kamu dapat menerima istri barumu ini atau tidak, karena kamu tidak boleh selalu hidup di dalam bayang-bayangan masa lalumu."
Rodney sangat mengerti kepribadian dari Jeffrey. Meskipun di permukaannya Jeffrey mengatakan bahwa alasan dia menikahi istrinya itu karena demi menanggapi permintaan dari orang tua di keluarganya, tetapi jika dia benar-benar tidak menyukai sedikit pun tentang wanita itu, dia tidak mungkin akan menikahinya dan tinggal bersamanya.
Jeffrey terdiam dan tidak menjawab perkataan Rodney. Kemudian setelah dia melihat laporan tersebut dengan cepat, dia mengatakan satu kalimat dengan nada yang rendah, "Tidak ada orang lain yang dapat membuatku jatuh cinta."
Rodney seketika itu juga pun tercengang, dia kemudian melihat ekspresi acuh tak acuh Jeffrey dan matanya menunjukkan bahwa dia sedikit tidak bisa menahan dirinya.
Kecelakaan mobil yang terjadi sepuluh tahun yang lalu itu merupakan mimpi buruk bagi mereka semua.
Semua orang mengira bahwa apa yang hilang dari Jeffrey pada kecelakaan itu adalah kakinya, tetapi sebenarnya mereka semua salah.
Dalam kecelakaan itu, Jeffrey kehilangan hatinya, bukan kakinya!
*
Ketika Camille pulang kerja dan tiba di rumah, dia melihat Pak Devin dan Bibi Susan sedang menarik koper ke ruang tamu.
"Pak Devin, Bibi Susan, kalian ini…"
"Nyonya muda, putra kami berdua akan menikah besok dan kami akan menghadiri acara pernikahannya." Jawab Bibi Susan dengan ramah.
"Oh, ternyata seperti itu, kalau begitu selamat ya." "Camille berkata, "Berapa hari kalian akan pergi untuk acara pernikahannya tersebut?"
"Perjamuannya akan dilakukan di Kota S dan besok malam sudah akan kembali ke sini lagi." Bibi Susan tersenyum lembut, tetapi ketika pandangannya tertuju kepada Jeffrey, dia menjadi sedikit khawatir, "Hanya saja jika di rumah tidak ada orang, tidak ada orang yang akan menyiapkan sarapan besok untuk tuan muda."
Camille merasa sedikit malu.
Memang seperti orang kaya yang aku kira, hanya masalah tentang sebuah sarapan saja sampai harus dengan sengaja mengundang orang untuk datang?
"Tidak apa-apa." Jeffrey berkata dan menghentikan pikiran liar Camille, "Camille, kamu seharusnya bisa masak, kan?"
"Ah?" Camille sama sekali tidak meresponsnya, lalu mengangkat kepalanya melihat mata Jeffrey yang gelap dan dalam itu, "Aku… aku bisa."
Begitu Camille selesai menjawab dan teringat dengan sarapan hari ini yang sangat bervariasi, dia pun tidak bisa menahan dirinya untuk menambahkan satu kata, "Sedikit…"
Ekspresi senyum pun muncul sekilas di mata Jeffrey.
"Sedikit saja sudah cukup." Jawab Jeffrey dengan suara rendah.
