Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

21+ Bab 6

Inzel merasakan tubuhnya hancur seperti membopong sebuah gunung Himalaya yang sangat besar, pundak Inzel sangat sulit untuk digerakkan, jangankan untuk berjalan kedua kaki Inzel bahkan seperti orang lumpuh sulit bergerak dan sangat sakit.

Dibelakang pundak Inzel terlihat Gilbert tertidur lelap dengan nafas melambat seolah melupakan semua apa yang terjadi semalam, Inzel mengambil tasnya sendiri walau dengan tertatih, "jadi ini maksudmu membawakan sebuah baju ganti, Jadi ini maksudmu, "ucap Inzel mengingat bahwa kemarin Earnest memang sengaja memaksanya untuk membawa baju ganti.

Butuh waktu lama menerima semua kejadian ini, ia mengambil pakaiannya dan memakai dengan pelan, usai semuan terpakai Inzel membuka pintu untuk keluar kamar, namun wajah Farro sudah berada tepat di depan, "kau tidak bisa berjalan? ayo ku antar kau," terlihat mata panda Farro di kedua mata, ia sama sekali tak bisa tidur.

Farro melirik di dalam kamar melihat  ranjang yang roboh, sprei yang acak-acakan, dan gaun malam dari Inzel tersobek di bawah sofa, "ayo minumlah minuman ini, setidaknya bisa mengurangi rasa sakitmu," Farro memberi segelas minuman berisi vitamin .

Inzel malah memecahkan segelas minuman itu di depan mata Farro, "simpanlah minuman itu, aku tidak membutuhkan itu, sebuah kehormatan tidak bisa kau tukar dengan segelas minuman."

"Maaf aku menyakitimu," Suara berat seseorang dari belakang yang hanya memakai kain kecil putih dililitkan di pangkal paha.

Inzel mengerti suara itu adalah milik orang bernama Gilbert, Inzel tak menoleh tak menjawab, wanita itu melewati kedua lelaki itu dan berjalan terus keluar dari apartemen nya .

Mereka tak punya hak mencegah kepergiannya karena tugasnya adalah melayani nya, tapi di dalam lubuk hati Gilbert ingin sekali ia memeluk Inzel dari belakang mencium kembali leher Inzel.

"Aku terlalu menyiksanya, Kenapa aku jadi seperti ini," ucap Gilbert melihat betapa hancurnya kamarnya.

" Ini ulahku karena kemarin aku memberimu 2 pil VIAGRA," sesal Farro yang sudah siap menerima hantaman Gilbert.

"Apa? Kenapa kauu melakukan itu?" nyawa khas bangun tidurnya belumlah lengkap, mendengar ini dari mulut Farro membuat Gilbert seakan naik darah .

Farro pun menceritakan awal mula, kenapa? mengapa? ada apa? dan tujuan Farro memberi pil itu, Gilbert cukup mengerti alasan Farro namun tetap saja yang tersakiti disini adalah wanita itu, seharusnya mereka bisa melakukannya dengan saling meresapi .. terlebih ia masih Virgin.

"Kita ke apartemenku sekarang," ucap Gilbert terburu-buru mengambil  baju ganti dan segera ke kamar mandi.

~*******

Inzel membuka pintu Apartement, melihat bahwa Earnest dengan santainya menonton televisi, "Earnest," teriak Inzel dengan melemparkan apapun yang ada di meja tepat wajah Earnest.

"Apa yang kau lakukan? apa yang kau lakukan?" Inzel terus memukul dan  menampar pipi Earnest.

"Aku menyesal mengenalmu, aku sangat menyesal," Earnest menangkap pukulan tangan Inzel. "kau berfikir bahwa aku tidak menyesal?" Balas Earnest.

"Kauu tidak mencintaiku, aku mengerti, tapi aku istrimu, setidaknya perlakukan aku dengan layak," Inzel memukul keras seluruh tubuh Earnest.

"Aku tak pernah menganggap mu sebagai istri, dimataku kau hanyalah pembantu bagiku itu saja, dan satu lagi, kau juga seorang pelacur, jangan harap aku menyentuh tubuhmu, aku sama sekali tidak Sudi," ucap Earnest pun pergi hendak meninggalkan Inzel.

"Aku akan menelpon Grandma dan melaporkan semua kejahatanmu," Inzel membuka laci mejadan mengambil ponsel.

Brug ..

Tubuh Inzel di dorong menatap tembok, "kau ingin mengadu?"

Ponsel Inzel pun terpecah berkeping-keping karena Earnest membantingnya, "Earnest, kau membanting ponselku," teriak Inzel.

"Aku ingin kita cerai secepatnya, Cerai.. cerai... Aku sudah tidak tahan dengan sifat egoismu," teriak Inzel.

Lengan Earnest mengunci leher Inzel membuatnya sedikit tak bisa bernafas, "itu adalah hal yang aku tunggu, tapi sebelum kita bercerai, kucabut kata-kata ku dan akan aku beri kau sesuatu hal yang takkan pernah kau lupakan, sedetik pun,"

Ia mencium bibir Inzel dengan rakus, membuang celana dalamnya, tubuh Inzel di jatuhkan di atas ranjang memposisikan Inzel di atasnya dan Earnest di bawah.

Lelaki itu membuka celana, memasukkan penisnya, mengocok dengan cepat, tubuh Inzel di banting dengan kasar di atas ranjang, "akan ku buat kau tidak bisa berjalan, sama sekali tidak akan," Earnest memompa tubuh Inzel dengan ganas, menghentakkan bokong Inzel sangat keras membuat wanita itu harus menerima serangan bertubi-tubi.

Kaki kanannya di angkat menyuruhnya untuk berjongkok tak lupa ia memukul pantatnya, "ayo cepat ..ini kan yang kau mau,"

Menggoyangkan kembali tubuh Inzel membuat bibir Inzel hanya mengangga lebar-lebar, perih yang diberikan lelaki yang tak ia kenali itu masih terasa menempel di alat kewanitaan nya dan sekarang harus menerima kembali serangan menyakitkan itu oleh suaminya sendiri .

"Lihatlah kau sangat cocok dengan gayamu yang seperti ini," tangan Earnest menunjuk pada kaca yang berada di sisi kiri.

Dan di detik ini, menit ini, wanita itu takkan pernah bisa melupakan kejadian ini sampai kapanpun.

"Ohh good, Kau pelacur yang handal rupanya," ucap Earnest melepaskan batang kemaluannya dan mendesah kenikmatan.

"Mungkin saat ini akulah yang takkan pernah bisa melupakan kejadian ini setiap detiknya, tapi jangan salahkan takdir, jika suatu saat kau lah yang berbalik tidak bisa melupakan semua ini, " sumpahnya di dalam hati, Karena hati Inzel terlalu sakit melihat sebuah ketulusan yang diberikan namun semua hanyalah sia-sia.

Pernahkah kau merasa hidup namun jiwamu mati, Saat tak ada lagi harapan untuk berjuang, Amarah, dendam, kecewa, dan harga diri yang dijatuhkan begitu saja, serasa semua yang kau lalui takkan pernah ada gunanya.

______________________________________

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel