Champ JK
Bukan hal yang asing lagi jika Champ JK adalah sebuah agensi yang telah melahirkan banyak sekali para idol dan juga aktor yang hebat, agensi yang awalnya dipandang rendah kini di seluruh dunia ingin berkunjung kesana dan membuktikan sendiri kebenaran cerita tersebut.
‘JK Champ Entertainment' itu adalah nama yang tertulis sangat jelas saat pertama kali berdiri di depan gedung Champ JK, yang memiliki 31 lantai dan juga fasilitas bagi para idol dan aktor yang sangat terjamin kehidupannya.
Beberapa lantai dibuat khusus untuk para idol dan aktor yang biasa di sebut asrama atau tempat tinggal mereka selama mereka bekerja di JK Champ entertainment, selain lantai yang khususkan untuk mereka ada juga lantai yang disiapkan bagi mereka yang ingin menyumbangkan bakat dalam pembuatan lagu ataupun lainnya.
Tentu saja itu semua berkat kebaikan hati dari pemimpin agensi
tersebut, dia bukanlah Ceo yang sering dikaitkan dengan sikap dingin dan suka bertindak seenaknya, dia jauh dari julukan Ceo dalam novel.
Siapa yang tidak mengenal seorang Jeno Kharafy, seorang pria yang memegang tertinggi di Champ JK. Lelaki satu-satunya dari keluarga Kharafy yang kini sudah mengabdikan hidupnya untuk mengurus beberapa usaha di pinggiran kota Paris tentu saja bersama dengan beberapa saudaranya.
Di jadwal yang sibuk, Jeno masih bisa mengunjungi kedua orang tuanya tiga kali dalam satu bulan, jika dia tidak memiliki perjalanan bisnis diluar, dan jika memang dirinya sangat sibuk Jeno akan mengirimkan pesan pada mereka dan beberapa hadiah sederhana untuk mereka sebagai tanda permintaan maaf.
Di usia yang baru menginjak 27 tahun, Jeno sudah bisa menyelesaikan kuliah S2 dan mengurus perusahaan sejak dirinya berusia 23 tahun, Jeno Kharafy bukanlah seorang yang begitu mudah berdekatan dengan wanita dalam kata lain sampai usianya saat ini Jeno tidak pernah berkencan atau menjalin hubungan pacaran.
Satu alasan Jeno sangat menjaga dirinya, itu karena dia pria yang sangat menghargai wanita seperti dirinya begitu menyayangi sang ibu, sejak kecil dirinya sudah dididik oleh sang kakek untuk menghargai wanita dimanapun dirimu berada, sang menek juga mengatakan untuk tidak menyakiti perasaan mereka dan selalu menjadi pria yang tegas dalam hal perasaan ataupun sebuah pekerjaan.
Karena Jeno percaya jika dirinya yakin akan menemukan cintanya diwaktu yang tepat tanpa harus mendekati banyak wanita, itulah kenapa Jeno tidak suka bersentuhan dengan wanita yang berlebih apalagi sudah mendekat pelecehan apalagi berada di satu ruangan bersama wanita walau mereka adalah idol maupun aktris di bawah naungannya.
Jeno Kharafy juga sangat menjaga kesehatan tubuhnya, dia tidak terlalu suka minum apalagi merokok, dia sangat benci dengan asap rokok, kata orang yang bekerja dengan Jeno mengatakan jika dirinya adalah pria idaman bagi kaum wanita untuk dijadikan seorang suami idaman, dengan kekayaan dan ketampanan belum lagi sikap baiknya, siapa yang bisa menolak dirinya, tapi fakta itu tidak membuat Jeno menjadi sombong, dan dirinya semakin tertutup diri pada publik.
"Tuan, ini data yang anda minta?" dia adalah sekretaris Jeno, yang sudah bekerja dengannya selama lima tahun, dia adalah Mark Arkan, Mark merupakan saksi dimana dia melewati banyak perubahan di Champ JK.
"terimakasih, sekertaris Mark" ucapnya,
dia langsung menerima dokumen yang diberikan oleh Mark, secara perlahan dia membaca dengan seksama beberapa nama karyawannya yang akan segera mengambil pensiun dalam waktu dekat ini, Jeno memang sedang berencana melepas karyawannya dengan sedikit memberikan tunjangan masa tua mereka setelah secara resmi mereka mengundurkan diri.
Bukan hanya itu, Jeno juga akan membantu dalam urusan kebutuhan primer atau non primer, kegiatan yang dia lakukan bukan semata untuk membuat agensinya terkenal tapi sebaliknya dia ingin membantu sesama karena Jeno selalu diajarkan oleh sang Ibu dan Keluarga Kharafy, untuk menghargai setiap usaha orang lain dan memberikan apresiasi tinggi.
Mereka yang akan meninggalkan gedung Champ JK adalah orang yang sudah membangun kejayaan yang hampir hingga, itulah kenapa Jeno tidak akan membuat mereka terluka dengan keputusan untuk pensiun.
“Tuan Jeno, maaf mengganggu anda, ada beberapa wartawan ingin bertemu dengan anda untuk membahas tentang skandal—,"
"katakan pada mereka untuk menunggu sampai makan siang, aku perlu mengunjungi beberapa yayasan ini," ucap Jeno, dia menyela ucapan Mark begitu saja, matanya masih sibuk melihat beberapa nama yayasan.
"baiklah Tuan Jeno, saya akan kemb—,"
Jeno segera menutup dokumen di tangannya, "tunggu! sekretaris Mark, bagaimana dengan tugasmu tempo hari?"
Mark menundukkan pandangannya, dia tidak lupa tugas pribadi yang Jeno berikan, hanya saja itu tidak mudah dijalankan.
"hingga saat ini aku masih belum menemukan apapun Tuan, maaf aku akan lebih keras lagi," ucap Mark.
Jeno menghela nafas, dan kembali menatap sekretaris-nya "baiklah, kamu bisa pergi, Mark."
Mark Arkan mengangguk mengerti, dia segera meninggalkan ruangan itu setelah membungkuk hormat pada atasannya.
Jeno kembali memfokuskan dirinya, dia tampak begitu serius melihat profil 15 karyawannya yang akan segera pensiun, rasanya baru beberapa tahun mengambil alih Champ JK, dia tahu jika di perusahaan ini banyak sekali karyawan yang berusia lanjut, dan seiring berjalannya waktu semua akan digantikan oleh generasi muda.
Jam sudah menunjukan waktu makan siang, dan sebentar lagi dirinya juga harus hadir dalam konferensi pers untuk mengklarifikasi skandal salah satu ldol-nya yang terlibat hubungan pacaran dengan salah satu agensi lain, Jeno Kharafy tidak terlalu mempermasalahkan skandal itu, dia cukup mengerti kenapa salah satu idolnya berpacaran.
Selagi bukan sebuah fakta yang Jeno ketahui, dia akan membiarkan memilih, jika skandal itu benar, semua orang tidak punya hak untuk melarangnya bukan?
Karena semua yang bekerja dalam naungannya adalah manusia, mereka bisa jatuh cinta dan juga berbuat salah, jadi bagi Jemo tidak terlalu menyulitkan dalam urusan skandal.
Mark Arkan kembali mendatangi ruangan Jeno, seperti biasa atasannya tidak terlalu menyukai makan siang di luar sebaliknya dia sangat menyukai masakan yang dibuatkan oleh pembantu di rumahnya.
Sekretaris Mark membawakan sebuah tas berisikan makan siang milik Tuan Jeno. "Tuan Jeno, makan siang anda sudah datang."
Jeno menoleh dan dia meletakkan kertas di tangannya di meja, Jeno menerima pemberian Mark dengan santai, dan segera membawanya di sofa tempat biasa dirinya beristirahat.
“Tuan kenapa anda masih mencarinya?"
"aku tidak bisa memberitahu alasannya," ucap Jeno, dia mengeluarkan semua makanan didalam tas, seperti menu kali ini didominasi oleh telur, kesukaannya.
"jika anda saja tidak ingin berbicara bagaimana aku bisa menemukannya? Sangat sulit mencari satu orang didunia ini hanya dengan namanya" Ucap Mark, dia sangat kesal dengan perintah Jeno yang begitu sulit, belum lagi pencaharian ini sudah berjalan selama satu tahun tapi tidak ada hasil yang baik, membuatnya terkadang begitu frustasi, hanya mencari satu orang di negara Paris.
"aku punya alasan tersendiri, kali ini kamu harus terus mencarinya jangan sampai lengah sedikitpun!"
Jeno mengambil telur yang digulung menggunakan garpu, memakannya dengan perasaan senang, rasanya masih tetap enak walau sudah satu jam dalam perjalanan.
"Bibi memang yang terbaik, makanan tidak pernah mengecewakanku," ucap Jeno, satu persatu bekal yang ada di hadapannya mulai masuk ke mulutnya.
"Tapi—baiklah! Aku akan mengambil cutiku jika sudah menemukannya," ucapnya, Mark segera meninggalkan ruangan dengan cepat, bahkan langkahnya seperti seorang yang terburu-buru.
"jika kau berhasil, aku malah ingin memberikan satu tiket liburan di sebuah kapal pesiar mewah," ucap Jeno, dia berbicara sedikit kencang agar Mark mendengarkan ucapannya sebelum benar-benar meninggalkan ruangan.
"benarkah?' Kau tidak berbohong?" tanya Mark, pria itu tidak melangkah mendekati Jeno tapi dia hanya membalikkan tubuhnya, menatap Jeno yang sedang mengunyah makanan.
"kau bukannya tahu, jika aku tidak pernah berbohong dalam urusan seserius ini? Jadi cepat temukan dirinya!"
"baiklah, aku pastikan kau akan segera mendengar berita baik,"
Jeno hanya menganggukkan kepalanya, dia lebih memilih untuk terus memakan makan siang, masakan rumah memang selalu bisa mengalahkan makanan di restoran mewah.
"aku harap itu segera terjadi, aku ingin segera bertemu denganmu teman masa kecil,"
