6. Hasrat
"Nih, aku bawaiin susu kotak strawberry, biar samaan kaya aku," Kata Saga tiba-tiba yang baru saja datang ke kantor langsung menghampiri gadis tersebut yang sedang mengerjakan brief yang di berikan tadi malam kepadanya oleh Saga.
Tapi tunggu, barusan Saga bilang apa?
Aku kamu ya?
Apa Elena gak salah dengar?
Please Elena gak sebudeg itu kok guys! Hanya saja ia sedikit tidak percaya dengan Saga yang berbicaralah berubah aku kamu seolah kita berdua memang sedekat itu, padahal sudah jelas sejak awal Saga kalau ngomong kepada dirinya udah Lo gue kaya apaan tau.
"Jadi ceritanya minum susu pun harus barengan sekaligus couplean?" Elena pun akhirnya membuka suara setelah Saga melangkah ke arah meja kerjanya.
Terlihat laki-laki itu tengah meminum susu kotak tersebut dengan rasa nikmat, dan Elena yang melihat pemandangan tersebut rasanya gemas sekali dan pengen nyubit kedua pipinya yang tirus seperti milik Elena.
Mendengar penuturan Elena yang seperti itu membuat Saga mengangguk semangat, "Iya dong kan bentar lagi kita berdua bakal jadi couple,"
DEG!
Dan itu cukup membuat seorang jantung Elena berdegup kencang dua kali lipat.
Perasaannya sudah tidak karuan dan itu cukup membuat Elena sedikit terganggu sekaligus salah tingkah sendiri.
Emang bener Saga sedang menguji sekaligus menantang Elena ya, baiklah kalau begitu.
Elena memang harus mengikuti alur main yang di buat laki-laki yang ada di hadapannya bukan? Karena jika memang ia mengikuti alur itu apakah dirinya bisa mendapatkan sesuatu semudah seperti halnya tanpabada syarat?
Mungkin bisa, mari kita lihat nanti ke depannya akan seperti apa.
"Ga?" Panggil Elena saat Saga sudah membuka jaket dan menyalakan MacBook miliknya di atas meja.
Laki-laki itu menoleh, mendongak menatap gadis cantik yang tengah duduk di hadapan Saga.
Dengan rambut kecoklatan yang sengaja di kuncir seperti ekor kuda padahal biasanya ia biarkan terurai, membuat jenjang leher milik Elena yang putih bersih terlihat menggoda bahkan Elena pun tampak terlihat segar dengan posisi model rambut yang seperti itu.
"Kenapa?" Langkahnya mendekat ke arah Elena dan tentunya itu cukup membuat Elena langsung bangkit dari duduknya bahkan mencoba mensejajarkan tubuhnya dengan Saga.
Dengan Saga yang berdiri di hadapan Elena yang jaraknya hanya beberapa meter dari dirinya membuat harus tubuh semerbak milik Saga yang maskulin masuk ke dalam indera penciumnya dan itu cukup memabukkan.
"Enggak, gue cuma memastikan aja sih," Kata Elena, yang secara sengaja tangannya menyentuh lembut pipi Saga yang tidak ada bulu-bulu halus di sana.
"Gue tahu, Lo pengen sesuatu dari gue kan? Entah itu apa tapi yang pasti, kalau gue pun pengen sesuatu dari Lo bisa?"
Saga terdiam, dengan jarak Elena yang terus mendekat ke arahnya membuat laki-laki itu sempat menahan nafasnya beberapa detik.
Harum tubuhnya masuk tanpa permisi ke indera pernafasan Saga.
"Gimana Ga?" Tanya Elena memastikan.
"Kalau semisal gue pengen jadi karyawan tetap dengan gajih di atas UMR Jakarta di sertai bonus-bonus lain Lo ma- Mhhh,"
Belum juga beres melanjutkan ucapan Elena Saga langsung melumat bibir Elena yang berwarna merah muda alami itu, rasa bibirnya yang mungil itu bisa ia tebak bahwa pagi ini Elena memekai lipbalm rasa apel karena ia bisa merasakan rasa itu dan Saga menyukainya.
Saga masih terus melumat bibir Elena, pelan tapi pasti karena ia tidak ingin ciuman ini Elena merasakan kerusuhan atau semacamnya.
Sedangkan Elena yang masih dalam kondisi terkejut, beberapa detik Saga terus melumat bibir miliknya, akhirnya gadis itu membalas lumatan bibir Saga dengan lembut sampai-sampai Saga yang mendapat perlakuan atau balasan ciuman Elena rasanya terbius.
Sial! Ini masih pagi tapi hasrat mereka berdua sedang beradu dengan rasa semangat, bahkan Elena pun benar-benar melayani permainan dan keinginan Saga kepadanya dengan baik.
Tangan kekar Saga tanpa di duga pun meremas pantat bagian kiri Elena pelan, dan itu cukup membuat Elena merinding sekaligus melirih pelan.
Mereka berdua benar-benar melumat bibir terlihat seperti membabi buta, dan akhirnya Saga pun melepaskan ciuman mereka berdua lalu mendorong Elena ke sofa yang terletak di sana.
Elena tidak berkutik, ia masih menatap Saga lurus dan siap menerima perlakuan Saga selanjutnya karena tanpa di duga pun Elena juga menginginkannya.
Persetan virgin till married, di jaman ini terlalu banyak pergaulan bebas sehingga keperawanan adalah hal yang tidak penting lagi, terutama di ibu kota Jakarta ini.
Tangan Saga memegang pipi kanan Elena, lantas menarik tengkuk leher belakang untuk kembali beradu dengan mulut Saga.
Elena tentu tidak menolak, bahkan kembali melumat bibir manis Saga akibat rokok yang sempat ia hisab sebelum berangkat kerja tadi.
"Wanna do in here or?" Celetuk Saga setelah mereka berdua beberapa menit saling melumat bibir satu sama lain, dan Elena pun sadar bahwa sesuatu yang berada di bawah Saga tengah bangun bahkan ia bisa merasakan itu.
Elena tampak berfikir, sebagaimana ia juga sekarang ingin melakukannya sekarang karena yang di bawahnya juga sudah basah. Tetapi akal sehat gadis tersebut masih sadar dan masih bisa berfikir jernih.
"Gak sekarang, aku gak mau karyawan lain terutama Ben mergokin kita berdua," Jelas Elena disertai mencium pipi Saga sekilas.
Di detik itu juga, Saga pun tertawa pelan sebari menggeleng kepalanya.
Astaga! Saga benar-benar gila karena Elena.
***
"Hey!" Sapa Ben saat melihat Elena yang baru saja keluar dari ruangannya.
Elena yang baru saja menutup pintu menoleh ke sumber suara yang tengah menyapa dirinya.
Melihat sesosok Ben yang berada di hadapannya, membuat Elena tersenyum manis kepada laki-laki tersebut.
Saat ini jam istirahat dan tentunya Ben akan menuju ke ruang loker khusus karyawan.
Ya memang seperti itu, ruangan loker karyawan terletak di sebelah ruangan Saga dan juga dirinya, maka dari itu selalu saja ada beberapa karyawan yang bolak balik di depan ruangan termasuk Ben.
"How you're today?" Tanya Ben kepada Elena yang seharian kemarin tidak sempat bertemu dengan gadis yang ada di hadapannya.
Elena menaikan kedua pundaknya sekilas, "Ya bisa kamu lihat,' Elena terkekeh.
Siang ini Elena memilih untuk makan di luar setelah dirinya dua hari berturut-turut selalu di belikan makan oleh Saga.
Dan tadi juga sebelumnya Saga berniat memberikannya makan siang lewat food online.
Tapi Elena sempat menolak karena dirinya ingin makan di warteg tepat sebelah kantor yang kaya semua karyawan di sini enak dan juga murah.
"Nyaman kan kerja di sini?"
Elena mengangguk, "Nyaman kok, tenang gak ada Masalah selama aku trainin beberapa hari ini,"
Ben mengerti, ia membalas senyuman manis milik Elena dengan senyuman lebarnya.
"Mau makan siang?"
"Iya nih, mau nyoba warteg yang katanya rame,"
"Ah i see!" Tukas Ben, "Mau makan bareng gak? Kebetulan aku makan siang mau di warteg juga,"
Bohong, padahal jelas Ben hari ini membawa makan siang dari rumah karena deadline yang harus kelar besok. Maka dari itu sejak tadi pagi ia benar-benar berniat untuk makan di kantor dengan bekal yang ia bawa tapi hal itu tidak dia laksanakan bahwasanya Elena yang akan makan di warteg.
Peduli amat dengan deadline, pepetin anak orang adalah yang utama bukan?
Yap! Kapan lagi pepetin cewe cakep di kantor.
"Boleh, yuk! Biar aku ada temen makan juga. Karena aku belum terlalu kenal sama semua karyawan yang lain," ucap Elena yang baru saja sadar bahwa ia belum mengenal semua karyawan di sini.
Sambil berjalan menuju ke arah warteg, mereka berbincang.
Ya berbincang biasa seperti halnya seorang junior dan juga seorang senior.
Bagi Elena sih ya ini hal yang wajar ya.
Tetapi tidak bagi Ben yang di dalam hatinya ia sudah berteriak kesenangan Karena dirinya mempunyai waktu luang dengan gadis yang berada di sebelahnya.
"Karyawan tuh sebenernya belum terlalu banyak sih Na, tapi karena omset lagi naik perihal video kamu yang masuk FYP terus viral penjualan pun meningkat kita juga jadi butuh karyawan lagi di bagian input data dan juga packing barang," Jelas Ben panjang lebar kepada Elena yang sesekali menganggukan kepalanya untuk merespon dan memehami semua penjelasan laki-laki itu
"Berarti kita lagi buka loker dong?"
"Iya, tapi ya gitu gak bakal cepet dapet karena Saga tuh orangnya pemilih buat karyawan di kantornya yang ia bangun sama Selin,"
Mendengar nama Selin yang di sebut oleh Ben rasanya mendadak mood gadis tersebut berubah, tapi sebisa mungkin Elena untuk tidak menunjukkan raut wajah tidak nyamannya karena ia tidak ingin beberapa orang tahu tentang dirinya bersama Saga beberapa hari terakhir ini.
"Oh, jadi mereka berdua yang buat brand ini?" Tanya Elena memastikan, di mana apa yang ia lakukan itu bisa di bilang nyari penyakit untuk diri ya sendiri.
Ben sedikit terdiam, lantas ia melanjutkan penjelasannya, "Secara teknis sih enggak ya Na, cuma ya selama Saga usaha dari nol Selin tuh bantu Saga gitu,"
"Oh maksudnya dampingin?"
"Nah iya, kurang lebih sih seperti itu,"
Mendengar itu Elena membulatkan mulutnya menjadi huruf o dan menganggukan kepalanya pelan.
Baiklah, sepertinya Elena tidak perlu merasa bersalah atas kejadian apa yang dilakukan bersama Saga tadi bukan?
