Hujan
Jhonny sebenarnya terharu atas penjelasan yang diberikan oleh mommynya itu.
"Oh iya Jhon, udah sore kamu antar Bu guru Monica ya. Kasihan, biar Mommy yang jagain Mark," ucap nyonya Cecil.
"Ntar dia nolak gimana?" tanya Jhonny.
"Mangkanya kamu harus tulus dari hati, terus pedekate, jangan tiba-tiba nembak aja. Lah masa cowok seganteng kamu masih di ajarin Jhon gimana caranya biar nggak di tolak?" sahut nyonya Cecil.
"Mommy..." sahut Jhonny sambil memicingkan matanya yang kemudian mendapatkan kekehan dari Mommynya.
"Permisi, Mark sudah tidur. Saya pulang dulu," pamit Bu guru Monica.
"Bu, biar anak saya yang akan mengantarkan anda pulang," ucap nyonya Cecil.
Deg!
Monica melirik Jhonny yang memalingkan wajahnya.
Glek!
"Mmmh, tidak perlu nyonya. Saya sudah memesan taksi online kok, terimakasih atas tawarannya," sahut Monica sambil beranjak pergi.
Sesaat kemudian, Monica berhasil keluar dari ruangan Mark. Dia terlihat mengerjapkan matanya berkali-kali, dan memegangi dada sebelah kirinya.
Sebelum pulang, Monica memutuskan untuk pergi ke toilet terlebih dahulu. Di sana Monica mencuci mukanya dengan air dingin berkali-kali, mungkin benar apa yang matanya lihat. Itu benar-benar Jhonny, tapi nalarnya sungguh-sungguh tidak bisa menerima kejadian hari ini. Rasanya waktu berjalan tiga kali lebih lambat dari biasanya, Monica terlihat berkali-kali mengatur ritme nafas yang dia tahan sejak seharian tadi.
Setelah merasa lebih baik, Monica akhirnya keluar dari toilet dan menuju lobi rumah sakit. Sampai di luar tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.
"Yaelah, baru juga mau pulang udah hujan aja sih. Mana nggak bawa payung," ucap Monica.
"Pulang sama gue," ucap seseorang tiba-tiba dari sampingnya.
Monica melirik.
"Kamu? Ngapain kamu disini?" tanya Monica sedikit terkejut.
"Gue anterin pulang," ajak Jhonny sambil meraih baju di bahu Monica.
"Ya jangan tarik-tarik baju aku juga Jojo," sahut Monica tanpa sengaja.
Monica dan Jhonny yang kini sudah mulai berjalan di tengah hujan dalam satu payung yang sama itu langsung berhenti, hanya suara guyuran hujan yang terdengar.
"Lo manggil gue apa tadi?" tanya Jhonny.
Deg!
"Apaan?" sahut Monica.
"Elo tadi ngomong apaan?" tanya Jhonny lagi setengah berteriak, karena merasa suaranya kalah berisik dengan suara hujan.
"Eh, dingin. Kalo mau main hujan-hujanan, main sendiri ya. Aku takut masuk angin," sahut Monica menghindari pertanyaan Jhonny.
Jhonny masih sedikit kebingungan, karena merasa mendengar sesuatu. Tapi dia tidak yakin, jadi Jhonny memilih pergi mengikuti Monica yang berjalan mendahuluinya.
"Katanya dingin, tapi elo kok hujan-hujanan?" tanya Jhonny sambil memayungi Monica lagi.
"Ini mobil kamu yang mana? Aku beneran kedinginan," sahut Monica.
"Tuh, mobil gue yang warna item," sahut Jhonny.
Setelah sampai, Jhonny segera membukakan pintu mobil untuk Monica.
"Terimakasih," sahut Monica.
Sesaat kemudian, Monica dan Jhonny sudah berada di dalam mobil yang sama. Jhonny mulai melajukan mobilnya.
Suasana menjadi canggung. Ini pertemuan pertama kalinya mereka setelah sekian lamanya mereka tidak pernah lagi bertemu.
Jhonny sesekali melirik Alexa dari kaca spion mobil.
"Rumah lo masih sama?" Jhonny angkat bicara untuk pertama kalinya.
Monica melirik.
"Kamu masih ingat rumahku?" tanya Monica.
"Gue sebenernya nggak inget-inget banget, nebak aja," sahut Jhonny.
"Oh," sahut Monica.
"Oh doang, songong banget sih!" pekik Jhonny.
"Kamu, emang terbiasa kasar kayak gini ya?" sahut Monica.
"Maksud lo kasar?" tanya Jhonny.
"Ya, gimana ya. Ini pertama kalinya kita ketemu dan kamu udah pakek bahasa lo gue, emang aku temen kamu?" protes Monica tanpa menatap Jhonny.
"Oh sorry, dasar bawel gitu aja di permasalahkan," sahut Jhonny.
"Kamu itu punya anak yang masih kecil, kalo kamu bicara kasar seperti ini. Dia pasti akan merekam hal itu dan akan terpaut dalam pikirannya untuk menggunakan kalimat kasar seperti itu sampai dia dewasa," protes Monica.
"Ah, bacot!" pekik Jhonny sambil meminggirkan mobilnya.
"Keluar!" seru Jhonny.
"Kamu beneran?" tanya Monica.
"Lo pikir gue lagi bercanda?!" seru Jhonny.
"Ini gelap loh, aku cewek," ucap Monica gemetaran.
"Hah, gue pikir lo bakal seberani apa. Gini doang dah ciut," ucap Jhonny yang kemudian melajukan mobilnya lagi.
Monica tidak lagi bicara dan hanya menatap jendela mobil tanpa melihat ke arah Jhonny lagi. Sesekali air matanya menetes dari pelupuk matanya.
Sepuluh menit kemudian Jhonny menghentikan mobilnya, di depan rumah Monica.
"Terimakasih atas tumpangan anda," ucap Monica sambil menunduk dan segera keluar dari mobil Jhonny.
'Dia nangis?' batin Jhonny.
'Dasar cengeng!' pekik Jhonny. yang kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Monica segera masuk ke dalam kamarnya dan meletakkan tasnya di lantai.
'Ih! Ngeselin!? Kesel! Kesel!' pekik Monica berkali-kali.
'Kenapa sih? Baru juga ketemu!' pekik Monica lagi.
Sesaat kemudian.
"Monica, lu ngapa heh? Kok teriak-teriak?" tanya seorang pria dari balik pintu kamar Monica.
Monica membuka pintu kamarnya.
"Loh, lu nangis? Wah, nggak beres nih. Sekarang bilang sama Abang, siapa yang udah bikin adek gue nangis," ucap pria tadi yang tidak lain adalah kakak Monica yang bernama Baekhi.
Baekhi itu kakaknya Monica, beda tiga tahun doang. Orangnya lucu, nggak bisa diam, suka ngebanyol, sering absurd sih, kalo ngomong keras banget kayak lagi di lapangan terbuka, tapi orangnya baik. Sering juga jadi tempat curhat Monica, oh iya, kedua orangtuanya memberikan nama Baekhi karena terinspirasi dari pemain sepak bola Bekham.
Tapi di luar dugaan dia nggak tertarik sama sekali sama Bekham dan sepak bola, dia malah tertarik sama salah satu member grup boyband asal Korea Selatan yaitu Baekhyun, karena Baekhyun ganteng dan dia merasa mirip.
Emang ya, nggak ada akhlak tuh si Baekhi, wkwk-.
"Nggak, bukan apa-apa kok. Cuman kesel aja pengen istirahat," elak Monica.
"Alah, bohong lu. Udah deh Mon, lu tuh nggak bakat bohong. Coba deh cerita sama gue," ajak Baekhi sambil berjalan ke dalam kamar Monica.
"Ih, ngapain sih masuk bang. Keluar deh," pinta Alexa.
"Nggak, gue pengen dengerin dulu, apa yang udah bikin adek gue nangis," sahut Baekhi.
Monica mengikuti Baekhi yang terus masuk dan duduk di dalam kamarnya, Monica terdiam enggan menjawabnya dan hanya duduk di samping Baekhi.
Baekhi itu orangnya pengertian banget, dia tahu kalo Monica mode begini nih. Dia cuman pengen di temenin, nggak perlu tanya macem-macem.
Tiga puluh menit kemudian.
"Bang," panggil Monica lirih.
"Hm, apaan?" tanya Baekhi.
"Lu percaya nggak, gue tadi ketemu sama Jhonny," ucap Monica membuka pembicaraan.
"Jhonny? Jhonny, cowok yang sering kamu ceritain dulu itu?" tanya Baekhi.
Monica mengangguk, sambil mengigit bibir bawahnya.
Baekhi terlihat terganggu saat mendengar nama itu, terlihat dari tampang tidak sukanya.
