Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Missing you

Hari menjelang malam..

Saat dimana matahari akan berubah menjadi lebih berwarna oranye, dalam hitungan beberapa menit akan tenggelam seperti ditelan lautan dan digantikan dengan rembulan malam ditemani bintang-bintang Biasanya di jam segini aku akan duduk di meja besar yang biasa disebut meja makan, menunggu menu makan apa yang akan Bibi Kate tentukan sebagai makan malam hari ini.

"aku tidak menyadari jika Nona sudah duduk disana," ucap sang bibi, yang terkejut saat akan menaruh hasil masakannya di meja makan, dia tersenyum pada Giselle yang duduk tenang di seberang.

Aku mengangguk, asik menangis beberapa jam yang lalu membuatku canggung untuk berbicara dengannya. "Bibi, maaf untuk kejadian tadi siang,"

Aku tersenyum murung, aku merasa sedikit senang setidaknya aku tidak bisa melihat wajah senang mereka atas hinaan dari satu orang, hanya berusaha membuat diriku tak mendengarkan apapun yang mereka tertawakan maupun bicarakan dalam sorakan itu.

Bibi Kate menghampiri Giselle. 

"jika kamu mau, kamu bisa menceritakan padaku, tidak sulit mengucapkan bukan? Hanya perlu keberanian dalam dirimu, Giselle."

Aku menghirup aroma hidangan makan ketika tubuh Bibi Kate menghampiriku, aroma makanan kesukaan Daniel, mengingatku pada sebuah kenangan saat aku memutuskan untuk tinggal di apartemennya untuk merawatnya yang sedang sakit.

Aku menyentuh meja makan, mencari sumpit yang biasa diletakkan di dekat piring, kemudian aku meraba lagi apakah Bibi Kate sudah meletakkan makanku didekatku, selama tiga tahun ini, itu satu kegiatan yang selalu aku lakukan sebelum makan.

Walau pertama kali melakukannya terasa begitu menyakitkan, jika diingat betapa hancur diriku untuk memaksakan diri melakukan sesuatu tanpa melihat dan bahkan hanya menggunakan indra perasa dan indra penciuman.

Flashback On. [ Tiga tahun yang lalu ]

Hari ini, aku terpaksa mengambil cuti sampai tiga hari kedepan.

Bagaimana tidak?

Begitu mendengar Daniel Agata, kekasihku terjatuh sakit karena baru menyelesaikan perjalanan bisnis, saat itu juga aku menghentikan perjalananku menuju kantor dan membuat seribu alasan untuk bisa mengambil cuti selama tiga hari.

Mungkin kedengaran begitu berlebihan, tapi bagiku Daniel adalah segalanya. Aku bahkan ingin selalu menemaninya sepanjang hari walau hanya berada didalam kesunyian apartemennya.

Setengah jam perjalanan aku tempuh untuk sampai ke apartemen milik Daniel Agata. Tentu saja dengan beberapa bahan yang sempat aku beli di supermarket dibawah. Tepatnya di depan saat akan masuk ke area apartemen Daniel.

"dia masih belum menggantinya," aku tersenyum bahagia saat mengetik kata sandi apartemennya yang digunakan adalah tanggal lahir. 15 maret 19XX.

Setelah mengganti sepatu dengan sandal rumah, aku melangkah masuk kedalam ruangan yang begitu gelap. Pria itu sangat malas walau hanya untuk menyalakan lampu di ruang tamu.

"Niel? Kamu dikamar?" panggilku, aku tidak langsung menuju kamar Daniel tapi sebaliknya aku lebih memilih meletakkan barang yang aku bawa, walau tidak terlalu pandai memasak, aku masih bisa membuat ramen dan juga bubur.

"Giselle?"

Sosok yang aku cari baru saja melangkah keluar, aku tersenyum

melihat wajah pucat dan lemas dari suaranya. Tak lama aku segera menghampirinya dan memberikan pelukan rindu karena sudah 2 minggu aku tidak bertemu dengannya, apalagi perjalanan Daniel ke London membuat aku sulit menyesuaikan waktunya.

“apakah aku harus sakit dulu? Untuk bisa membuatmu bisa menemuiku sekarang?" ucap Daniel, dia mencium kening Giselle penuh kerinduan, membalas pelukan gadis itu walau mungkin dia akan merasakan suhu tubuh panas Daniel.

"Niel! Kenapa berkata begitu? Niel, tahu sendiri bukan? jika Ayah melarang kita tinggal bersama sampai kita menikah?" ucapku, dari dalam pelukkan Daniel, aku bisa merasa jika pria itu memang terserang demam.

"baiklah, karena kamu sudah sini, tolong rawat aku Nona Giselle." dengan manja Daniel meletakkan keningnya di bahu Giselle, padahal pria itu sebelumnya tidak mengeluh apapun saat Giselle tahu dia sakit, tapi sekarang? Tingkahnya benar-benar berbeda saat Giselle memaksa untuk merawatnya.

"Niel! Kamu sedang demam! Jangan mencoba untuk menciumku!"

aku menolak saat Daniel mengajakku berciuman, padahal pria itu tahu jika melakukan itu bisa menularkan kepadaku juga, dengan sedikit kasar aku menahan wajahnya dan menutup mulut dengan tanganku.

Menyeret pria itu untuk duduk manis di sofa dan sedang aku sibuk membuat sesuatu di dapur.

"Duduk disini dan jangan menggangguku! Niel mengertilah,"

Daniel menunjukkan ekspresi kesal, dia pasrah saat aku menyuruh duduk disana "apa satu saja tidak boleh?"

Aku tersenyum padanya, lalu menggelengkan kepala sebagai satu penolakan. Aku kembali pada bahan-bahan yang tadi aku beli, mengeluarkan satu persatu lalu mencucinya sebelum aku menggunakan. Dari bar dapur aku bisa melihat jika Daniel masih marah, aku hanya tidak mau membuatnya merasa bersalah karena pada akhir aku tertular demamnya.

Sekitar 45 menit aku habiskan untuk membuat makan untuk Daniel dan juga diriku, aku membuatkan bubur dengan campuran ayam dan juga beberapa sayuran, sedang untuk menu makan siang aku membuatkan omelet dan mie instan.

"Niel, kemarilah"

"Akh!! Kepalaku terasa pusing, kenapa tidak kamu saja yang membawakannya kesini?"

Aku menghela nafas, dia sangat manja dan memanfaatkan situasi untuk membuatku terus melayani nya, setelah memastikan dapur rapi, aku membawa semangkuk bubur milik Daniel dan juga makanku dalam satu nampan.

"baiklah, ini makan anda Tuan Agata," ucapku, aku meletakkan di meja ruang tamu dan memilih untuk duduk disamping kekasihku.

"bubur?"

"Ya, saat sakit kamu harus memakan bubur," 

“Tidak mau! Lihat, kau bahkan makan ramen kesukaanku!"

Setelah itu hanya ada perdebatan kecil dimana aku dan Daniel, sedikit memberikan makanku jika Daniel bersedia menghabiskan buburnya, kami saling bergantian menyuapi satu sama lain.

Flashback Off.

“kenapa? Apa Giselle tidak ingin makan itu?" Tanya Bibi Kate, dia menarik kursi yang tidak jauh dari tempat Keira duduk. Di jam segini Bibi tidak terbiasa makan, dia hanya minum susu dan juga buah.

Aku tersadar dari lamunanku, aku tidak tahu jika aku baru saja mengingat masa saat aku merawat Daniel, aku pikir. Aku baru saja memasukkan satu suapan dalam mulutku tapi nyatanya itu hanya sebuah halusinasi.

“Ah—itu aku menunggu sampai sedikit dingin," ucapku, Aku kembali mengangkat sumpit dan sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam mulutku.

"bagaimana aku bisa melupakanmu, jika kenangan bahkan tidak meninggalkanku walau itu hanya sebuah jejak kaki,”

Aku merasa jika saat ini aku kembali meneteskan air mata lagi, 'Oh, aku bahkan tidak lelah menangis sepanjang hari'.

"Bibi, terimakasih untuk makannya," ucapku, entah kenapa aku hanya mampu menghabiskan beberapa suapan, walau rasanya begitu enak jauh berbeda dengan buatanku tapi tetap saja aku tidak bisa sedikit melupakan rasa sebelumnya.

Aku mengambil tongkat yang aku letakkan di lantai, mengetuk-ketukan tongkat dengan lantai sambil menuju kamarku yang berada tidak jauh dari ruang tamu. Karena semejak kecelakan itu terjadi aku begitu takut untuk tidur dikamar lamaku apalagi melangkahkan kakiku di lantai atas.

Aku belum mampu dan tak sanggup menerimanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel