Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

21++ Bab 5

20 menit adalah waktu yang ditempuh Inzel menuju sebuah apartemen yang ia tak tahu apa tujuan dengan diantar taksi. 308 adalah angka nomor yang tertera di secarik kertas itu, Inzel segera memasuki lift memencet nomor yang dituju.

Walau hati Inzel merasa sedikit gelisah namun semua nya ia singkirkan demi memenuhi permintaan Earnest, mungkin saja setelah ini Earnest tidak akan marah lagi padanya.

Pintu lift terbuka segera Inzel menatap sisi kanan ruangan, 306, 307,308, tepat di nomor 308 sudah ada lelaki bertubuh tinggi seperti tiang bersender di tembok.

"Maaf tuan... saya dari -"

Farro langsung menarik tubuh Inzel masuk tanpa banyak bicara, tentu tahu karena wajahnya sudah sama persis yang di fotokan Earnest dari ponselnya tadi, "ia aku mengerti, masuklah," sedangkan gadis itu hanya bingung.

Farro membawa Inzel masuk ke dalam kamar, disana sudah ada meja berbentuk lingkaran dengan satu pria yang meneguk teh nya.

"Baiklah, lakukan tugasmu dengan baik," Farro memaksa Inzel duduk di hadapan Gilbert, namun sebelum Farro meninggalkannya ia sempat menepuk pundak Gilbert.

"Maaf, bisakah kita mulai sekarang," Gilbert membuka mata lebar-lebar, baru saja ia sampai namun sudah ingin memulai? Tapi maksud dari gadis malang ini adalah mulailah secepatnya agar ia bisa pulang dan bertemu Earnest, karena bagaimanapun ia sudah berstatus istri, tak wajar berduaan dengan pria terlebih itu di kamar.

Tubuh Gilbert terlihat resah, matanya seakan menatap lapar, sekujur tubuh Gilbert seakan membutuhkan sesuatu .

30 menit sebelumnya...

Farro memberi teh hangat Gilbert dengan 2 pil VIAGRA (obat penguat) obat itu akan bereaksi jika dalam waktu 30 menit, karena Farro tahu bisa saja Gilbert tak melakukannya, maka dengan itu ia mencampurkan 2 pil VIAGRA.

30 menit End ....

Di luar Farro sedang membaca koran, ia memasukan tangannya kedalam sakunya mengambil sebotol kecil dan menghitung pil, "astaga, kenapa aku memberikan 2 pil, aturan nya adalah 1 tidak, tidak, gadis itu bisa mati,"

Farro berlari sekencang mungkin menuju kamar Gilbert, namun kaki Farro terhenti mengingat sudah 30 menit berlalu tak mungkin mendobrak pintu itu bukan? Lagipula itu adalah point plus agar Gilbert melupakan Khansa, "biarlah aku mengorbankan gadis itu, maaf, maaf," dengan amat menyesal Farro kembali di duduknya.

Di dalam kamar...

Gilbert merasakan adiknya menegang membutuhkan sesuatu yang lebih... lebih... dan lebih..

Membuka dasinya dan dibuangnya, ia berdiri menarik tubuh Inzel lalu diciumnya dengan penuh nafsu.

Plak

"kurang ajar," kata Inzel.

Efek dari obat penguat itu sangat mustahil di hentikan, Gilbert menempelkan tubuhnya di depan Inzel, tangan Gilbert berhenti tepat di atas leher Inzel, sedangkan tangannya memplorotkan baju Inzel dengan paksaan yang didorong kuat oleh nafsu birahinya.

"Lepas, apa yang sudah kau lakukan, kau telah merobek baju ku," Inzel mencakar leher Gilbert mencoba lepas.

"Ohh, aku sudah tidak tahan," di luar kendali Gilbert.

Didorongnya tubuh Inzel menabrak sofa, semua pakaian Inzel dilepas dengan tangannya sendiri secara paksa dan tak bermoral.

Inzel mengambil kembali sobekan kain putih lalu di tempelkan di dadanya guna melindungi, namun tangan Gilbert meraih rahang Inzel dan bibirnya, ia mendekatkan bibirnya di telinga Inzel, "ohh, kau bitch yang jual mahal, tadi kau meminta yang memulai,"

"What? Bitch? I'm not bitch," menggigit jempol Gilbert dan berteriak.

Gilbert Menaikan kedua pundak Inzel, dicium leher jenjangnya, kedua tangan Gilbert menahan lengan Inzel yang dikunci dari belakang, "emmphhh... Your lips so delicious," mencium bibir Inzel dengan rakus.

"Lepaskan, biarkan aku pergi!" tangis Inzel.

Lelaki itu sudah teracuni oleh efek 2 obat sekarang yang ia butuhkan hanya kenikmatan yang luar biasa, Gilbert mencium payudara Inzel secara bergantian kiri dan kanan.

Mengendongnya ala bridal lalu di jatuhkan tubuh Inzel begitu saja, melepas celana yang ia pakai secepat mungkin.

Tubuh Gilbert menindihi Inzel sekencang mungkin, membuat gadis itu tak bisa bergerak sama sekali.

Mencium bibirnya kembali dengan ganas hingga penuh dengan lumuran lidah basah, mengigit puting Inzel tanpa ampun, mengecap tanda merah di lehernya dengan nafsu.

Apakah ini yang kau maksud bisnismu Earnest? Kau menggunakan tubuhku untuk berbisnis? Aku menjaga kesucianku, aku pertahanan kehormatanku untuk siapa? Untuk suamiku, dan suamiku adalah dirimu, tapi kau telah meruntuhkan kebangaanku, kau hancurkan semua nya, kau leburkan perasaanku hingga benar-benar lebur, tangis Inzel penuh rasa kecewa.

"Ku mohon lepaskan aku! aku mengandung seorang bayi," tangan Inzel memohon seperti minta ampun.

Gilbert memasukan penisnya dengan sangat semangat namun semua itu belum mampu menembus dinding perawan milik Inzel .

"Akh ... Akh," tubuhnya kaget menerima serangan itu.

Rasa sakit mulai menjalar di bawah selangkangan Inzel, perih dan panas menjadi satu, "cukup, hentikan,"

Lelaki itu menambah kembali dorongan penuh semangat, kedua tangan Gilbert mencakar punggung gadis itu hingga terluka parah di sisi kanan dan kiri.

"Aaaaakkkhhhhhh," Air mata, darah, luka, kecewa, perasaan yang hancur, semuanya telah melebur menjadi satu , memang benar gadis itu membutuhkan ini, tapi ia hanya akan melakukan itu dengan Earnest. bukan dengan orang asing yang merenggut nya seperti cara diperkosa... sangat menyakitkan.

Seperti sebuah pedang yang membelah gunung, dan telah masuk seutuhnya, semua rasa sakit ini hanya Inzel yang merasakan lain dengan Gilbert yang sangat nikmat, seperti sedotan yang menyedotnya, mimijit dari dalam, dan sempitnya sungguh membuat Gilbert penuh nikmat.

Hidung mereka saling bersentuhan, mata Gilbert yang penuh kepuasan sedangkan mata inzel yang penuh rasa sakit.

Memompa tubuh Inzel dengan sangat semangat sehingga salah satu kaki divan ranjang itu patah dan ambruk.

Brug..

Salah satu kaki divan pun patah akibat keganasan Gilbert, bahkan dengan posisi tubuh yang miring lelaki itu terus memasukan nya kembali.

Apakah aku bermimpi? Tuhan tolong bangunkan aku dari mimpi ini, ingin kuberlari sekencang mungkin, ingin ku dobrak semua takdir, waktu, dan kejadian yang ku alami, dia tidak mengerti perasaanku, tentu dia tidak paham, karena dia tidak pernah merasakan luka yang aku alami.

"Sakit, kau terlalu kasar mengambil mahkotaku," gadis itu menangis ditengah dua kesedihan, antara sakit dan kecewa.

Kembali lagi Gilbert menghujamkan miliknya dengan sangat semangat, tak ada lelah untuk itu, mengocoknya dengan cepat tak perduli kasur yang roboh akan kekuatannya, sungguh obat penguat itu menghancurkan semuanya.

"Akh.... aaaaaahhhhhhhh," teriak Inzel dengan meremas bawah bantal, kepala Inzel berpaling kanan dan kiri.

Gilbert memompa dengan mulut mengangga karena kenikmatan yang diluar kendali, tangannya memeras payudaranya namun kali ini bukan memeras, ia menikam nya seperti memecah sebuah telur.

"Oohh ah... Ohh aahh..." Gilbert menjadi semakin gairah melihat gadis itu menangis.

"Aaaaaaaaaakkkkhh," menancapkanya di bagian paling terdalam, ia menariknya kembali lalu menancapkan nya ulang seperti sebuah billiard yang akan menyodoknya.

Wanita itu kejang sehebat mungkin, tanpa memperdulikan rasa sakit yang ia rasakan lehernya tak mampu lagi meneguk ludahnya sendiri...tangannya tak lagi mencekram bantal, air mata membasahi kedua pipinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel