Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Rumah Sakit

"Papa?" sahut Mark, putra semata wayang Jhonny.

Jhonny hanya mengangguk sedikit dan melanjutkan kesibukannya bermain handphone.

Beberapa saat kemudian.

"Mark, kamu sudah bangun nak? Bagaimana? Apa masih pusing?" tanya seorang wanita yang mencuri perhatian Jhonny.

Perlahan Jhonny meliriknya, dia berada tepat di hadapan Jhonny. Namun terlihat sibuk dengan Mark.

"Mark baik-baik saja kok Bu guru, Mark sudah tidak pusing," sahut Mark.

"Lukanya gimana? Masih sakit?" tanyanya.

Mark menggelengkan kepalanya sambil sesekali melirik Jhonny yang tetap cuek padanya.

"Kamu sama siapa? Daritadi sendirian ya? Apa Oma kamu lagi nebus obat? Minum dulu ya," ucap wanita itu.

Mark dengan polosnya terdiam dan hanya melirik Jhonny.

"Elo nggak lihat gue disini?" ucap Jhonny.

Wanita itu terkejut, gelas yang hendak diberikan pada Mark belum sampai di tangannya. Dia langsung berputar melihat pada asal suara, jarak mereka cukup dekat hingga akhirnya air dalam gelas itu membuat basah pakaian dan handphone Jhonny.

"Cih!" pekik Jhonny.

"Ma-maaf tuan... Maafkan aku," ucapnya sambil menunduk, sesaat kemudian dia mendongakkan wajahnya agar bisa melihat dengan jelas. Siapa pria yang ada di hadapannya itu.

"Hah?!" pekik wanita itu.

"Jho-jhonny?" ucapnya terbata.

"Elo?" sahut Jhonny.

Klek!

Suara pintu di buka.

"Kapan kamu datang Jhon?" ucap seorang wanita yang tidak lain adalah mommy si Jhonny.

Jhonny segera mengalihkan pandangannya.

"Udah tadi Mom, mommy darimana?" tanya Jhonny balik.

"Dari tebus obatnya Mark," jelas nyonya Cecil.

"Oh iya Jhon, kenalkan ini adalah Bu Monica Wanda. Gurunya Mark yang selama ini membantu mommy menjaga Mark," ucap nyonya Cecil.

"Ekhemm!" Jhonny berdehem beranjak dari duduknya di sofa nyaman itu.

"Jhonny masih ada meeting lima belas menit lagi Mom, maaf Jhonny tidak bisa terlalu lama di sini," ucap Jhonny.

"Kamu itu papanya loh Jhon, kamu itu punya hati nggak sih? Mark itu butuh perhatian dari kamu, dia itu hanya punya kamu di dunia ini!" ucap nyonya Cecil dengan penuh penekanan.

Mark terlihat sedih dengan pertengkaran antara Oma dan Papanya itu, Monica yang menyadari hal itu langsung memeluk Mark dan menutupi telinga Mark dengan kedua tangannya, Mark terlihat memeluk Monica dengan erat.

Jhonny melihat interaksi antara Mark dan Monica.

"Lo ngapain sama anak gue?!" tanya Jhonny dengan nada tinggi.

"Ah..." Monica hendak menjawab.

"Jhonny, kamu bisa nggak bicara lebih sopan sama ibu gurunya Mark?" sahut nyonya Cecil.

"Loh, Mommy kok belain dia daripada belain Jhonny," sahut Jhonny tidak terima.

"Eh Jhonny, asal kamu tahu. Mending Bu guru Monica, dia orang asing tapi sayangnya tulus sama Mark. Lah kamu siapa?" ucap Nyonya Cecil sambil membulatkan matanya.

Jhonny yang sama kerasnya juga ikutan mendelik.

"Mom!" sahut Jhonny, namun keburu di sela oleh nyonya Cecil lagi.

"Apa? Kamu mau bilang kamu Papanya? Hah? Kalo memang benar kamu Papanya, dimana kamu selama ini? Tujuh tahun Jhonny, anak kamu sudah tujuh tahun kamu acuhkan. Apa kamu nggak tahu kalo itu sangat berat di jalani seorang anak?" papa Nyonya Cecil.

Monica hanya menunduk.

"Mark sayang, Bu guru pulang saja dulu ya. Sepertinya ini sudah sore," pamit Monica pada Mark.

Namun mata Mark seketika memerah dan menitihkan air mata.

"Kamu kok nangis?" tanya Monica.

Mark tidak menjawabnya hanya menatap ke arah kedua orang yang masih asik berdebat itu.

"Tapi sayang..." ucap Monica, yang tanpa sengaja terdengar oleh Jhonny. Padahal mereka sudah bicara dengan suara yang lirih.

"Lu panggil anak gue sayang? Sesayang itu lo sama dia? Eh lo tuh cuman orang asing, jangan berlebihan," ucap Jhonny.

Monica merasakan jika tangan Mark semakin dingin yang menandakan dia semakin takut dan tertekan.

"Saya ini gurunya Mark di sekolah, sudah kewajiban saya menyayangi murid-murid saya tanpa membeda-bedakan antara mereka. Bukan hanya Mark, tapi semua murid saya perlakuan sama," ucap Monica.

"Dan alasan saya di sini bukan tanpa alasan, tapi karena saya tahu. Mark sedang bermasalah, Mark sedang sakit. Dia tadi tertabrak mobil, beruntung dia hanya mengalami lecet," lanjut Monica.

"Dan lihat anda, apa yang anda lakukan selain menakuti dan membuatnya semakin tertekan?" tanya Monica.

"Saya tidak tahu apa masalah anda dengan saya, tapi saya di sini karena Mark. Bukan karena anda," pungkas Monica.

Jhonny langsung kehabisan kata, setelah itu keadaan menjadi lebih tenang. Monica duduk di samping Mark dengan sebuah buku cerita di tangannya, sedang Jhonny hanya duduk sambil memperhatikan mereka berdua.

Nyonya Cecil perlahan mendekat pada Jhonny.

"Gimana?" tanya nyonya Cecil.

"Ngantuk Mom," sahut Jhonny.

"Apa kamu udah nggak normal ya Jhon?" tanya Nyonya Cecil.

"Hah? Mommy ngomongin apaan sih? Anak sendiri kok di gituin?" tanya Jhonny.

"Ya, pantes aja dong kalo mommy tanya seperti itu. Lah kamu masih muda, udah jadi duda selama tujuh tahun Jhon bayangin itu waktu yang nggak sebentar," ucap nyonya Cecil.

"Mom, Jhonny harus bilang berapa kali sama mommy kalo Jhonny ini masih tidak bisa buat ngelupain Seojin Mom. Jhonny masih cinta banget sama Seojin," ucap Jhonny penuh penekanan.

"Jhonny, yang pergi nggak akan pernah bisa kembali nak. Kamu lebih baik kembali ke jalan yang benar, kamu harus mencari pengganti Seojin," pinta nyonya Cecil.

"Auk ah Mom gelap," sahut Jhonny sambil sesekali masih melirik Mark dan Monica.

Sesaat setelah buku cerita itu di tutup oleh Monica, Jhonny melihat Mark yang terlelap di tangan Monica sebagai bantal gulingnya. Sedang tangan kanan Monica terlihat mengusap rambut Mark dengan lembut.

Seketika, waktu berhasil berhenti untuk beberapa detik. Jhonny melihat apa yang selama ini tidak di lihatnya, melihat senyum Mark yang begitu hangat karena sentuhan lembut dari Monica membuatnya terenyuh.

"Jhonny, Jhonny!" seru nyonya Cecil sambil menjewer telinga Jhonny.

"Akh! Sakit!" seru Jhonny pelan.

"Kamu ngelamunin apa? Di panggil daritadi juga," ucap nyonya Cecil.

"Nggak kok, nggak ngelamunin apa-apa Mom," elak Jhonny.

"Kamu lihat itu Mark dan bu guru Monica, kurang lebih begitu tuh perhatian dan kasih sayang seorang ibu saat anaknya terluka," ucap nyonya Cecil.

Jhonny melirik Mommynya.

"Kelak, kalo kamu mau nyari jodoh. Mommy harap kamu bisa dapat yang baik seperti ibu Monica, dia cantik, muda, masih single lagi," ucap Nyonya Cecil.

"Ih Mommy kepo," sahut Jhonny.

"Loh beneran, Mommy dulu sempat curiga ke dia. Apa dia punya maksud tertentu sama Mark, soalnya interaksi antara mereka bener-bener seperti ibu dan anak," jelas nyonya Cecil.

"Terus?"

"Terus, Mommy dapat informasi kalo dia ternyata memang sangat menyukai anak-anak, dan saat dia saat masih kecil. Dia pernah kehilangan adiknya, dan itu membuatnya bertekad untuk menyayangi anak-anak terutama yang bermasalah," jelas nyonya Cecil.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel