Bab 11 Resmi Tinggal Bersama
"Uhuk uhuk!"
Camille batuk hingga membungkukkan badannya dan rekan kerja di sebelahnya pun dengan cepat datang untuk mengelus punggungnya dan berkata, "Camille, ada apa denganmu? Tampaknya pesona milik Presdir Handaya benar-benar sangat hebat, sampai-sampai kak Camille yang biasanya selalu tenang pun tidak bisa menahannya."
"Benar sekali." Wendy pun ikut berbicara, "Kalian tidak tahu bahwa kak Camille sangat gugup dalam wawancara hari ini."
Camille pun tidak tahu harus tertawa atau menangis mendengar perkataan para wanita itu, "Mana ada aku terpukau sampai sebegitunya."
"Ini tidak ada hubungannya dengan terpukau atau tidak." Wendy langsung memegang wajahnya dan menunjukkan niatnya, "Alasan utamanya itu adalah karena Presdir Handaya terlalu sempurna. Kecuali dari kedua kakinya yang lumpuh, hal lainnya yang dia miliki itu sudah seperti standar untuk tokoh utama presdir pria di novel-novel."
Jelas sekali bahwa perempuan-perempuan ini sama sekali tidak menganggap ejekan yang baru dilontarkan oleh beberapa rekan kerja pria mereka karena terpengaruh oleh pesona Jeffrey.
"Itu benar." Beberapa rekan kerja wanita muda yang lainnya juga ikut berbicara, "Ah, aku benar-benar iri dan benci dengan istri baru Presdir Handaya. Wanita itu pasti telah menyelamatkan dunia di kehidupan sebelumnya, makanya dia sekarang dapat menemukan suami yang begitu sempurna."
Menyelamatkan dunia apanya?
Camille bertanya kepada dirinya sendiri dan merasa bahwa dirinya seharusnya tidak memiliki kemampuan sehebat itu di kehidupan sebelumnya. Tetapi melihat ekspresi para wanita di depannya yang penuh dengan keirian, Camille pun tidak berani berkata apa-apa.
Jika Camille membiarkan para wanita itu mengetahui bahwa dirinya adalah "istri yang baru dinikahi oleh Presdir Handaya" itu, akankah mereka menggantung dan memukul dirinya?
Dalam beberapa hari berikutnya, Majalah FutureToday sibuk mengurusi tentang artikel wawancara dengan Jeffrey dan semua orang pun menjadi sangat bersemangat dan antusias tidak seperti sebelumnya.
Akhir pekan akhirnya tiba dan Camille merasa sangat lelah seakan-akan dia akan hancur, tetapi dia masih tetap tidak memiliki waktu kosong. Setelah dia pergi ke rumah sakit untuk melihat ibunya, dia kemudian sibuk berkemas dan bersiap untuk pindah ke rumah Jeffrey.
Bukannya dia sangat terburu-buru ingin pindah rumah, tetapi dia sudah menunda hal tersebut untuk beberapa hari. Jadi jika dia masih menundanya lagi, dia takut bahwa pihak lain tersebut akan memiliki salah paham bahwa dirinya itu tidak jujur dan tulus.
Pada malam hari sebelum dia pindah, Camille mengirimkan sebuah pesan pendek yang mengatakan bahwa besok dirinya akan pindah ke sana dan pihak lain tersebut pun menjawab, "Apakah aku perlu mengirim orang untuk menjemputmu?"
Camille dengan cepat menjawab, "Tidak perlu, aku telah memesan perusahaan yang mengurus tentang pindahan rumah."
Pihak lain tersebut pun hanya menjawab satu kata setelah terdiam untuk waktu yang sangat lama, "Oke."
Keesokan harinya, Camille tiba di rumah Jeffrey.
Vila milik Jeffrey sangatlah besar dan dekorasinya pun dipenuhi dengan gaya antik. Di rumah pun tersebut tidak memiliki banyak pelayan, melainkan hanya sepasang suami istri tua yang bernama Pak Devin dan Bibi Susan.
Ketika Camille sedang pindah, Jeffrey tidak ada berada di sana. Jadi Bibi Susan dan Pak Devin-lah yang membantunya pindah sambil menjelaskan situasi rumah Jeffrey secara sederhana.
Sebenarnya tidak ada banyak hal yang perlu dijelaskan, karena hanya ada Jeffrey sendirilah yang tinggal di rumah ini. Namun karena Camille sekarang telah pindah ke sini, sehingga sekarang ada dua orang yang tinggal di rumah ini.
Pak Devin pun membantu Camille memindahkan barangnya ke kamar tidur utama di lantai dua. Kamar tidur utama tersebut didekorasi sederhana dengan sangat modern. Ketika Camille membuka lemari, dia melihat bahwa setengah dari lemari tersebut diisi dengan kemeja pria dan sisi lainnya sudah dikosongkan.
Camille pun langsung menyadari bahwa dia berbagi kamar dengan Jeffrey.
Tetapi sebenarnya itu juga tidak salah, jadi dia memasukkan barang-barangnya dan mengisi bagian lemari yang kosong itu hingga penuh.
Ketika dia sudah selesai merapikannya, langit sudah gelap, tetapi Jeffrey masih belum pulang.
Camille pun memakan mie yang di masak oleh Bibi Susan dan kemudian kembali ke kamar untuk mandi.
Setelah selesai mandi dan ketika Camille hendak mengelap tubuhnya, dia tiba-tiba menyadari bahwa dia lupa membawa handuk.
Camille merasa sedikit kesal karena kecerobohan diri sendirinya itu dan setelah dia merasa kesal, dia pun membuka pintu kamar mandi dengan sangat berhati-hati.
Karena kamar mandi tempat Camille mandi itu merupakan kamar mandi dari kamar tidur utama, jadi Bibi Susan dan Pak Devin itu tidak mungkin akan datang ke sana karena mereka tinggal di lantai satu. Memikirkan hal itu, Camille pun menjadi sedikit lebih berani dan langsung berlari memasuki kamar tidur utama dengan badannya yang masih basah itu.
Ketika Camille sedang mencari handuk di lemari, dia tidak menyangka bahwa tiba-tiba dia akan mendengar suara "klik" dari belakangnya.
