Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab | 12

Dua bulan yang lalu...

"Earnest! Kau gila.. kau ingin menjual ku lagi? Apa kau idiot? Kau tidak waras? Aku sudah bersabar perihal kemarin, lalu sekarang kau seperti ini?" Teriak Inzel ketika Earnest hendak menjualnya pada temannya.

"Tutup mulutmu pelacur! Aku akan tetap menjual mu, itu adalah resiko karena kau mau menikah denganku." Ucap Earnest begitu arogan.

"Pakailah baju ini dan dandanlah secantik mungkin, aku tak ingin kau mengecewakan tamu mu." Bentak Earnest melempar pakaian seksi tepat di wajah Inzel.

"Kau benar-benar lelaki tidah berperasaan, kau tega menjual istrimu Earnest! Kau gila." Teriak Inzel merobek baju seksi itu dan membuangnya di depan lantai.

"INZELLLL!" Teriak Earnest mencekik leher Inzel dan membenturkan di tembok.

"Aaawwwww."

"Turuti perintah ku atau kau akan menyesal!" Ancam Earnest.

"Tidak Earnest, aku tidak ingin kau menjual ku lagi." Tangis Inzel begitu sedih.

"Kau hanya diam Inzel, kau cukup melayani para lelaki yang sudah menyewa mu, mengapa kau sangat mempersulit keadaan ini." Ucap Earnest menepuk pipi Inzel.

"Bagaimana jika aku tidak ingin melakukan itu." Balas Inzel.

"Cerai... Aku akan menceraikan mu, aku akan menceraikan mu saat ini juga." Balas Earnest tersenyum.

"Tidak... Aku telah berjanji pada Grandma, aku tidak ingin ibu dan ayah harus melihat aku menjadi seorang janda." Batin Inzel yang memikirkan nasib kedua orangtuanya.

"Tak apa jika kau lebih memilih cerai, lagipula aku juga bisa dengan bebas bukan? Dan... Dan aku harus mengatakan ini pada Grandma, aku harus mengatakan kabar tentang perceraian kita, aku sendiri yang akan mengurusnya." Ucap Earnest memundurkan langkah mencari sebuah ponsel.

Inzel hanya diam, ia masih memikirkan banyak hal, bahkan dirinya sendiri tak sanggup menghadapi ini semua.

"Tunggu." Ucap Inzel saat melihat Earnest hampir menelpon Grandma.

"Baiklah Earnest, aku akan melakukannya." Jawab Inzel dengan lemas.

"Pintar, harusnya kau menyetujui hal itu sedari tadi Inzel, jadi aku tak perlu memukulmu bukan?" Balas Earnest tersenyum.

"Bajunya robek, pakai saja pakaian mu yang terlihat seksi, kau pasti memiliki itu." Ucap Earnest membhka lemari dan memilih sebuah baju.

"Ini.. pakailah ini!" Ucao Earnest melemparkan sebuah baju dress mini milik Inzel di atas kasur.

Baju itu adalah hadiah dari temannya untuk Inzel, hadiah yang mungkin akan Inzel kenakan saat berbulan madu, namun Inzel belum sempat memakai baju itu.

"Itu terlalu seksi." Ucap Inzel tetap dengan nada lemas.

"Jangan banyak bicara, turuti saja perintah ku!" Balas Earnest membentaknya.

"Baiklah." Balas Inzel mengambil baju itu dan pergi ke kamar mandi.

Sepanjang langkah kaki Inzel, tubuhnya benar-benar lemas, air mata selalu menetes tak bisa berhenti, ia tidak bisa membayangkan betapa menyedihkan nasibnya, ia akan melayani para lelaki itu.

Sssrrrrrrrrr

Inzel memutar kran wastafel, ia menangkup air di kedua tangannya lalu membasuhkan tepat di wajah.

"Aku tidak punya pilihan lain." Ucap Inzel kini melihat sebuah kaca di depannya.

"Aku telah menepati janjiku untuk tifak bercerai dengan Earnest kepada Grandma, aku tidak bisa mengingkari janji itu."

Inzel kini mulai berganti baju, merapikan rambutnya, ia berjalan keluar menuju meja rias.

Disana ia memoleskan sedikit make up agar tak terlihat pucat.

Ia memakai lipstik merah terang sesuai perintah Earnest.

Ia mengambil parfum dan menyemprotkan di tubuhnya.

"Earnest, aku sudah selesai." Teriak Inzel dari meja rias.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel