Sikap Acuh
Jhonny hanya terdiam melihatnya, kemudian seorang pegawai bar membantu Rose untuk kembali ke meja restoran. Setelah itu acara di mulai, semua orang saling menuangkan minuman dan mabuk.
Tepat pukul sebelas malam, Jhonny sudah tidak tahan lagi berada di sana dan meminta semua orang untuk pulang.
Jhonny pulang dengan mobil pribadinya, namun saat dia hendak keluar dari parkiran tiba-tiba.
"Sialan nih cewek! Nyusain gue aja."
"Emang cuman elo kan yang tahu dimana dia tinggal, jadi terima aja."
"Apa gue jual aja nih cewek ya, lumayan kan mumpung dia mabok."
Jhonny membelalakkan matanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Jika karyawannya memiliki niatan sejahat itu pada temannya.
Jhonny perlahan memutar balik mobilnya dan berhenti tepat di samping mobil karyawannya tadi.
"Loh, ini mobilnya pak Jhonny kan?" tanyanya.
Temannya hanya terdiam saat melihat Jhonny yang perlahan turun dari mobilnya dan terlihat sangat dingin itu.
"Se-selamat malam Pak," sapa karyawannya itu.
Jhonny hanya menanggapinya dengan mendongakkan sedikit dagunya dan kemudian membuka pintu mobilnya.
"Pindahkan dia ke mobil saya," pinta Jhonny.
"Di-dia siapa Pak?" tanyanya.
"Menurut kamu?" sahut Jhonny sambil melipat kedua tangannya.l, sedang matanya tertuju pada Rose.
Akhirnya mereka mengerti dan kemudian memindahkan Rose pada mobil Jhonny.
"Tuan anda tidak perlu repot-repot melakukannya, seharusnya saya yang mengantarkannya pulang," sahut pegawai itu.
"Mengantarkannya pergi kemana? Pada pria hidung belang maksudmu?" ucap Jhonny terang-terangan.
Pegawainya itu langsung menundukkan kepalanya dan terdiam, karena apa yang dikatakan oleh Jhonny itu benar.
***
Setelah membawa Rose dalam mobilnya, kini Jhonny bingung hendak membawanya pergi kemana. Karena Jonny tidak pernah berhubungan lagi dengan wanita setelah hari itu, tujuh tahun yang lalu.
Jhonny akhirnya membawa Rose ke hotel milik Jhonny, awalnya dia tidak memiliki niat buruk pada Rose, namun saat sampai di dalam kamar hotel. Jhonny melepaskan sepatu dan tas Rose, dan kemudian Rose.
Pagi itu, Rose membuka matanya perlahan dan melakukan peregangan di kasur.
'Duh badan gue kok pada sakit semua nih, kayak orang abis di gebukin. Mana gue mimpi jelek banget, masa iya gue mimpi making love sama si Jhonny yang notabene adalah pimpinan tempat gue bekerja?' batin Rose.
'Bu-bukan sih, ini bukan making love lagi. Tapi fucking,' Rose berbicara dengan dirinya sendiri.
'Hiks gila! Yakali gue sama Jhonny?'ucap Rose memaki dirinya sendiri.
'Gue sama Jhonny-kan cuman sebatas temen dulu dan sekarang malah pimpinan sama bawahan,' gumam Rose terus merutuki dirinya sendiri.
'Lagian kalau gue mau making love kenapa harus sama Johnny?' batin Rose semakin tak karuan.
"Mmmmh..." sebuah suara lenguhan yang kemudian di ikuti sebuah lengan yang mendarat berat di dada Rose.
"Aaaah!?" seru Rose.
'Jadi itu bukan mimpi? Gue ngedorong Jhonny dan mencium dia bertubi-tubi itu bukan mimpi?' keluh Rose.
"Jhonny! Apa yang, apa yang udah lo lakuin ke gue? Ngapain lo di sini?!" seru seorang gadis sambil menggoyang-goyangkan tubuh Jhonny yang masih memejamkan matanya itu.
***
Siang harinya, Jhonny duduk di meja kerjanya dengan laptop yang masih menyala. Jhonny terlihat begitu sibuk dengan berkas-berkasnya, tiba-tiba suara handphonenya berdering.
Mommy is calling...
"Halo?"
"Jhonny, darimana saja kamu semalaman? Cepat kamu datang ke rumah sakit, sekarang juga!" seru seorang wanita paruh baya yang berada di seberang telepon.
"Ada apa lagi?" tanya Jhonny.
"Mark masuk rumah sakit, kamu harus segera datang. Bagaimanapun dia adalah putramu Jhonny," lanjutnya.
"Iya, nanti Jhonny akan datang. Sekarang Jhonny masih..." ucapan Jhonny terputus.
"Mommy nggak akan segan-segan buat menghapus nama kamu dari daftar nama keluarga kita, dan mengecap kamu sebagai anak durhaka jika kamu nggak datang sekarang!" seru wanita itu yang tidak lain adalah ibunya sendiri.
"Mom..."
Teleponnya mati.
'Hah, merepotkan saja,' ucap Jhonny sambil melanjutkan pekerjaannya.
Sesaat kemudian, lebih dari lima pesan masuk di handphone Jhonny dan menarik perhatiannya.
Tanpa banyak bicara lagi, Jhonny segera berdiri, meraih jas dan kunci mobilnya keluar dari ruangannya.
"Mau pergi kemana Jhon?" tanya Jungwoo.
"Lo handle dulu pekerjaan gue, ada hal yang penting yang mesti gue lakuin sekarang," ucap Jhonny yang kemudian berlari menuju parkiran.
Para pegawai yang melihat Jhonny hanya menunduk melihatnya melewati mereka begitu saja dengan terburu-buru.
***
Sementara di tempat lain, seorang gadis cantik dengan rambut sebahu dan berpakaian rapi tampak terlihat siap melakukan aktivitasnya.
Dia terlihat memasuki gerbang utama dan terlihat para siswa dan siswinya sedang berlalu lalang, dan beberapa guru lainnya mulai berdatangan.
Sapaan hangat dan senyum manisnya, tidak pernah dia lupakan untuk menyambut teman sesama guru. Atau pada para muridnya.
Tubuh mungil dan rampingnya yang mengenakan pakaian rapi itu, kini sudah berada di dalam kelas. Hendak memulai pelajaran mereka hari ini. Namun perhatiannya terpecah setelah melirik handphonenya yang bergetar.
"Halo?" sahutnya lirih.
"Momooon?!"
Suara pekikan keras yang terdengar melengking di telinganya, seketika dia menjauhkan handphone dari telinganya. Dan mendapatkan tatapan aneh dari murid-muridnya.
"Eh, ma-maafkan saudara ibu yang berisik ini," katanya sambil kembali mendekatkan handphone pada telinganya.
"Heh Bambang! Bisa nggak sih jangan di biasain teriak-teriak, kita ini lagi bicara via telepon loh. Kamu itu ngomong langsung di telinga aku. Kalo sampai aku budek, mau kamu ganti rugi!" sahutnya sambil sedikit mengomel.
"Syukurin! Siapa suruh langsung pergi aja nggak bangunin aku dulu, aku kan ada pekerjaan pagi ini. Mana semalam udah diingetin lagi," ucapnya.
"Udah aku bangunin kak! Kamunya aja yang ngebo, nggak mau bangun-bangun. Ya udah jadinya ya aku tinggalin," sahut nya.
"Udah deh, sekarang mending cepet mandi terus berangkat kerja. Males-males aku aduin ke Ayah kamu ya, biar di pecat dan nganggur!" serunya.
"Etdah Mon, jelek banget doanya," ucapnya.
"Udah ih, bye aku mau kerja."
Monica segera mematikan teleponnya, menggantinya ke mode silent agar tidak mengganggunya lagi dan kembali fokus menatap para muridnya yang sepertinya sudah menunggunya sejak tadi.
Oh iya, sepertinya kalian belum tahu tentang gadis ini.
Namanya Monica Wanda, biasa di panggil Momon, Moon atau Monic. Seorang gadis bertubuh bak gitar Spanyol, yang tertutupi oleh pakaian panjangnya itu adalah seorang guru di sebuah sekolah dasar. Dia memilih menjadi seorang guru karena dia sangat menyukai anak-anak dan dia merasa sangat prihatin saat melihat banyak anak yang di terlantarkan oleh orang tuanya, dari sana dia bertekad untuk menjadi orang tua kedua mereka.
*****
Sepuluh menit berlalu, Jhonny sampai di rumah sakit. Dia turun dengan santai keluar dari mobilnya, menyita pandangan para pengunjung rumah sakit.
"Wow! Amazing..." ucap seorang wanita yang di lewatinya.
Wanita itu berkali-kali mengerjapkan matanya, sesaat kemudian.
"Aku udah datang Mom," ucap Jhonny sambil fokus pada handphonenya.
