Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Semuanya tengah menikmati makan malam bersama di taman belakang rumah Dewi. Semua anak-anak sudah tertidur pulas dan kini hanya tinggal para orangtua. Tak lama datang suami Elza yang bernama Jackson.

"Malam semua..." sapa Jack yang baru datang.

"Malam Jack." jawab semuanya.

"Hai Sayang, maaf aku terlambat." Jackson mengecup kening Elza dan duduk di sampingnya. "Eh ada Pak Dokter juga, apa kabar Dhik?" sapa Jack.

"Baik, Jack." jawab Dhika.

"Guys,, ini barbequenya udah mateng. Ambil sendiri yah!" teriak Irene dari tempat pemanggangan barbeque.

"Dasar Kaleng Rombeng, gak usah teriak-teriak. Suara cempreng lu ganggu gendang telinga gue!" keluh Okta yang tengah mengolesi daging dengan margarin dan bumbu dengan koas di tangannya.

"Diem lu Gator!" jawab Irene mendengus.

"Honey… Ini ambil daging punya kamu," teriak Irene lagi. Padahal jarak Irene dengan Seno tidak terlalu jauh, tetapi Irene sangat suka berteriak.

"Iissshhh.... Gue sumpel juga congor lu Pake koas nih," keluh Okta kesal, tetapi Irene hanya cuek saja dan malah berjalan menghampiri Seno seakan ucapan Gator adalah angin lalu.

Tak lama Serli datang menghampiri Okta dengan membawa piring di tangannya.

"Yaelah, Kaleng Rombeng ilang kini datang lagi cewek Metromini," keluh Okta, hidupnya kenapa selalu di recoki oleh 2 wanita menyebalkan ini.

"Ngomong apaan lu?" tanya Serli dengan nada galak.

"Gue lagi berdoa, biar kuntilanak-kuntilanak gak pada ngerecokin gue mulu," ujar Okta.

"Yang mana ini yang udah mateng?" tanya Serli.

"Belum ada," jawab Okta sibuk membulak balikan daging.

"Daritadi lu ngapain aja sih Gator? Kenapa belum ada yang mateng?" sewot Serli.

"Heh Kun kun Metromini, gue bukan chef lu yang harus masakin buat lu. Masak aja sendiri!" ucap Okta sambil mengambil barbeque miliknya ke dalam piring.

"Itu buat gue dulu," rebut Serli.

"Enak aja, kalau lu mau, ya masak sendiri," jawab Okta.

"Buat gue dulu, lu masak lagi." Serli menyerobot piring Okta dan pergi meninggalkan Okta begitu saja.

"Dasar Metromini gendeng! Seneng bener lu nyerobot makanan gue!" amuk Okta tapi Serli cuek aja dan duduk di samping Daniel.

"Ada apa sih Bun? Kenapa si Gator ngamuk?" tanya Daniel kepada Serli tetapi Serli hanya mengedikkan bahunya diiringi cengengesannya karena berhasil membuat kesal Gator.

Tak lama Okta datang dengan membawa banyak barbeque.

"Nih makan, kalian enak pada ghibah di sini nah gue sibuk sendiri!" keluh Okta duduk di samping Dhika.

“Mana ada ghibah enak, yang ada juga dosa kali,” kekeh Ratu membuat yang lain terkekeh.

“Harusnya lu bersyukur dan gak banyak ngeluh karena terhindar dari dosa,” timpal Angga membuat Gator mencibir.

“Lagian itu kan emang tugas lu, Gator.” Kini Serli kembali bersuara.

"Dasar Metromini, gue pites tau rasa lu!" gerutu Okta sebal.

"Ck, kalian berdua kayak anak kecil aja, cekcok mulu. Gak baik kalau di liat Verrel," ujar Daniel menengahi.

"Maktanya kalau cari bini jangan model kayak Metromini gini," ujar Okta membuat Serli melotot. "Apa lu?" balas Okta, keduanya beradu pandang dengan tajam.

"Udah udah..." Daniel mengalihkan pandangan Serli menjadi ke arahnya.

***

Dhika kembali bekerja di rumah sakit, tadi pagi dia kembali dari Bandung dan langsung menuju ke rumah sakit. Dhika yang sudah memakai jas putih miliknya berjalan menuju receptionist, untuk mentanyakan beberapa data pasien.

"Suster, pasien atas nama Ny. Thalita diruang UGD kembali kejang-kejang," ucap Perawat laki-laki itu membuat Dhika terPaku ditempatnya.

"Saya akan hubungi Dokter Jhon segera," jawab Suster itu dan terlihat menghubungi seseorang.

 

"Kamu bilang siapa tadi nama pasiennya?" tanya Dhika menatap ke arah Perawat laki-laki itu.

 

"Ny. Thalita, Dokter. Dia baru masuk rumah sakit tadi malam karena Serangan jantung," jawab Perawat itu. 

Tanpa berpikir panjang, Dhika berlari begitu saja menuju ruang UGD. Dhika berhenti di ambang pintu UGD dan melihat blangkar yang berisi seorang gadis, tetapi wajahnya belum terlihat karena terhalang tirai rumah sakit. Jantung Dhika berpacu dengan sangat cepat saat melangkah mendekati blangkar itu.

'Apa benar ini dia,,, apa ini benar-benar dia... Thalitaku....' Batin Dhika terus berjalan perlahan menuju blangkar tetapi tiba-tiba seorang Dokter paruh baya mendahuluinya dengan seorang Perawat. Dokter itu sibuk memeriksa gadis itu, langkah Dhika terhenti tepat diujung sisi blangkar. Wajah gadis itu masih belum jelas karena terhalang Dokter.

Saat pasien terlihat sudah tenang, Dokter berdiri tegak dan terlihat jelaslah wajah gadis yang tengah terlelap itu. Dhika terPaku ditempatnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Matanya sudah merah menahan air matanya.

'Dia......ternyata bukan Thalitaku,' batin Dhika.

"Dokter Dhika." panggilan itu menyadarkan Dhika dan berpaling menatap ke arah Dokter paruh baya itu. "Ada apa?"

"Tidak apa-apa Dokter Jhon, tadi saya hanya lewat saja dan melihat pasien kejang-kejang," ucap Dhika mengatur nafas dan detak jantungnya yang hampir keluar dari tempatnya. 

Setelah perbincangan singkat itu, Dhikapun berlalu pergi meninggalkan ruangan dengan hati yang tak menentu.

'Aku pikir dia telah kembali,, aku pikir dia kembali datang untukku' batin Dhika.

Saat Dhika berjalan melewati lift, tanpa sengaja pandangan Dhika melihat ke arah lift yang hampir tertutup. Di sana ada seorang gadis tengah berdiri dengan memainkan handphonenya. Mata Dhika melotot sempurna saat melihat gadis itu,, tanpa pikir panjang Dhika berlari ke arah lift tetapi Sayangnya lift sudah tertutup sempurna. Berkali-kali Dhika menekan tombol lift tetapi tidak terbuka, Dhika menatap ke atas pintu lift dimana di layar merah kecil itu menunjukkan lantai 1.

Dhika berlari menuju tangga darurat, ia berlari seperti orang kesetanan menuruni tangga menuju lantai 1. Berkali-kali Dhika hampir jatuh, tapi tidak dia perdulikan. Dhika terus berlari menuruni tangga. Gadis di dalam lift itu keluar dari lift dan berjalan dengan anggun menuju lobby rumah sakit, tak lama Dhika keluar dari pintu tangga darurat dan berlari keluar rumah sakit. Saat itu juga gadis yang dia kejar tengah menaiki sebuah taxi dan berlalu pergi. Dhika yang melihatnya langsung berlari mengejar taxi hingga keluar area rumah sakit.

"Thalita.!!!"

Teriak Dhika, tetapi taxi itu semakin cepat melaju. Dengan terbatuk dengan nafasnya yang tersenggal dan peluh yang sudah membanjiri seluruh tubuhnya. Pandangannya tak luput dari taxi yang semakin menjauh.

"Aku yakin itu dia..... aku yakin itu benar Thalitaku," gumam Dhika.

"Aku akan mencarimu, Lita," ucap Dhika tersenyum bahagia. 

Dhika memasuki ruangannya dan meneguk satu botol aqua kecil, lalu dia mengeluarkan handphonenya dan menghubungi seseorang. Kebetulan yang menyenangkan, karena tadi di belakang taxi itu tercetak jelas nomor telepon dari sopir taxi itu. Dhika segera menghubunginya dan mentanyakan perihal gadis yang baru saja menumpangi mobilnya, tetapi sopir taxi itu berkata kalau gadis itu turun di halte bus.

"Kamu tidak berubah, kamu sangat pintar dalam hal mengecohku. Kamu tau aku akan mengejar kamu," gumam Dhika. Dhika kembali menghubungi seseorang untuk melakukan pencarian Thalita kembali.  

‘Tak akan lama lagi kita akan segera bertemu, Sayangku.’

 

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel