Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

bab 5 • Mengobati •

Di dalam perjalanan, Adam hanya bungkam. Sementara Nadia dengan sabar menjawab semua pertanyaan Nathan. Hingga Nathan tertidur dengan sendirinya karena lelah. Dalam keheningan setelah melalui semua itu, sesungguhnya Nadia sangat ingin membicarakan kelanjutan dan kejelasan hubungan mereka yang masih berstatus siri. Wanita mana yang tidak ingin pernikahannya diakui negara dan mertua.

"Mas...."

"Iya Nad." Jawab Adam tanpa menoleh kearah Nadia yang memangku Nathan yang terlelap.

"Apa yang kalian bicarakan tadi?"

Adam hanya menghela nafasnya.

"Aku katakan yang sebenarnya, aku juga sudah tak ingin menutupi semua ini Nad."

"Lalu bagaimana jika papa tau dan mengusirmu mas."

"Jangan khawatir, mas dah ada cadangan rencana. Walau papa mencabut hak waris mas. Itu nggak masalah buat kita."

"Benarkah?"

"Iya. Kamu tenang aja ya?" Ucap Adam menoleh dengan senyum kecil diwajah tampannya.

_____

Rina nyenderkan kepalanya menatap keluar melalui kaca mobil di sampingnya. Bulir bening masih senantiasa membasahi pipinya. Zidan menyodorkan sebungkus tisu padanya, Rina hanya diam tanpa menggerakkan anggota tubuhnya sedikitpun. Ia hanya terus menangis.

Zidan meletakkan lagi tisu itu ke dasbor. Lalu ia menepikan mobilnya dan berhenti. Zidan memandang Rina yang masih berada di dunianya. Menangis tanpa suara, tetap membiarkan pipi nya basah.

Tangan Zidan tergerak mengambil tisu, lalu mencondongkan tubuhnya menghapus air mata Rina. Hingga tisu itu basah dan memaksa Zidan untuk menarik tisu yang baru. Ia memencet hidung Rina hingga keluar ingusnya, lalu membuangnya pada lembaran tisu yang ia bawa.

Rina menoleh, menatap Zidan dengan pandangan mata protes.

"Kau ini apa-apaan? Itu menjijikkan. Kenapa membuang ingus ku."

"Itu karena aku risih mendengarmu terus menyedot ingus. Apa tak bisa kau buang dulu? Dalam pikiranku kau menelan ingus dihidungmu."

Rina menyentak nafasnya sambil masih menangis.

"Kau benar-benar....." Protesnya ditengah tangisan. Rina menarik tisu di dasbor lalu membuang ingusnya berulang kali. Sampai habis.

"Buang disini. Jangan kotori mobilku." Zidan menyodori kantong pada Rina.

"Sial nya aku punya bos sepertimu."

"Ini sudah malam. Aku bukan lagi bos mu."

"Adik ipar." Sengal Rina sembari menghapus air matanya.

"Adam sudah mentalakmu. Kau bukan lagi Kaka iparku."

"Brengsek kau Zidan!" Umpat Rina menatap sinis pada Pria di sampingnya.

Zidan membuang nafasnya, membetulkan posisi duduknya.

"Ayo kembali kerumah sakit."

"Enggak mau. Aku lapar. Ayo cari makan saja."

"Setelah menangis selama itu kau merasakan lapar juga ternyata ya...." Ledek Zidan dengan senyum miring.

Rina meninju lengan Zidan, "Tentu saja. Kau pikir baper nggak butuh tenaga?"

Zidan tersenyum geli.

"Baiklah. Ayo kita makan yang banyak. Dan lupakan kesedihan. Lupakan rasa sakit dan bangkit. Lalu berbahagia. Heeemmm?"

Mobil itu bergerak lagi. Lalu berhenti disebuah resto dengan banyak lampu di halamannya. Dan kursi kayu yang ditata rapi. Zidan dan Rina memilih salah satu kursi yang agak menjorok kearah taman dimana disana ada kolam ikan berwarna warni yang berenang dengan lincah. Memesan makanan dan camilan cukup banyak, Zidan melebarkan pupil matanya. Karena Rina memesan makan sebanyak itu.

"Kau yakin bisa menghabiskannya?"

"Apa kau meremehkan aku?"

"Yah, tubuh mu kecil untuk menampung makanan sebanyak itu." Ucap Zidan memindai tubuh Rina yang duduk didepan nya dan berganti melihat meja yang penuh makanan.

"Jangan remehkan wanita yang sedang patah hati. Gunung juga bakal habis dimakan." Ucap Rina dengan senyum yang tak sampai di matanya."Lagi pula aku sedang hamil. Anakku harus mendapatkan makanan yang cukup."

Zidan tergelak, ia cukup lega Rina tidak terpuruk terlalu lama, tenggelam dalam kesedihannya.

"Bagus."

"Aku mau mengambil cuti selama lima hari, sesuai rencana."ungkap Rina mencubit nasi dan ayam geprek lalu memasukan kedalam mulutnya.

"Baiklah."

"Aku ingin menyendiri dan menenangkan hati serta pikiran."

"Okey."

Zidan menyeruput minumannya.

"Kau mau kemana?"

Rina menatap Zidan lekat. "Sebaiknya dimana?"

"Terserah, asal jangan ke Bandung."

Rina tersenyum kecil. "Apa kau pikir aku akan menyusul mas Adam?"

Ia menatap Zidan dengan senyum pahit.

"Jangan khawatir, aku akan terbang ke Singapure."

"Bagus, setelah dari sana, kembalilah dengan Rina yang baru, yang tegar dan kuat."

"Setelahnya, kita balas mereka."

Rina tertawa sinis mendengar kalimat pria didepannya. "Kenapa jadi kita?"

"Kau keberatan?"

Rina tak menjawab dan memilih diam tak merespon. Ia kembali menyantap ayam geprek ya sampai habis.

###

Hari berlalu, tibalah Rina yang melakukan perjalanan ke Malang. Ia tidak jadi pergi ke Singapure dikarenakan kandungan Rina yang masih masuk Minggu awal yang rentan.

Selama di malang, Rina hanya jalan-jalan menikmati beberapa kuliner. Tentu saja Zidan menyertai. Walau Rina sudah menolak, namun pria itu tetap memaksa.

Di alun-alun kota malang, dimalam hari sangat ramai, ada banyak penjaja makanan, baik yang ringan ataupun yang berat.

Rina berkeliling memanjakan lidah dan perutnya.

"Heemm... Ini enak banget. Pedesnya pas." Ucapnya mengigit bakso bakar yang baru saja dia beli. Tangannya memegang ujung tusukan bakso yang berwarna kemerahan karena sambal yang ikut di bakar bersama bumbu yang lainnya.

"Jangan banyak-banyak makannya. Ntar dedek nya kepanasan." Zidan merebut tusuk bakso dari tangan Rina yang baru berkurang dua butir. Lalu ia menggigit lepas satu bakso dan mengunyahnya perlahan karena masih panas.

"Panas!"

Rina terkekeh melihat Zidan yang kepanasan sekaligus kepedasan itu. Ia gegas mengambil sebotol air minum yang tadi ia bawa. lalu menyodorkannya pada Zidan.

"Makanya, jangan ngrebut punya ibu hamil." Rina mengambil kembali bakso bakar dari tangan Zidan. Lalu menggigitnya seraya tersenyum mengejek.

"Rin, ini tu pedes banget loh..." Ucap Zidan setelah menghabiskan sebotol air mineral."Kamu nggak kasian sama deb....."

Zidan tak menyelesaikan ucapannya, kala ia melihat pipi Rina yang basah. "Rin...."

"Panas.... Bibirku sampai melepuh..." Tangisnya sambil mengusap pipi dengan punggung tangannya. "Jangan menatapku seperti itu Zidan. Jangan mengasihani ku. Aku nggak menangisi mas Adam. Ini karena baksonya terlalu panas dan melukai bibirku..." Lanjutnya sembari sesenggukan.

"Siapa yang bilang kamu menangisi Adam haaahh?" Zidan jadi kesal dan merebut bakso bakar dari tangan Rina. Ia meraih bahu wanita yang menangis disampingnya, lalu membawa kedalam dadanya.

"Kalau panas jangan dimakan. Biar aku saja yang makan." Gumam Zidan dengan kesal menggigit bakso dan mengunyahnya dengan kasar. Ia tau,pasti Rina mengingat lagi suaminya yang kini sedang berada di Bandung dengan keluarga kecilnya.

Malam itu selepas berwisata kuliner, Rina dan Zidan kembali ke hotel. Kamar mereka bersebelahan. Rina langsung merebahkan diri di ranjang kamarnya. Ia teringat lagi pada Adam. Bagaimana pria itu mengecup kening Nadia. Juga tentang kata-kata Adam jika dia vasektomi demi istri pertamanya. Air mata Rina meleleh, ia mengingat bagaimana betapa hancurnya dia setiap kali setelah berhubungan, testpack nya selalu negatif.

Suara tangisan Rina terdengar hingga ditelinga Zidan yang memang sedang duduk merokok di depan kamar Rina. Ia bergegas mengetuk pintu.

"Rin!"

"Buka Rin!"

"Rina!"

Zidan terus mengetuk dengan tidak sabar.

"Buka Rin."

Hanya suara tangisan Rina yang lirih terdengar.

"Buka Rin."

Zidan terus mengetuk pintu kamar Rina, ia tak mungkin mendobraknya. Ia hanya bisa terus mengetuk dan memanggil nama wanita yang kini tengah bersedih didalam sana.

"Rin, plis, buka pintunya."

Suara tangisan Rina melemah, Zidan tak lagi mendengarnya, semakin membuat Zidan khawatir dan cemas.

"Rina, buka pintunya sekarang. Jangan lakukan hal yang aneh-aneh! Tetap waras Rin!" Serunya sedikit panik. Karena ia sama sekali tak mendengar suara dari dalam. Pikiran Zidan berkelana dan terus membayangkan yang tidak-tidak.

"Rina, kalau nggak buka juga. Aku dobrak. Aku hitung sampai tiga."

"Satu"

"Dua"

"Tiga"

Zidan memundurkan tubuhnya siap mendobrak...

________

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel